Kekhawatiran Memakai Transportasi Publik Masih Membayangi Sebagian Warga
Dalam kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, sejumlah warga di Kalimantan Barat memilih membatalkan perjalanan menggunakan transportasi publik, seperti pesawat. Sebagian memilih memakai kendaraan pribadi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah warga di Kalimantan Barat memilih membatalkan perjalanan menggunakan transportasi publik, seperti pesawat, di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk mencegah penularan Covid-19 karena khawatir transportasi publik jadi media penularan virus.
Benus Syamsiar (35), warga Kota Pontianak, Jumat (12/6/2020), menuturkan, ia lebih memilih menunda perjalanan ke luar kota menggunakan pesawat dan kendaraan umum lain. ”Bahkan, sejak awal pandemi Covid-19 pada Februari, kami sekeluarga bahkan membatalkan jadwal pergi ke acara penting keluarga di luar kota. Waktu itu, kami sebetulnya akan menggunakan pesawat, tetapi kami batalkan,” ujarnya.
Benus khawatir perjalanan dengan transportasi publik akan berisiko membuatnya dan keluarga tertular virus korona baru. Apalagi, dia berencana membawa anak-anak. Kekhawatirannya bertambah karena penularan Covid-19 di Kalbar sudah melalui transmisi lokal.
Demikian juga dengan Stepanus (26), warga lain. Pada Juni ini, dia dan keluarganya berencana libur panjang. Setiap libur panjang, mereka pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Kapuas Hulu, sekitar 600 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalbar.
Perjalanan tersebut biasanya ditempuh menggunakan pesawat dari Pontianak ke Kapuas Hulu selama satu jam. Namun, dengan kondisi seperti sekarang ini, dia tidak menggunakan penerbangan dan kendaraan umum lainnya karena merasa rawan penularan virus.
”Kalaupun ke kampung, saya menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor. Meskipun konsekuensinya perjalanan melelahkan karena perjalanan akan ditempuh sekitar dua hari,” kata Stepanus.
Untuk menekan risiko penularan virus korona baru, Pemerintah Provinsi Kalbar saat ini berupaya melakukan tes cepat (rapid test) kepada penumpang pesawat dari luar Kalbar yang baru tiba di Bandara Supadio.
Pemerintah Provinsi Kalbar berupaya melakukan tes cepat kepada penumpang pesawat dari luar Kalbar yang baru tiba di Bandara Supadio.
Sebagai contoh, Kamis (11/6/2020), sebanyak 103 penumpang pesawat dari Surabaya, Jawa Timur, langsung menjalani tes cepat setibanya di Bandara Supadio. Hal itu dilakukan agar risiko penularan Covid-19 di Kalbar tetap rendah.
”Dinas Kesehatan Kalbar melaksanakan tes cepat terhadap penumpang yang baru datang dari Surabaya. Jumlahnya 103 orang yang dites. Mereka semuanya nonreaktif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Harisson.
Dinas Kesehatan Kalbar akan terus melaksanakan tes cepat terhadap setiap penumpang yang baru tiba dari luar daerah. ”Jangan sampai, banyaknya penumpang datang dari luar Kalbar membuat risiko penularan Covid-19 di Kalbar meningkat. Seandainya ada yang reaktif atau konfirmasi, tentu akan berdampak pada risiko ketertularan di Kalbar,” kata Harisson.
Menurut dia, pemeriksaan akan diprioritaskan kepada penumpang penerbangan dari daerah yang memiliki angka keterjangkitan tinggi. ”Nanti penumpang dari Jakarta juga diperiksa,” kata Harisson.
Dia mengungkapkan, pihaknya perlu memeriksa seluruh penumpang dalam satu penerbangan. Sebab, jika satu penumpang reaktif, biasanya seluruh penumpang dalam satu pesawat akan menjadi orang dalam pemantauan. ”Bayangkan satu jam berada di ruangan tertutup. Kemungkinan virus bisa menyebar di pesawat,” kata Harisson.
Pasien sembuh
Harisson melanjutkan, hingga Kamis (11/6/2020), ada tujuh kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar yang dinyatakan sembuh. Pasien yang sembuh ada di Kota Pontianak 2 orang, Kabupaten Kubu Raya 2 orang, Kabupaten Ketapang 2 orang, dan di Kabupaten Sanggau 1 orang.
Hingga Jumat (12/6/2020) pukul 07.00, kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar secara kumulatif sebanyak 245 orang. Sebanyak 145 orang di antaranya sembuh, 8 orang dirawat, 88 orang diisolasi ketat, dan 4 orang meninggal.
Harisson melanjutkan, secara keseluruhan, Kalbar masuk dalam zona kuning, yakni risiko rendah. Meski demikian, masyarakat tetap harus disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Jika tidak, risiko penularan akan menjadi tinggi.
Di Pontianak, sektor perdagangan dan jasa juga sudah diperbolehkan dibuka pada Rabu (10/6/2020) oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono. Namun, pelaku usaha, karyawan, dan masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan secara ketat yang telah disosialisasikan.
Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Pontianak terus mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan yang telah disosialisasikan tersebut di lapangan. Jika ada yang melanggar, terancam sanksi seperti penutupan sementara tempat usaha hingga waktu yang tidak ditentukan.