Pemkot Malang Bentuk Tim Pelacakan Kasus Tingkat Kecamatan
Pemkot Malang membentuk tim pelacakan untuk mempercepat penelusuran kasus Covid-19 di Kota Malang. Tim akan dibentuk hingga tingkat kecamatan dengan menggandeng perguruan tinggi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Malang membentuk tim pelacakan untuk mempercepat penelusuran kasus Covid-19 di Kota Malang, Jawa Timur. Tim akan dibentuk hingga tingkat kecamatan dan melibatkan perguruan tinggi.
Hal itu disampaikan Wali Kota Malang Sutiaji, Senin (15/6/2020). ”Akan segera kami bentuk tim tracing (pelacakan) di masing-masing kecamatan dengan bantuan perguruan tinggi. Nantinya, tim tracing dengan disertai tim ahli dari perguruan tinggi akan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan tracing di kecamatan yang menjadi wilayahnya,” jelasnya.
Menurut Sutiaji, camat dan lurah juga akan terus bekerja membantu tim khusus tersebut agar warga yang memiliki kontak erat dengan kasus terkonfirmasi positif dapat ditelusuri dengan cepat dan tepat. Tim tersebut diharapkan dapat memudahkan pemerintah dalam melacak jejak pasien Covid-19.
Hingga saat ini, jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Malang terus naik. Berdasarkan data per Senin (15/6/2020), jumlah pasien positif Covid-19 dirawat di Kota Malang bertambah dua orang menjadi 51 orang. Tambahan dua orang adalah pria berusia 52 tahun dan perempuan berusia 67 tahun. Sebelumnya, keduanya berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan kini dirawat di rumah sakit.
Saat ini jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Malang sebanyak 51 orang, 114 PDP, dan 43 orang dalam pemantauan (ODP).
Bayi
Sementara pasien Covid-19 di Kabupaten Malang terus bertambah. Pada Minggu (14/6/2020) malam, seorang bayi berusia 10 bulan asal Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, terkonfirmasi positif Covid-19.
”Sudah sejak sebelum ramai Covid-19, anak tersebut sakit dan diperiksakan ke RS karena bronkitis. Pada 6 Juni 2020, anak tersebut kembali dibawa ke RS untuk periksa. Tanggal 10 Juni 2020, dia pulang dengan status PDP. Pada Minggu (14/06/2020) malam, hasil tes swab keluar dan dinyatakan positif Covid-19,” kata Kepala Urusan Perencanaan Desa Pandanlandung, Doni Andriawan.
Dengan status positif tersebut, pada Senin (15/6/2020), sebanyak 12 warga dari empat rumah yang dideteksi berkontak dengan bayi tersebut menjalani tes cepat oleh Puskesmas Wagir. ”Keluarga di empat rumah tersebut juga akhirnya diminta isolasi mandiri hingga diketahui hasil (tes) mereka,” kata Doni.
Pemerintah Desa Pandanlandung menjamin kebutuhan pokok sehari-hari warga yang melakukan isolasi mandiri tersebut. Melalui Satgas Penanganan Covid-19 Desa Pandanlandung, mereka memberikan beras, sayur, dan kebutuhan pokok keluarga tersebut selama 14 hari.
”Selain beras, lauk, dan sayuran, kami juga memberikan susu untuk anak-anak. Menu sayur dan kebutuhan warga tersebut berdasarkan petunjuk dari bidan desa atau tim kesehatan,” kata Doni.
Kebijakan penanganan PDP dan positif Covid-19 di desa tersebut diputuskan dalam rapat bersama tim. Rapat menghasilkan delapan poin rencana kerja satgas Covid-19 desa, yaitu pelacakan, pengarahan isolasi mandiri, penyiapan logistik, distribusi logistik, tes cepat, pemantauan warga di lokasi RW setempat, penyusunan jadwal pengamanan linmas dan sukarelawan, serta pemantauan aktivitas siber.
Satgas menyiapkan koordinator untuk setiap aktivitas tersebut. Kegiatan melibatkan RT/RW dan petugas kesehatan desa. Anggaran untuk penanganan Covid-19 di Desa Pandanlandung sekitar Rp 198 juta, termasuk pemberian bantuan langsung tunai dana desa (BLTDD). Anggaran tersebut berasal dari dana desa. Total dana desa yang diterima Desa Pandanlandung tahun 2020 sekitar Rp 963 juta.
Kepala Desa Pandanlandung Wiroso Hadi berharap masyarakat tidak panik dengan keberadaan pasien Covid-19 di desa tersebut. ”Jangan panik dan semakin waspada akan Covid-19. Mari sama-sama melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga lingkungan dengan protokol kesehatan,” ujarnya.