Harimau yang Tertangkap di Solok Direhabilitasi PR-HSD
Harimau sumatra (”Panthera tigris sumatrae”) yang tertangkap di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, direhabilitasi oleh Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya atau PR-HSD.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang tertangkap di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, direhabilitasi Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya atau PR-HSD. Kondisi harimau muda itu masih stres sehingga butuh istirahat sekitar dua hari sebelum rekam medis.
Catrini Pratihari Kubontubuh, Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, pengelola PR-HSD, Minggu (14/6/2020), mengatakan, harimau betina itu tiba di PR-HSD, area PT Tidar Kerinci Agung sekitar pukul 08.00. Serah terima dilakukan Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai KSDA Sumbar Novtiwarman kepada Manajer Operasional PR-HSD Saruedi Simamora.
”Secara kasatmata, harimau ini kelihatan stres, belum stabil, karena perjalanan panjang. Masuk kandang jebak juga membuat harimau stres. Secara fisik, ada lecet di hidung,” kata Catrini ketika dihubungi dari Padang, Minggu siang. Proses evakuasi berlangsung selama 12 jam dan translokasi lebih dari 8 jam dimulai sejak harimau itu memasuki kandang jebak.
Secara kasatmata, harimau ini kelihatan stres, belum stabil, karena perjalanan panjang
Harimau berusia sekitar satu tahun itu diberi nama Putri Singgulung. Menurut Kepala Resor Konservasi Wilayah Solok BKSDA Sumbar Afrilius, Minggu pagi, nama tersebut pemberian masyarakat karena berasal dari Bukit Singgulung di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Catrini melanjutkan, setelah melewati masa istirahat, Putri Singgulung akan menjalani rekam medis. Petugas mencatat identitas harimau mulai dari usia, panjang, bobot, hingga kondisi kesehatannya, kemudian menjalani rehabilitasi sebelum dilepasliarkan kembali. Masa rehabilitasi tergantung kondisi harimau.
Selain Putri Singgulung, kata Catrini, ada dua harimau lagi yang juga betina sedang menjalani rehabilitasi di PR-HSD, yaitu Ria dan Corina. Ria direhabilitasi sejak 4 Mei 2020, sedangkan Corina sejak April 2020. Kedua harimau itu berasal dari Provinsi Riau.
Adapun sejak berdiri 29 Juli 2017, lanjut Catrini, PR-HSD sudah merehabilitasi 10 harimau, termasuk Putri Singgulung, Ria, dan Corina. Semuanya merupakan satwa yang berkonflik dengan manusia di Sumbar dan Riau. Empat harimau berhasil direhabilitasi dan dilepasliarkan, sedangkan tiga lainnya mati terserang pneumonia yang juga dipengaruhi oleh luka ketika ditemukan.
Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Hashim Djojohadikusumo, dalam siaran pers, mengapresiasi kerja keras Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta semua pihak. ”Dalam masa pandemi Covid-19 tetap selalu mengupayakan penyelamatan harimau sumatera dan memastikan keamanan warga dari konflik manusia dan harimau yang berlangsung di banyak tempat di Pulau Sumatera,” kata Hashim.
Secara terpisah, Afrilius mengatakan, Putri Singgulung tertangkap pada Sabtu (13/6) sekitar pukul 12.00. Harimau masuk ke dalam perangkap yang dipasang petugas di ladang warga dalam area penggunaan lain (APL) di Nagari Gantuang Ciri, sejak Selasa (9/6) lalu.
Putri Singgulung bersama induk dan saudaranya ditangkap karena meresahkan masyarakat. Mereka berulang-ulang masuk ke perladangan sejak 7 Mei 2020. Tidak hanya di Nagari Gantuang Ciri, kawanan harimau itu juga menampakkan diri atau terlihat jejaknya di Nagari Jawi-Jawi dan Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang.
Lokasi perladangan warga yang berada di APL berdekatan dengan Hutan Lindung Bukit Barisan dan Suaka Margasatwa Barisan. Dua lokasi ladang tempat harimau menampakkan diri bahkan sudah masuk kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa (Kompas.id, 10/6/2020).
Afrilius menambahkan, petugas masih memasang perangkap untuk menangkap harimau yang tersisa. Diperkirakan masih ada induk dan anak harimau di sekitar lokasi. Penangkapan dilakukan untuk menjaga keamanan warga ketika berladang, apalagi saat ini sedang musim panen cengkeh.
”Kemarin ketika mengevakuasi anaknya, sempat terdengar auman harimau lain. Induk dan seekor anaknya lagi diperkirakan masih di sekitar lokasi. Namun, kami berharap mereka kembali ke habitatnya di dalam hutan,” kata Afrilius.