Sempat Ditolak, 500 TKA China Masuk Sulawesi Tenggara secara Bertahap
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membuka pintu kedatangan 500 pekerja asal China yang sebelumnya ditunda. Mereka tiba dalam empat gelombang, yang pertama pada 23 Juni 2020.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membuka pintu kedatangan 500 pekerja asal China yang sebelumnya ditunda. Pekerja yang akan datang secara bertahap itu didesak melalui prosedur ketat di tengah sebaran positif Covid-19 di Sultra yang terus bertambah, termasuk seorang pekerja di Morosi, Konawe, lokasi perusahaan yang dituju para pekerja tersebut.
Gubernur Sultra Ali Mazi mengungkapkan, 500 pekerja itu akan datang secara bertahap ke Sultra dalam waktu dekat. Semua persyaratan telah dipenuhi seiring perizinan kedatangan juga telah diterbitkan oleh pemerintah pusat.
”Kami, ka,n tidak melarang, hanya kemarin minta ditunda karena situasi. Saat itu jelang Ramadhan dan kami pertimbangkan itu ke pihak perusahaan agar ditunda. Sekarang sudah selesai Ramadhan, mereka datang kembali meminta dan semua persyaratan serta perizinan itu diterbitkan oleh pemerintah pusat,” kata Ali Mazi selepas rapat paripurna penyerahan LHP Badan Pemeriksa Keuangan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (15/6/2020).
Sebanyak 500 orang tersebut untuk mengatasi ketertinggalan pembangunan PLTU. Selain itu, sebagian besar pekerja akan ditugaskan di pembangunan pabrik baja milik PT OSS.
Sebagai pemerintah di daerah, menurut Ali, pihaknya tidak boleh bertentangan dengan pemerintah pusat yang telah mengeluarkan izin. Terlebih lagi, semua prosedur persyaratan telah terpenuhi sesuai aturan yang berlaku meski ia tidak merinci aturan yang dimaksud.
Pandemi Covid-19 yang terjadi, Ali menambahkan, bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas. Hanya saja, ada protokol kesehatan dan ada tata aturan yang harus dipenuhi.
”Ada investor di sini, ya, harus jaga harmonisasi agar kemiskinan dan tenaga kerja penganggur bisa berkurang. Kita harus bersyukur karena ada perusahaan internasional datang berinvestasi. Investasinya Rp 42 triliun, sementara APBD kita saja cuma Rp 4,2 triliun,” ujarnya.
Ketua DPRD Sultra Abdul Rahman Saleh menilai, rencana kedatangan ratusan pekerja asal China tersebut harus didahului dengan prosedur ketat. Selain itu, evaluasi terhadap sejumlah masalah yang terjadi selama ini harus diselesaikan dan dijamin tidak terulang.
”Kami tidak menolak investasi. Namun, pastikan 500 orang yang datang itu dalam kondisi sehat, dilakukan karantina di Jakarta ataupun di sini, dan ada tes spesimen. Karena kita tidak tahu di mana virus itu berada,” ujar Rahman.
Selain itu, kata Rahman, seharusnya ada tim terpadu yang dibentuk untuk melakukan evaluasi terhadap perusahaan. Sebab, selama ini ia menilai banyak permasalahan di perusahaan, baik dari visa kerja maupun tenaga kerja lokal.
Rencana kedatangan 500 TKA China di Sultra sebelumnya pada akhir April lalu mendapat penolakan keras dari masyarakat di Sulawesi Tenggara. Sebab, masyarakat khawatir pandemi semakin meluas. Terlebih lagi, 49 pekerja asal China sebelumnya datang pada Maret lalu tanpa melalui karantina dan izin kerja.
Sebanyak 146 pekerja akan tiba di Indonesia pada 23 Juni mendatang. Kedatangan pekerja ini akan didampingi oleh empat tim dokter khusus.
Setelah rapat bersama Forkopimda, Pemprov Sultra mengeluarkan pernyataan menolak sementara kedatangan para pekerja tersebut. DPRD Sultra yang menolak kedatangan pekerja melalui sidang paripurna lalu mengajukan surat ke pemerintah pusat terkait hal tersebut.
Sebanyak 500 pekerja ini diajukan oleh dua perusahaan pemurnian nikel di Morosi, Konawe, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obisdian Stainless Steel. Dua perusahaan ini berada dalam kawasan mega-industri Virtue Dragon Nickel Industrial Park (VDNIP).
Pelaksana Tugas Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta) Aris Wahyudi menuturkan, pengajuan rencana kedatangan tenaga kerja asing (RPTKA) yang diajukan dua perusahaan tersebut memang tidak pernah dibatalkan. Hanya saja, ketika itu disepakati untuk ditunda sesuai pertimbangan situasi yang kurang kondusif.
”Mereka rencananya akan tiba bertahap. Namun tetap harus mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan, baik sebelum berangkat dari bandara embarkasi maupun tiba di Indonesia, yaitu karantina 14 hari,” ujarnya melalui pesan pendek.
Empat gelombang
Sebelumnya, pada April lalu, Deputy External Manager VDNIP A Chairillah Wijdan menyampaikan, sebanyak 500 orang tersebut untuk mengatasi ketertinggalan pembangunan PLTU. Selain itu, sebagian besar pekerja akan ditugaskan di pembangunan pabrik baja milik PT OSS.
Informasi yang dihimpun, 146 pekerja akan tiba di Indonesia pada 23 Juni. Kedatangan pekerja ini akan didampingi empat tim dokter khusus. Secara bergelombang, 500 pekerja akan tiba dalam empat kali kedatangan.
Sementara itu, seorang pekerja tambang di Morosi diketahui positif Covid-19 saat akan masuk bekerja. H (22), warga Konawe Selatan, positif terjangkit virus dari hasil uji laboratorium yang dilakukan.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Konsel, Annas Masud, menyampaikan, pasien awalnya melakukan tes cepat saat akan masuk bekerja kembali. Hasil tes yang menunjukkan reaktif, lalu dilanjutkan dengan pengambilan spesimen.
”Saat menunggu hasil swab, pasien kembali ke kos di Morosi, Konawe. Kemarin keluar hasilnya dan diketahui positif. Pihak puskesmas di Morosi mengarantina pasien dan kami di sini menelusuri kontak eratnya. Sebanyak lima orang akan di-swab sesegera mungkin,” tuturnya.
Konawe, Kota Kendari, dan sejumlah wilayah lainnya masih masuk dalam zona merah penyebaran Covid-19. Hingga Senin sore, total jumlah kasus positif sebanyak 283 orang. Dari jumlah tersebut, 5 orang meninggal, 81 orang masih dirawat, dan 197 orang telah sembuh.