Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat terus mendorong penapisan massal Covid-19 baik dengan tes usap maupun tes cepat. Mereka menargetkan, penapisan bisa dilakukan terhadap 1 persen dari total penduduk Provinsi itu.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat terus menggenjot penapisan massal Covid-19 baik dengan tes usap maupun tes cepat. Mereka menargetkan penapisan bisa dilakukan terahadap satu persen dari total penduduk provinsi itu. Penambahan alat yang sebelumnya terbatas, diharapkan bisa mempercepat keluarnya hasil pemeriksaan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Nurhandini Eka Dewi di Mataram, Senin (15/6/2020) mengatakan, hingga hari ini, mereka sudah melakukan sekitar 24.000 tes. Itu terdiri dari 9.000 tes usap (PCR) dan 15.000 tes cepat.
"Banyaknya jumlah tes cepat karena saat ini jumlah fasilitas kesehatan yang mengerjakannya semakin banyak," kata Eka.
Khusus untuk PCR, kata Eka, sampai minggu lalu, hasil pemeriksaan baru diketahui setelah tiga sampai dengan empat hari. Itu karena kapasitas empat mesin PCR terbatas yakni 264 per hari.
Banyaknya jumlah tes cepat karena saat ini jumlah fasilitas kesehatan yang mengerjakannya semakin banyak (Nurhandini Eka Dewi)
Tetapi mulai minggu ini, mereka sudah memiliki delapan mesin PCR dan TCM di rumah sakit kabupaten kota juga bisa berfungsi. Dengan demikian, kapasitas pemeriksaan bisa ditingkatkan menjadi 400 sampai 500 per hari.
"Sehingga kendala menunggu hasil (dalam waktu lebih lama), bisa diminimalkan. Upaya untuk menggenjot penapisan yang lebih masif bisa lebih mudah," kata Eka.
Eka menambahkan, data itu (jumlah total penapisan) akan terus bertambah. Itu karena Pemerintah Provinsi NTB mengejar satu persen dari jumlah penduduk yang melakukan tes usap dan tes cepat. Jika saat ini jumlah penduduk NTB mencapai 5,1 juta orang, maka target penapisan sebanyak 51.000 orang.
Seiring dengan masih munculnya kasus baru, Eka mengatakan sejauh ini ruang isolasi masih mencukupi. Saat ini, di 19 rumah sakit rujukan, ada 235 ruang isolasi bertekanan negatif, 250 ruang isolasi bertekanan positif, dan 300 ruang isolasi di enam rumah sakit darurat.
Kebutuhan tenaga medis, kata Eka, juga disiasati dengan rekrutmen perawat dan dokter untuk rumah sakit darurat dan rumah sakit rujukan. Saat ini, Pemprov NTB mendapat tambahan yakni 16 orang tenaga kesehatan magang dan 19 orang tenaga kesehatan lain dari Kementerian Kesehatan. Selain itu, mereka juga mengkontrak 25 orang perawat dan dua orang dokter.
Pasien sembuh
Hingga saat ini, total kasus positif di NTB telah mencapai 937 orang. Menurut Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi, jumlah terdiri dari 291 orang masih positif, 36 orang meninggal dunia, dan 610 orang sembuh.
Sementara itu, 521 orang masuk dalam kategori pasien dalam pengawasan (PDP) dan 327 lagi orang dalam pemantauan (ODP).
Jumlah pasien sembuh Covid-19 termasuk besar yakni sekitar 65 persen. Itu tersebar di semua kabupaten kota yakni Mataram sebanyak 212 orang, Lombok Barat 121 orang, Lombok Tengah 76 orang, Lombok Timur 70 orang, dan Lombok Utara 42 orang.
Selain itu, pasien sembuh juga berasal dari Dompu sebanyak 38 orang, Sumbawa 24 orang, Bima 19 orang, Kota Bima 4 orang, dan Sumbawa Barat 1 orang. Termasuk juga pasien warga luar NTB yakni tiga orang.
Berdasarkan catatan Kompas, hingga Senin sore, pasien sembuh terbanyak berasal dari klaster Gowa yakni 260 orang. Total pasien pada klaster ini baik pembawa, kemudian penularan tahap satu, dua, dan tiga sebanyak 281 orang.
Pasien sembuh lain juga banyak berasal dari pasien yang memiliki riwayat kontak dengan orang dalam pemantauan atau orang tanpa gejala yakni 139 orang. Selain itu, juga berasal dari pasien tanpa klaster yakni 134 orang.
Sisanya dari klaster lain seperti klaster Jakarta (1-3), klaster Bogor, klaster Bali, klaster Malang, klaster Madura, klaster Luwuk, klaster Magetan, dan klaster Luar Negeri (1,2,3, dan 5), dan klaser Sukabumi.
Terkait kasus kematian pasien Covid-19 di NTB, kata Gita, sebagian besar disertai penyakit tidak menular. Seperti penyakit kardiovaskular (hipertensi dan jantung), diabetes melitus, atau penyakit paru kronis.
Oleh karena itu, kata Gita, ia mengimbau agar masyarakat yang memiliki penyakit tidak menular tersebut lebih menjaga kesehatan dan segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Mereka juga diharapkan mencegah terinfeksi Covid-19 dengan tidak keluar rumah dan memakai masker bila keluar rumah, menerapkan jaga jarak, mencuci tangan, serta tidak merokok," kata Gita.