Anak Balita di Aceh Terpapar Covid-19 dari Keluarganya
Seorang anak balita di Aceh Utara, Aceh, dilaporkan positif terpapar Covid-19. Dia adalah satu dari 9 orang yang terpapar Covid-19 di Aceh Utara yang semuanya masih berkerabat.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Satu anak balita, MZ (2), warga Aceh Utara, Provinsi Aceh, dilaporkan positif terpapar Covid-19. Anak balita itu diduga tertular dari anggota kerabatnya yang lebih dulu dinyatakan positif.
Juru bicara penanganan Covid-19 di Aceh, Saifullah Abdulgani, Jumat (19/6/2020), menuturkan, di Aceh Utara terdapat 9 orang yang positif Covid-19, termasuk MZ. Para penderita memiliki hubungan kekerabatan dan sudah menjadi satu kluster penularan. Namun, petugas belum mengetahui siapa pembawa virus ke komunitas tersebut.
Hasil pemeriksaan sampel usap (swab) tenggorokan anak balita MZ keluar pada Kamis (18/6/2020). ”Kini MZ dalam penanganan tim medis Covid-19 di Ruang Isolasi Pinere RSUD Dr Zainoel Abidin, Banda Aceh. Kita doakan anak balita ini segera bebas dari virus korona,” kata Saifullah.
Hingga Jumat, jumlah warga yang positif Covid-19 di Aceh berjumlah 38 orang. Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menjadi daerah dengan jumlah kasus paling tinggi. Virus korona di dua daerah itu diduga muncul dari salah satu anggota keluarga yang bepergian ke daerah pandemi di Sumatera Utara.
Saifullah mengatakan, pengambilan sampel usap tenggorokan terhadap orang-orang yang diduga berinteraksi dengan pasien terus dilakukan. Namun, petugas kesulitan melacak siapa orang pertama yang terpapar Covid-19.
Dari 38 kasus, 16 orang masih dalam perawatan tim medis, 2 meninggal, dan sisanya sembuh. Adapun jumlah orang dalam pemantauan (ODP) di Aceh sebanyak 2.222 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) 115 orang.
Jika tidak segera dicegah, ini akan menjadi bom waktu.
Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Falevi Kirani meminta pemerintah bekerja keras mencegah penyebaran virus. Transmisi lokal di Lhokseumawe dan Aceh Utara berpotensi menyebar lebih luas. ”Jika tidak segera dicegah, ini akan menjadi bom waktu,” kata Falevi.
Anggota Bidang Riset Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala, Rina Oktari Suryani, menuturkan, Pemprov Aceh dan pemkab/pemkot di Aceh tidak terlihat serius mencegah penyebaran Covid-19. Pasalnya, pemerintah tidak tegas menerapkan protokol kesehatan kepada warganya.
Penerapan normal baru tanpa kontrol ketat dari pemerintah justru membuat penyebaran virus semakin cepat. Rina mengatakan, jika lonjakan kasus terus terjadi, fasilitas kesehatan di Aceh tidak akan mampu menampung semua pasien. Rina mendesak pemerintah untuk memperbanyak uji usap terhadap warga dan menerapkan dengan tegas protokol kesehatan.