Kapasitas Laboratorium Covid-19 Ditambah, Waktu Tunggu Masih Lama
Walau kapasitas laboratorium reaksi rantai polimerase (PCR) Sumsel bertambah, banyak orang yang belum menerima hasil uji usap. Hal itu membuat potensi penularan meningkat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Walau kapasitas pemeriksaan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang telah ditambah, masih banyak orang yang menerima hasil uji usap lebih dari dua minggu.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Sumatera Selatan, Yusri, Jumat (12/6/2020), mengakui masih ada orang yang belum menerima hasil pemeriksaan laboratorium. Padahal, mereka sudah diambil sampelnya sejak lebih dari dua minggu lalu. Hal itu karena pihaknya harus melakukan pemeriksaan data sampel dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan, utamanya dinas kesehatan dan rumah sakit.
Sebenarnya, lanjut Yusri, sampel yang diambil sebelum Juni sudah selesai diperiksa. Hanya saja, petugas masih terkendala pencocokan data. Untuk itu, dirinya berharap ada peran aktif dari rumah sakit yang mengirimkan sampel untuk berkoordinasi dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang atau dinas kesehatan kota/kabupaten sehingga hasil pasiennya diketahui segera.
Sejak satu bulan terakhir, lanjut Yusri, kapasitas laboratorium reaksi rantai polimerase (PCR) di BBLK Palembang sudah bertambah dari 200 per hari menjadi 800 sampel per hari. Selain BBLK Palembang, laboratorium PCR juga sudah tersedia di RS Pusri dan RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. RS Pusri memiliki kapasitas 90, sementara RSMH 25 sampel, tetapi kapasitas itu masih fluktuatif. ”Dengan penambahan ini, waktu tunggu untuk pemeriksaan sampel akan semakin cepat,” ucapnya.
Bulan lalu, ungkap Yusri, waktu tunggu pemeriksaan sampel berkisar 9-12 hari. Namun, ketika kapasitas laboratorium PCR sudah optimal, waktu pemeriksaan hanya dua hari. ”Sebenarnya pemeriksaan di laboratorium hanya 7 jam. Tetapi, setelah itu, harus dilakukan verifikasi data sampel,” ucap Yusri.
Bagi warga yang masih menunggu hasil sampel, dirinya berharap agar tetap menjalani isolasi mandiri dan tidak keluar rumah. ”Jangan sampai ketika kita keluar rumah ternyata hasil pemeriksaan menunjukkan kita positif. Jika itu terjadi, seluruh anggota keluarga dan orang yang pernah berkontak harus menjalani uji usap tenggorokan,” ucapnya.
Seorang karyawan swasta, Feny Maulia (25), mengatakan, dirinya sudah 15 hari menunggu hasil laboratorium, tetapi sampai saat ini hasilnya tak kunjung keluar. ”Padahal, saya ingin tahu bagaimana status saya saat ini, apakah terjangkit Covid-19 atau tidak,” ucapnya.
Oleh karena hasil pemeriksaan sangat lama keluar, akhirnya dia memutuskan untuk menjalankan aktivitas dan keluar rumah. ”Awalnya, saya mengisolasi diri selama 10 hari, tetapi karena hasil tak kunjung keluar, akhirnya saya memutuskan untuk keluar rumah,” ucapnya.
Oleh karena hasil pemeriksaan sangat lama keluar, akhirnya dia memutuskan untuk menjalankan aktivitas dan keluar rumah.
Daya tular hilang
Ahli mirkobiologi dari RS Pusri, Palembang, Yuwono, mengatakan, proses pemeriksaan sampel harus segera dilakukan sesegera mungkin. Itu karena usia dari sampel tersebut tidak lebih dari lima hari. ”Jika lebih dari itu, sampel akan rusak dan tidak bisa diperiksa lagi. Terkecuali jika sampel tersebut sudah diekstraksi dan dimasukkan dalam lemari pendingin, sampel tersebut bisa tahan hingga satu bulan,” ucapnya.
Sebenarnya, lanjut Yuwono, di dalam tubuh manusia yang imunitasnya kuat, virus Covid-19 ini akan kehilangan daya tularnya dalam lima belas hari. ”Itu karena untaian yang ada di virus tersebut sudah terputus sehingga virus itu tidak memiliki daya untuk masuk ke tubuh orang lain,” katanya.
Itulah sebabnya, Yuwono yang juga Direktur RS Pusri itu memutuskan untuk memulangkan orang tanpa gejala yang berstatus positif Covid-19 jika keadaan tubuhnya baik dan bugar. ”Kalau yang sakit tentu harus tetap tinggal di rumah sakit, sampai penyakitnya sembuh,” ucap Yuwono.
Per Jumat (12/6/2020), jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumsel sudah mencapai 1.034 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 613 orang yang terdiri dari 50 orang meninggal dan 563 orang sembuh kasusnya dinyatakan selesai. Sementara 691 orang lainnya masih menjalani perawatan, baik di rumah sakit maupun menjalani isolasi.