Gempa tektonik berkekuatan M 5,8 mengguncang sisi selatan Pulau Buru, Maluku, Selasa (9/6/2020) siang. Hingga Selasa malam belum ada laporan korban dan kerusakan bangunan.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Gempa tektonik berkekuatan magnitudo 5,8 mengguncang selatan Pulau Buru, Maluku, Selasa (9/6/2020) siang. Guncangan gempa kembali memicu trauma bagi warga terdampak.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian ini adalah gempa dangkal yang dipicu sesar lokal. Episenter gempa pada kedalaman 20 kilometer. Gempa yang berpusat di laut itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, gempa itu memiliki mekanisme pergerakan geser. Getarannya terasa di Pulau Buru, Pulau Seram, dan Pulau Ambalau. Di Namrole, ibu kota Kabupaten Buru Selatan, getaran mencapai IV Modified Mercalli Intensity (MMI). Namrole menjadi titik terdekat dengan pusat gempa, sekitar 58 kilometer.
Kejadian ini memicu trauma masyarakat terdampak. Ramli Balasa (32), warga Pulau Ambalau, mengatakan, kejadian ini mengingatkan pada gempa besar beberapa waktu lalu. Dia panik dan langsung lari ke luar rumah karena khawatir bakal ada tsunami.
Gempa berkekuatan M 5,4 pernah mengguncang Pulau Ambalau pada 17 Januari 2016. Pusat gempa hanya berjarak sekitar 12 km timur Ambalau. Akibatnya, getaran sangat terasa, hingga V MMI. Dua desa terdampak paling parah ialah Ulima dan Masawoy. Total ada 68 rumah rusak berat dan 123 rumah rusak sedang. Sebanyak 10 orang terluka.
Sukarelawan Palang Merah Indonesia di Namrole, Raya (38), mengatakan, getaran gempa terasa lebih dari 10 detik. Foto di dinding rumahnya jatuh. Banyak warga lari keluar rumah. Hingga Selasa malam, Raya belum mendapat laporan kerusakan bangunan di daerah itu.
Raya menambahkan, warga setempat kerepotan lantaran berlari menghindari dampak gempa di tengah pandemi Covid-19. Padahal, sebelumnya, pihak BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan sejumlah lembaga telah menyusun panduan evakuasi darurat saat gempa. Salah satu poin penting mengutamakan evakuasi untuk menyelamatkan jiwa.
Sejumlah rencana kesiapsiagaan yang perlu diperhatikan pemerintah daerah adalah meninjau lokasi dan kondisi rumah sakit. Rumah sakit yang menampung pasien Covid-19 dipastikan tahan gempa dan aman dari tsunami. Selain itu, perlu cadangan alat pelindung diri dalam jumlah yang memadai.
Warga setempat kerepotan lantaran berlari menghindari dampak gempa di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku Henry Far Far mengatakan, hingga Selasa malam, belum ada laporan korban jiwa ataupun kerusakan dari tiga kabupaten terdampak, yakni Buru Selatan, Buru, dan Seram Bagian Barat. ”Biasanya kurang dari dua jam sudah ada laporan kondisi di lapangan sebab sekarang sinyal sudah masuk ke pelosok. Mudah-mudahan tidak ada korban dan kerusakan,” katanya.
Akan tetapi, Henry mengingatkan, warga agar tetap waspada terhadap potensi gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Maluku merupakan daerah rawan gempa dan tsunami. Gempa terakhir di Ambon pada September 2019 masih menyimpan trauma hingga kini. Lebih dari 30 orang meninggal, ratusan orang luka, dan ribuan bangunan rusak.