Pemkot Yogyakarta Lakukan Tes Cepat Acak di Enam Mal
Pemerintah Kota Yogyakarta mulai melakukan tes cepat ke sejumlah pusat perbelanjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui sebaran penularan Covid-19 yang belum terdeteksi di daerah tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Yogyakarta mulai melakukan tes cepat ke sejumlah pusat perbelanjaan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui sebaran penularan Covid-19 yang belum terdeteksi di daerah tersebut. Hasil dari serangkaian tes cepat acak itu menjadi pertimbangan penyusunan kebijakan.
Ada enam mal yang disasar menjadi tempat pelaksanaan tes cepat, yakni Jogjatronik, Lippo Mall, Galeria Mall, Malioboro Mall, Gardena, dan Ramai Mall. Total sasarannya warga yang dites berjumlah 557 orang. Mereka terdiri dari pegawai dan pelapak, atau tenant, yang ada di mal tersebut.
”Sekali lagi, ini tujuannya untuk melihat seberapa jauh sebaran Covid-19 di Yogyakarta. Sebelumnya, sudah dilakukan di sejumlah pasar tradisional. Ini sifatnya melihat seperti apa sebarannya di tempat-tempat lain,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (10/6/2020).
Heroe melanjutkan, tes cepat itu dilakukan bekerja sama dengan tim epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Hasil tes cepat acak itu nantinya akan digunakan untuk menilai kondisi persebaran Covid-19 di Yogyakarta. Kajian tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pemerintah daerah di tengah pandemi ini.
Sebelumnya, tes cepat acak yang menyasar pedagang pasar tradisional dilaksanakan Rabu (3/6/2020) dan Kamis (4/6/2020). Tes cepat itu menyasar 250 pedagang dari 10 pasar tradisional yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta. Kala itu, pelaksanaan tes cepat dianggap penting melihat kondisi pasar yang dari waktu ke waktu mulai ramai.
Dari tes cepat acak di pasar tradisional, diperoleh tiga orang yang menunjukkan hasil reaktif. Bagi yang reaktif langsung dikarantina dan diambil sampel uji usap tenggoroknya. Karantina dilakukan di tempat yang telah disiapkan Pemerintah Kota Yogyakarta, yaitu di Balai Diklat Kesejahteraan Sosial Yogyakarta.
”Ini belum bisa saya sebutkan di (pasar) mana yang (menunjukkan hasil) reaktif. Karena masih reaktif. Kalau sudah positif, nanti akan kami umumkan. Ini agar tidak membuat masalah karena nanti masih bisa negatif jika hasil rapid test-nya masih reaktif,” kata Heroe.
Heroe mengungkapkan, peserta tes acak di mal juga akan dikarantina dan diambil sampel uji usapnya apabila menunjukkan hasil reaktif. Karantina itu dijalani sambil menunggu hasil laboratorium dari sampel uji usapnya telah keluar.
Selanjutnya, Heroe mengungkapkan, tes cepat acak ini tidak akan berhenti di mal. Pihaknya masih akan menggencarkan lagi pelaksanaan tes cepat acak di tempat lain yang berpotensi memunculkan kerumunan, seperti restoran dan kafe.
Tes cepat acak ini tidak akan berhenti di mal.
”Paling tidak (dilaksanakan) pekan depan. Modelnya ini sama. Kan, menentukan sampel itu perlu hitungan. Sampel seperti apa yang memenuhi syarat untuk dites itu kan juga harus dihitung,” kata Heroe.
Secara terpisah, epidemiolog Universitas Gadjah Mada Riris Andono Ahmad menjelaskan, tes cepat acak itu menjadi langkah awal untuk melihat kondisi persebaran Covid-19 di tengah masyarakat. Hasil dari serangkaian tes cepat penting untuk menentukan perlu atau tidaknya diadakan tes cepat massal. Ini meningkatkan efisiensi deteksi awal sebaran penularan di wilayah.
”Ini untuk melihat berapa kira-kira besar prevalensinya,” kata Riris. Dari situ, bisa ditentukan apakah perlu penyaringan massal atau tidak. Jika tanpa dasar, lanjut Riris, tetapi dilakukan penyaringan massal, sumber daya menjadi tidak efisien digunakan.
Pemerintah Kabupaten Sleman juga mengadakan tes cepat acak ke 14 pasar tradisional, Selasa (9/6/2020). Tes cepat itu diikuti 710 pedagang pasar. Dilakukan pula pengambilan uji usap langsung secara acak kepada 30 pedagang pasar lainnya dalam rangkaian tes tersebut.
Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan, tes cepat dan uji usap acak itu dilakukan guna mengetahui gambaran kondisi persebaran Covid-19 di daerahnya. Pasar tradisional menjadi sasaran mengingat potensi kerumunan yang timbul dari tempat tersebut. Terlebih lagi, aktivitas perdagangan juga kerap melibatkan pemasok dari luar daerah.