Pembukaan Owabong dan Goa Lawa Purbalingga Tunggu Keputusan Bupati
Obyek wisata Goa Lawa dan Owabong di Purbalingga, Jawa Tengah, menyiapkan sejumlah protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Salah satunya membatasi pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas.
Oleh
Wilibrordus Megandika Wicaksono
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Obyek Wisata Air Bojongsari atau Owabong dan Goa Lawa Purbalingga atau Golaga menyiapkan protokol kesehatan untuk menyambut pariwisata di masa normal baru. Meski demikian, pembukaan resmi dua obyek wisata favorit di Purbalingga tersebut masih menunggu keputusan bupati.
”Prinsipnya, dalam menyambut new normal tourism, Golaga dan semua entitas di bawah Perumda Owabong sudah siap. Langkah yang dilakukan, di antaranya, penyiapan tempat cuci tangan di pintu masuk, kesiapan petugas mengecek suhu pengunjung, serta papan-papan imbauan pakai masker dan jaga jarak,” kata Manajer Obyek Wisata Goa Lawa Purbalingga Bambang Adi saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (11/6/2020).
Bambang menyampaikan, petugas di obyek wisata, terutama yang melayani pembelian tiket, juga akan dilengkapi pelindung wajah. Di Golaga, misalnya, pengelola menyiapkan tempat cuci tangan beserta sabun setiap 50 meter. Selain itu, dipasang pula papan larangan meludah sembarangan.
Bambang yang juga Bagian Humas Owabong menyampaikan, protokol kesehatan serupa juga diterapkan di Golaga. Dua obyek wisata berkapasitas hingga 10.000 orang per hari tersebut akan dibatasi hanya 50 persen untuk mencegah kerumunan orang.
Bambang menuturkan, pihaknya berani mewacanakan pembukaan kolam renang di Owabong saat sejumlah tempat publik sejenis di sejumlah daerah masih ditutup karena air di obyek wisata ini terus mengalir.
”Kolam renang di Owabong ini berbeda dengan kolam renang lain karena bersumber dari tujuh mata air dan airnya terus mengalir. Kami juga rutin melakukan pengecekan kualitas air. Tentu di sini kami memasang larangan meludah sembarangan, kencing, dan membuang ingus sembarangan di kolam,” katanya.
Meski demikian, menurut Bambang, hingga kini, kedua obyek wisata ini masih tutup dan menunggu arahan Bupati Purbalingga untuk membukanya. ”Kapan pun akan dibuka, kami sudah siap. Kami juga menyiagakan petugas kesehatan lengkap dengan alat pelindung diri dan bekerja sama dengan puskesmas terdekat,” ucapnya.
Sementara itu, di Banyumas, untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik serta menyongsong tatanan normal baru yang produktif dan aman dari Covid-19, jajaran Pemkab Banyumas mulai Rabu (10/6/2020) secara bertahap mengadakan pelayanan langsung kepada masyarakat.
Aparatur sipil negara (ASN) pun sudah mulai melakukan absen elektronik. Selama ini ASN secara bergantian ada yang melakukan work from home (WFH) dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara daring untuk menghindari kontak langsung.
Kepala Bagian Organisasi Setda Kabupaten Banyumas Rintawati dalam siaran pers mengatakan, ASN tetap menjaga jarak, masuk ruangan dengan cuci tangan dulu atau menggunakan hand sanitizer, kemudian dilakukan cek tubuh. Selain itu, saat absen, mereka juga diwajibkan tetap jaga jarak dan menggunakan masker.
”Bagi yang WFH masih memungkinkan, dengan syarat surat tugas dan surat keterangan dokter bagi yang mempunyai penyakit yang berisiko, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker,” katanya.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas Joko Wikanto mengatakan, Rabu lalu, ASN di kantornya tidak ada yang WFH. Pihaknya pun telah menerapkan standar Covid-19, seperti cuci tangan, cek suhu badan, dan jaga jarak.
”Termasuk para pengunjung perpustakaan dan arsip. Hari ini, kami mulai melakukan pelayanan dengan jumlah terbatas. Di dalam ruangan perpustakaan hanya diizinkan 10 orang. Setelah selesai, baru ganti pengunjung berikutnya. Semua wajib mengikuti protokol,” katanya.