Pembukaan Destinasi di Sleman Masih Perlu Persiapan Matang
Dinas Pariwisata Sleman, DI Yogyakarta, belum membuka destinasi wisata dalam waktu dekat. Tempat wisata harus siap sepenuhnya dengan protokol kesehatan sebelum beroperasi penuh.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dinas Pariwisata Sleman belum membuka destinasi wisata dalam waktu dekat. Destinasi wisata harus siap sepenuhnya dengan protokol kesehatan sebelum beroperasi penuh. Simulasi akan dijalankan terlebih dahulu guna memastikan keberhasilan penerapan protokol tersebut.
”Kami sudah terjun langsung ke lapangan mengecek kesiapan destinasi wisata. Protokol kesehatan ini masih akan terus dimatangkan. Hal yang masih kurang kami sampaikan kepada pengelola agar segera dibenahi,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sudarningsih saat dihubungi, Selasa (9/6/2020).
Protokol kesehatan yang disiapkan itu mengutamakan jaga jarak, pemakaian masker, dan penyediaan fasilitas cuci tangan. Wisatawan juga akan dicek suhu tubuhnya sebelum memasuki destinasi wisata. Dalam jaga jarak, dilakukan pembatasan jumlah kunjungan lewat mekanisme-mekanisme khusus. Pembelian tiket masuk destinasi pun dianjurkan agar dilakukan secara nontunai guna meminimalkan potensi penularan Covid-19.
Sudarningsih menyatakan, pihaknya juga akan melakukan simulasi sebelum destinasi wisata beroperasi penuh. Simulasi itu bertujuan memastikan penerapan protokol kesehatan benar-benar dilakukan. Protokol kesehatan itu menjadi bentuk antisipasi agar tidak muncul kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi dari aktivitas pariwisata.
Kemudian, Sudarningsih menyampaikan, perihal mekanisme masuk menuju destinasi wisata, pengelola bisa memberlakukan sistem reservasi ataupun pembelian tiket langsung di lokasi. Namun, ia meminta agar protokol kesehatan berupa jaga jarak itu harus diterapkan. Pengelola bertanggung jawab untuk mengingatkan wisatawan agar senantiasa menjaga jarak dengan sesama wisatawan lainnya.
”Reservasi boleh, beli langsung di tempat juga boleh. Tetapi, ini pengelola harus mengumumkan setiap 10 menit atau berapa saja waktunya agar wisatawan benar-benar menjaga jarak,” kata Sudarningsih.
Ditemui secara terpisah, Ketua Pengelola Tebing Breksi Kholik Widianto menyampaikan, sudah tiga bulan lamanya destinasi wisata yang dikelolanya ditutup untuk umum. Penutupan ini mempertimbangkan adanya potensi kemunculan kerumunan dari destinasi tersebut. Selama ditutup, pihaknya melakukan pembenahan fasilitas yang ada di destinasi tersebut sekaligus menyiapkan protokol kesehatan untuk destinasi itu.
Reservasi boleh, beli langsung di tempat juga boleh. Tetapi, ini pengelola harus mengumumkan setiap 10 menit atau berapa saja waktunya agar wisatawan benar-benar menjaga jarak.
”Kami sudah memasang 47 wastafel di 15 lokasi di destinasi wisata kami. Kami juga berencana menambah tujuh wastafel lagi,” kata Kholik.
Kholik melanjutkan, pihaknya telah membuat mekanisme agar jaga jarak bisa diterapkan saat destinasi tersebut beroperasi kembali. Tebing Breksi tergolong mempunyai lokasi yang cukup luas. Kondisi tersebut memungkinkan jaga jarak fisik dilakukan. Wisatawan diarahkan agar menyebar dan tidak menumpuk di satu titik saja.
”Ada pengeras suara yang dapat kami gunakan secara berkala untuk menginformasikan supaya para wisatawan terus menjaga jarak. Tentu ini nanti harus disimulasikan terlebih dahulu,” kata Kholik.
Sementara itu, Didik Irwanto, Ketua Desa Wisata Pulesari, Sleman, menuturkan, pihaknya juga tak ingin terburu-buru membuka kembali aktivitas wisata di desa tersebut. Pihaknya masih menyiapkan protokol khusus untuk beroperasi di tengah pandemi. Jangan sampai aktivitas wisata itu justru menambah potensi penularan baru.