Suhu Dingin di Lombok Dipengaruhi Aliran Angin Monsun
Suhu udara di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa pekan terakhir terasa lebih dingin. Di beberapa lokasi, bahkan mencapai 15 derajat celsius. Ini salah satunya dipengaruhi aliran angin monsun dari Australia.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Suhu udara di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dalam beberapa pekan terakhir terasa lebih dingin. Di dataran tinggi, sejumlah warga mengaku temperaturnya bahkan mencapai 15 derajat celsius. Hal ini salah satunya dipengaruhi aliran angin monsun yang bergerak dari Australia ke Asia melalui Indonesia.
Cuaca dingin dirasakan terutama warga desa di daerah dataran tinggi. Edy Suryadi (63), warga Desa Kopang, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, NTB, mengaku, cuaca dingin sangat terasa sepekan terakhir menjelang azan subuh.
”Hampir-hampir, saya malas berwudu karena air serasa seperti es,” ujarnya, Kamis (11/6/2020). Bahkan, saat malam hari, Edy harus mengenakan selimut. Padahal, biasanya, selama musim kemarau ini, ia tidak pernah mengenakan selimut saat tidur.
Hal senada disampaikan Rosyidin (30), warga Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Menurut Rosyidin, suhu udara di kecamatan setinggi 800 meter di atas permukaan laut (mdpl)-1.200 mdpl merupakan wilayah berhawa sejuk, rata-rata mencapai 18-21 derajat celsius.
”Saya mandi pukul 11 tadi, dinginnya luar biasa. Mandi pakai air hangat percuma, habis mandi juga tetap dingin,” ujarnya.
Menurut Rosyidin, suhu udara cenderung menurun. Rasa dingin menusuk, memaksa warga mengenakan jaket atau selimut untuk menahan udara dingin sejak sore hari. ”Kalau malam hari, terkadang suhu bisa mencapai di bawah 15 derajat celsius,” ujarnya.
Terkait fenomena ini, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nindya Kirana, di Mataram, mengatakan, cuaca dingin di Pulau Lombok, di antaranya, dipengaruhi aliran angin monsun yang bergerak dari Australia ke Asia melalui Indonesia, yang dipengaruhi oleh pergerakan semu tahunan matahari. Akibatnya, terjadi perbedaan suhu udara dan tekanan udara di Bumi belahan utara dan selatan.
”Masih banyak warga beranggapan suhu udara di musim kemarau lebih panas dibandingkan saat musim hujan. Namun, justru suhu udara di musim kemarau lebih dingin ketimbang saat musim hujan. Ini karena beberapa faktor, seperti angin monsoon yang mengakibatkan perbedaan suhu udara dan tekanan udara di belahan Bumi utara dan selatan,” tuturnya.
Nindya mencontohkan, puncak musim kemarau di NTB yang biasanya terjadi pada bulan Juli-Agustus, justru merupakan saat aktifnya angin monsun Australia atau disebut angin timuran. Pasalnya, pada bulan-bulan itu, belahan Bumi bagian utara lebih banyak mendapatkan penyinaran matahari sehingga pusat tekanan rendah terbentuk di belahan Bumi bagian utara. Sebaliknya, di belahan Bumi bagian selatan, seperti Australia, tekanan udaranya lebih tinggi.
Angin monsun yang bersifat dingin dan kering itu bergerak dari Australia menuju Asia melalui Indonesia. Aliran udara dingin dan kering dari Australia ini menyebabkan kondisi udara yang relatif dingin terutama di malam hari sampai dini hari. Fenomena ini dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi dan pegunungan.
Selain itu, menurut Nindya, penyebab lain suhu dingin di NTB yang akan memasuki periode musim kemarau adalah faktor awan. Kuantitas awan yang menutupi permukaan Bumi memengaruhi suhu udara. Sebab, awan diibaratkan selimut yang dapat menahan dan memancarkan kembali pancaran panas Bumi ke atmosfer.
”Pada musim hujan, pertumbuhan awan cukup banyak sehingga ketika malam hari terasa lebih hangat. Sebaliknya, saat musim kemarau, hampir tidak ada pertumbuhan awan yang menjadikan suhu udara di malam hari terasa lebih dingin,” kata Nindya.
Menurut dia, suhu dingin ini masih akan dirasakan mengingat musim kemarau masih berlangsung. Bahkan, suhu minimum diperkirakan dapat lebih rendah lagi karena, biasanya, suhu terendah terjadi pada periode puncak musim kemarau.
Berdasarkan data, suhu minimum periode musim hujan di NTB berkisar 20-21 derajat celsius. Adapun suhu minimum musim kemarau bisa mencapai 19 derajat celsius, terutama di malam hari hingga dini hari.