Kasus positif Covid-19 di Aceh meningkat pesat sepekan terakhir setelah uji usap massal dilakukan. Pemerintah daerah diminta menelusuri kasus positif agar penyebaran virus tidak makin masif.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Seiring dilakukan tes massal, kasus positif Covid-19 di Provinsi Aceh melonjak. Pada Selasa dan Rabu (16-17/6/2020), hasil uji laboratorium reaksi rantai polimerase atau PCR sebanyak 10 warga dari Kabupaten Aceh Utara, Aceh Selatan, dan Kota Banda Aceh terpapar virus korona jenis baru. Satu di antaranya meninggal dunia.
Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh Endang Mutiawati menuturkan, pasien yang terkonfirmasi positif tujuh orang dari Aceh Utara, dua orang dari Banda Aceh, dan satu orang dari Aceh Selatan. ”Pasien dari Banda Aceh dan Aceh Selatan memiliki riwayat perjalanan ke Medan, sedangkan warga Aceh Utara belum diketahui dari mana penularannya,” kata Endang, Rabu.
Satu pasien, berinisial SUK (63), meninggal dunia saat dirawat di RSUD Zainoel Abidin. SUK berdomisili di Binjai, Sumatera Utara, tetapi ke Banda Aceh untuk menjenguk anaknya. Selain terpapar korona, dia mengidap diabetes dan tuberkulosis.
Pasien dari Banda Aceh dan Aceh Selatan memiliki riwayat perjalanan ke Medan.
Sebelumya, pada Kamis (11/6/2020), dilaporkan MS (42) dan Dl ( 41), suami istri, di Kota Lhokseumawe positif Covid-19. Pada Sabtu (13/6/2020), sebanyak lima orang dilaporkan terpapar. Diduga, mereka terpapar dari MS dan DI karena masih ada hubungan keluarga. MS dan DI juga mempunyai riwayat perjalanan dari Medan. Artinya selama satu pekan terakhir, sebanyak 19 kasus Covid-19 baru ditemukan di Aceh. Dengan demikian jumlah kasus positif di Aceh menjadi 37 kasus.
Juru Bicara Gugus Covid-19, Saifullah Abdulgani, menuturkan, tes massal terus dilakukan untuk menelusuri penyebaran virus korona di Aceh. Target uji sebanyak 20.200 orang dengan sasaran pegawai pemerintah 3.200 orang, santri 6.700 orang, pedagang 4.400 orang, supermarket 2.350 orang, dan petugas kebersihan 3.550 orang.
Saifullah menambahkan, sebanyak 90 sampel usap tenggorokan warga saat ini sedang diperiksa di laboratorium. Sampel tersebut milik orang yang kontak erat dengan salah satu dari pasien Covid-19 yang terkonfirmasi positif pada 13 Juni 2020.
”Tim surveilans juga sedang melacak dan mengambil swab orang-orang yang kontak erat dengan salah satu dari tujuh orang positif Covid-19 yang terbaru di Aceh Utara,” kata Saifullah.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman menuturkan, penemuan kasus baru terjadi karena uji usap semakin banyak. Sebelumnya kasus Covid-19 di Aceh minim karena uji usap tidak dilakukan secara massal.
Di sini lain, uji usap juga belum mencapai target. Dari 20.200 orang yang ditargetkan, baru d734 orang yang diuji usap, bahkan ada beberapa kabupaten/kota belum melakukan uji usap sama sekali. Sementara tes cepat sudah dilakukan terhadap 12.000 lebih warga.
Dari 20.200 orang yang ditargetkan, baru dilakukan 734 orang yang diuji usap,
Selain itu, setelah Lebaran, pemerintah daerah menerapkan normal baru dan memberikan kelonggaran bagi warga untuk beraktivitas. Bahkan, larangan kendaraan dari Sumatera Utara masuk ke Aceh telah dicabut. Menurut Safrizal, kelonggaran telah mempercepat penyebaran.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Kabupaten Aceh Singkil, Ichsan, menuturkan, pihaknya hanya melakukan tes cepat. Dari 306 warga yang diuji cepat, tidak ada yang reaktif. ”Kalau ada yang reaktif, baru kami lakukan swab,” kata Ichsan.
Anggota Bidang Riset Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala, Rina Oktari Suryani, mengatakan, untuk mendapatkan data valid, pemerintah harus memperbanyak uji usap, bukan tes cepat. Tes cepat tidak memberikan gambaran utuh seseorang terpapar virus atau tidak.
Selain itu, menurut Rina, pemerintah daerah juga harus tegas kepada warganya agar menerapkan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas di ruang publik. ”Kehidupan warga sekarang seperti tidak ada korona, tidak ada yang pakai masker, apalagi jaga jarak. Penerapan normal baru seolah-olah kita sudah normal,” kata Rina.
Rina memperkirakan bakal ada banyak kasus baru di Aceh, karena pasien positif tersebut telah berinteraksi dengan banyak orang. Kini, tugas pemerintah menelusuri orang-orang tersebut agar penyebaran virus tidak semakin masif.