Satu Desa di Simalungun Dikarantina, 27 Warganya Positif Covid-19
Sebanyak 27 kasus positif ditemukan di sebuah desa di Kabupaten Simalungun. Sumut pun meningkatkan kewaspadaan di desa-desa karena perdesaan merupakan kawasan lumbung pangan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIMALUNGUN, KOMPAS — Pandemi Covid-19 di meluas ke desa di Sumatera Utara. Sebanyak 27 kasus positif ditemukan di Desa Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun. Sumut pun meningkatkan kewaspadaan di desa-desa mengingat perdesaan merupakan kawasan lumbung pangan.
”Kami masih terus melakukan penelusuran kontak di Desa Tanjung Hataran. Kami sudah melakukan tes cepat terhadap lebih dari 200 orang. Semua yang reaktif kami lakukan uji reaksi berantai polimerase (PCR) dan menemukan 27 orang positif Covid-19,” kata Bupati Simalungun Jopinus Ramli Saragih, Kamis (18/6/2020). Desa berpenduduk 350 keluarga itu kini dikarantina dan makanan dipasok dari dapur umum.
Desa Tanjung Hataran berada sekitar 70 kilometer dari Kantor Bupati Simalungun di Pematang Raya. Warga desa tersebut sebagian besar merupakan petani sawit, tanaman perkebunan lainnya, dan peternak. Warga kini diminta menghentikan aktivitas sehari-hari untuk menekan penyebaran Covid-19.
Saragih mengatakan, pemerintah kini melakukan karantina dan memasok kebutuhan hidup dasar Desa Tanjung Hataran. ”Kami sudah mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum semua warga desa. Kami mengantar langsung makanan ke rumah-rumah untuk mengurangi kontak langsung antarwarga,” kata Saragih.
Saragih mengatakan, 27 warga desa yang positif Covid-19 kini dirawat di Rumah Sakit Pardagangan dan RS Darurat Covid-19 Batu 20 Simalungun.
Kasus di desa tersebut, kata Saragih, ditemukan setelah dua warga yang merupakan suami-istri mengikuti tes cepat Covid-19 saat berobat ke rumah sakit di Kota Pematang Siantar. Hasilnya reaktif. Mereka pun menjalani uji reaksi berantai polimerase (PCR) dan hasilnya positif.
”Kami juga melakukan penelusuran kontak dan menemukan sembilan karyawannya positif Covid-19. Penelusuran kemudian dilakukan kepada warga sekitarnya dan menemukan kasus positif lain,” kata Saragih.
Saragih mengatakan, mereka belum bisa memastikan dari mana awal Covid-19 masuk ke desa itu. Kemungkinan dari warga atau orang luar yang keluar masuk desa. Apalagi, kata Saragih, saat Lebaran arus keluar masuk orang ke desa itu sangat tinggi. ”Kami kini melakukan karantina ketat untuk memutus rantai penularan di desa itu,” kata Saragih.
Kluster Desa Tanjung Hataran tersebut menjadi kluster terbesar di Simalungun.
Saragih mengatakan, kluster Desa Tanjung Hataran tersebut menjadi kluster terbesar di Simalungun. Hingga Rabu (17/6/2020), sudah 43 kasus positif di Simalungun.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, pihaknya meminta semua masyarakat di Sumut menerapkan protokol kesehatan yang ketat, termasuk di desa-desa. Arus keluar masuk di desa diminta dibatasi. ”Pemeriksaan orang yang masuk ke desa harus dilakukan sesuai protokol kesehatan Covid-19,” kata Alwi.
Pemeriksaan orang yang masuk ke desa harus dilakukan sesuai protokol kesehatan Covid-19
Sebagian besar kasus Covid-19 di Sumut hingga Rabu (18/6/2020) masih berada di daerah perkotaan, yakni Medan 650 kasus dan daerah penyangganya, Deli Serdang, 119 kasus. Kasus positif di kedua daerah itu mencakup 79 persen dari semua kasus di Sumut yang mencapai 970 kasus. Kasus terbanyak lain berada di Simalungun 43 kasus dan Pematang Siantar 41 kasus.
Desa lumbung pangan
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, hingga saat ini pandemi Covid-19 tidak mengganggu produksi pangan di Sumut. Proses produksi masih terus berjalan karena sebagian besar sentra pangan tidak terpapar Covid-19. Desa Tanjung Hataran yang terpapar Covid-19 bukan merupakan sentra pangan, tetapi perkebunan.
”Pembatasan sosial, seperti menjaga jarak, juga bisa tetap dilakukan di semua rantai produksi. Namun, distribusi dari desa terganggu karena ditutupnya jalur pemasaran antarprovinsi. Hal ini pun memengaruhi harga pangan di Sumut,” katanya.
Azhar mengatakan, bahan pangan yang mengalami kenaikan harga adalah bawang merah dan ayam potong karena persediaan di Sumut berkurang. Sementara cabai merah mengalami penurunan harga karena distribusi dari Sumut ke daerah lain terganggu. ”Harga beras masih stabil dan pasokannya juga cukup,” kata Azhar.