Surabaya Libatkan Sukarelawan untuk Pelacakan Kontak Pasien Positif
Sukarelawan dari unsur mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan petugas yang biasanya melakukan pendampingan ibu hamil dilibatkan dalam pelacakan kontak pasien Covid-19 di Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya akan melibatkan sukarelawan untuk melakukan pelacakan kontak pasien positif Covid-19. Penambahan personel dari unsur sukarelawan dilakukan karena rasio pelacakan kontak masih rendah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Kamis (18/6/2020), mengatakan, pihaknya akan menambah petugas pelacakan kontak pasien positif Covid-19. Perekrutan sukarelawan berasal dari unsur mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan petugas yang biasanya melakukan pendampingan ibu hamil.
”Relawan dikerahkan untuk membantu petugas puskesmas melacak orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien positif selama 14 hari terakhir,” katanya.
Saat ini, rasio pelacakan kontak di Surabaya 2,8, artinya dari satu pasien positif, tim hanya mampu menelusuri kurang dari tiga orang yang pernah melakukan kontak dekat dengan pasien dalam kurun waktu tiga minggu terakhir. Rasio pelacakan itu diperoleh dari kumulatif orang tanpa gejala (OTG) dan orang dalam risiko (ODR) sebanyak 12.000 berbanding 4.262 kasus terkonfirmasi positif di Surabaya.
Relawan dikerahkan untuk membantu petugas puskesmas melacak orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien positif selama 14 hari terakhir.
Febria mengatakan, pelacakan kontak pasien positif biasanya menelusuri kontak dengan keluarga, tempat kerja, dan aktivitas pasien. Orang-orang yang diketahui melakukan kontak dekat diminta melakukan karantina mandiri dan diminta melakukan tes. ”Kini, kami menargetkan rasio pelacakan kontak menjadi 25 orang,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Rangkah Dwi Astuti Setyorini mengatakan, salah satu kesulitan untuk melacak kontak dekat adalah pasien yang tidak jujur. Sebagian pasien positif tidak memberi tahu riwayat kepergian beserta orang-orang yang ditemui selama dua minggu sebelumnya.
”Kami kemudian bertanya ke orang terdekat, seperti keluarga dan tetangga yang tahu kepergian pasien tersebut,” kata Dwi Astuti.
Pernah kontak
Menurut Dwi Astuti, beberapa orang yang pernah kontak dekat tidak sepenuhnya jujur. Mereka khawatir mendapat peringatan dari perusahaan apabila harus mengisolasi atau bahkan tertular. Maka, petugas ikut memberitahukan kondisi pegawai kepada perusahaan agar tidak mendapatkan masalah ketika harus mengisolasi diri.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, untuk mengantisipasi adanya kontak dekat yang belum ditemukan, pihaknya menggelar tes massal di kawasan yang sudah terjadi kluster penularan. Tes menyasar warga di perkampungan dengan kasus positif lebih dari tiga. Selain warga umum, tes juga untuk warga hasil pelacakan.
”Kami ingin menemukan sebanyak mungkin warga yang sudah terpapar, terlebih saat ini banyak orang tidak memiliki gejala yang sangat berpotensi menularkan kepada orang lain,” ujarnya.
Sejak awal Mei hingga 16 Juni 2020, sebanyak 66.709 orang di Surabaya telah mengikuti tes cepat. Sementara tes usap sudah dilakukan kepada 9.304 orang. Adapun kasus terkonfirmasi positif hingga 17 Juni sebanyak 4.262 pasien. Sebanyak 1.376 pasien telah sembuh dan 333 orang meninggal.