Pemerintah Kota Banda Aceh akan membuka kembali obyek wisata luar ruangan. Kebijakan ini diambil untuk merangsang aktivitas ekonomi warga di sektor wisata.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Kota Banda Aceh membuka kembali obyek wisata luar ruangan. Kebijakan ini diambil untuk merangsang aktivitas ekonomi warga di sektor wisata.
Kepala Dinas Pariwisata Banda Aceh Iskandar, Minggu (14/6/2020), mengatakan, pembukaan kembali obyek wisata karena tingkat penyebaran virus korona baru di Banda Aceh landai. Namun, yang dibuka hanya obyek wisata luar ruangan seperti taman bermain, obyek wisata tsunami, dan pantai. Sementara obyek wisata dalam ruangan seperti museum belum akan dibuka.
”Menurut rencana, mulai minggu depan sejumlah obyek wisata luar ruangan sudah dibuka kembali untuk warga,” kata Iskandar.
Berdasarkan pantauan Kompas, Minggu, suasana di Pantai Ulee Lheu dipadati pengunjung. Para pedagang kembali membuka lapak di sepanjang jalan. Warga duduk tanpa menerapkan jaga jarak fisik aman dan tidak menggunakan masker.
Iskandar mengatakan, penutupan obyek wisata sejak 16 Maret 2020 karena saat itu penyebaran virus korona yang menyebabkan Covid-19 melonjak. Tidak hanya obyek wisata, warung kopi dan restoran juga dilarang buka. Namun, pada awal Mei, pemerintah mengizinkan warung kopi dan restoran kembali buka.
Dari 22 kasus positif di Provinsi Aceh, sebanyak 3 orang merupakan warga Banda Aceh. Namun, ketiga pasien tersebut dinyatakan sembuh setelah dirawat di Rumah Umum Daerah Zainal Abidin, Banda Aceh.
”Karena kami melihat situasi dan kondisi Kota Banda Aceh ini tidak ada peningkatan kasus Covid-19,” ujar Iskandar.
Iskandar mengatakan, dengan dibukanya sejumlah tempat wisata, kondisi ekonomi warga yang lesu bisa kembali bergairah. ”Kita harapkan masyarakat nantinya bisa berjualan lagi dan aktivitas ekonomi juga akan bangkit kembali, tempat wisata juga akan beroperasi kembali,” tambahnya.
Selama penutupan obyek wisata, banyak warga yang selama ini mengandalkan penghasilan dari kegiatan wisata terpukul, misalnya pemandu wisata, pedagang makanan, suvenir, dan agen wisata. Semakin lama penutupan obyek wisata, kata Iskandar, akan membuat mereka kian terpuruk.
”Mereka kehilangan pendapatan. Sekarang yang kami pikirkan bagaimana penyebaran virus bisa kita cegah dan warga punya penghasilan,” kata Iskandar.
Mereka kehilangan pendapatan. Sekarang yang kami pikirkan bagaimana penyebaran virus bisa kita cegah dan warga punya penghasilan.
Iskandar menyadari risiko dari pembukaan obyek wisata ini cukup tinggi karena penyebaran virus antar-pengunjung bisa terjadi. Akan tetapi, risiko penularan dapat dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan. Di sini, kesadaran warga menjadi kunci.
Rivai Fadli (35), pemilik usaha kuliner di kawasan Pantai Ulee Lheu, Banda Aceh, menuturkan, saat pembatasan, aktivitas usahanya nyaris tidak berdenyut. Penjualan menurun hingga 90 persen. Saat penerapan normal baru penjualan kembali naik meski belum stabil.
Danil (40), warga Banda Aceh, menuturkan, karena tidak ada lagi kasus baru, dirinya semakin berani berada di ruang publik. ”Banda Aceh relatif aman, yang penting pakai masker,” kata Danil.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan, daerahnya mulai menerapkan normal baru. Warga dibolehkan beraktivitas di ruang publik meski tetap menerapkan protokol kesehatan.
Akan tetapi, fakta di lapangan banyak warga yang mengabaikan aturan pencegahan penyebaran Covid-19. Kini, semakin jarang warga yang menggunakan masker dan menjaga jarak. Jika sebelumnya barisan jemaah shalat berjarak 50 sentimeter, kini sudah dibolehkan rapat seperti sebelum pandemi Covid-19.
Untuk memetakan penyebaran virus korona jenis baru, Pemkot Banda Aceh menargetkan uji usap tenggorokan massal dengan target 1.300 sampel. Namun, target pengambilan sampel belum terpenuhi lantaran banyak sasaran yang menolak. Uji massal diutamakan warga yang berisiko terpapar tinggi, seperti pedagang, sopir angkutan, petugas keamanan, dan aparatur pemerintah.