Potensi Penularan Covid-19 di Perdesaan di Jabar Jadi Perhatian Penting
Sedikitnya 800 warga dari enam daerah di Jawa Barat diisolasi dalam program pembatasan sosial berskala mikro. Tujuannya untuk meminimalkan persebaran Covid-19 sejak tingkat desa.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sedikitnya 800 warga desa dari enam daerah di Jawa Barat diisolasi dalam program pembatasan sosial berskala mikro. Tujuannya meminimalkan persebaran Covid-19 sejak tingkat desa.
Pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) merupakan program baru Pemerintah Provinsi Jabar dalam menanggulangi Covid-19. Penerapannya berbasis desa/kelurahan dan merupakan perluasan isolasi mandiri disertai pelayanan kepada masyarakat. Desa-desa itu ada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi, dan Kota Bogor.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Jabar Berli Hamdani di Bandung, Rabu (10/6/2020) menyampaikan, daerah-daerah tersebut telah dipantau dan dievaluasi. Penerapannya akan menjadi pertimbangan guna menyiapkan fase normal baru di Jabar.
Berli memaparkan, warga yang memiliki kontak erat dengan pasien positif di daerah percontohan ini dikarantina selama beberapa hari dan dipantau kesehatannya. Pemantauan ini diiringi uji usap hingga pendirian dapur umum untuk kebutuhan pangan warga. Hasil pemeriksaan uji usap, kata Berli, bakal menjadi landasan daerah untuk melanjutkan karantina atau tidak.
Berli mencontohkan Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Pada 2 Juni 2020, sebanyak 291 warga desa yang memiliki kontak erat dengan pasien positif melaksanakan uji usap dan diisolasi. Hasilnya diumumkan pada 6 Juni 2020 dan tidak ada pasien yang dinyatakan positif Covid-19.
”Jika waktu kontak antara warga dan pasien positif sudah lebih dari 14 hari, PSBM di Desa Tanimulya dinyatakan selesai dan tidak perlu isolasi,” ujarnya.
Desa Kasomalang Kulon, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, juga merupakan salah satu desa yang menerapkan PSBM. Berli menjelaskan, di sana 97 warga desa yang kontak erat dengan pasien positif melakukan uji usap dan diisolasi sejak 2 Juni 2020.
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji usap, ada dua warga yang hasilnya positif. Jarak kontak antara pasien positif dan yang lain kurang dari 14 hari sehingga PSBM dilanjutkan hingga 15 Juni 2020 dan tes berikutnya juga akan dilaksanakan.
”Berdasarkan pengajuan pihak desa didukung gugus tugas setempat, kedua orang terduga positif saat ini dirawat di RSUD setempat dan belum dinyatakan sembuh,” tuturnya.
Warga yang memiliki kontak erat dengan pasien positif di daerah percontohan ini dikarantina selama beberapa hari dan dipantau kesehatannya. Pemantauan ini diiringi uji usap hingga pendirian dapur umum untuk kebutuhan pangan warga.
Sementara itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Kerjasama Sekretariat Daerah Jabar Dani Ramdan mengatakan, kerja sama berbagai pihak sangat terasa di Jabar. Dia mengatakan, sedikitnya 75 perusahaan telah ikut berkontribusi memerangi Covid-19. Di samping itu, terdapat 21 laboratorium dari 21 universitas, baik negeri maupun swasta, bekerja sama dalam pemeriksaan Covid-19.
”Hal ini membuat Jabar memiliki kemampuan untuk memeriksa orang dalam pengawasan dan tanpa gejala secara optimal. Poin-poin ini memperlihatkan bagaimana kami bekerja sama dengan berbagai kelompok masyarakat dan sektor lainnya,” tutur Dani.