Berbagai Skema Disiapkan Jelang Tahun Ajaran Baru Sekolah di Jateng
Penerimaan peserta didik di Jawa Tengah disiapkan secara daring agar menghindari kontak antara guru dan siswa serta orangtua. Namun, skenario pembelajaran di sekolah disiapkan, agar tetap memenuhi protokol kesehatan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah skema disiapkan di Jawa Tengah dalam menyambut tahun ajaran baru 2020/2021. Hal itu dimulai dari penerimaan peserta didik yang dilakukan daring hingga uji coba menuju kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Di Kota Semarang, penerimaan peserta didik (PPD) untuk TK, SD, dan SMP diarahkan dengan sistem daring sehingga tidak ada kontak antara guru dan orangtua serta siswa. Walaupun tergolong baru, metode verifikasi kelengkapan dokumen secara daring diyakini dapat terlaksana.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan telah disepakati bahwa pelaksanaan peserta didik di Kota Semarang pada 14-25 Juni 2020. Segala informasi terkait itu nantinya bisa dilihat di portal PPD Kota Semarang.
”Saya sudah meminta tak ada pertemuan guru dengan siswa dan orangtua di sekolah. Gunakan teknologi secara daring, termasuk dalam verifikasi ijazah dan piagam. Metodenya sudah disiapkan,” ujar Hendrar di Kota Semarang, Senin (8/6/2020) sore.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kota Semarang Wiharto mengatakan, pendaftaran SMA juga akan dilakukan daring. Kepala SMAN 3 Semarang itu mengatakan, pendaftaran melalui daring akan dimulai pada 17 Juni 2020.
”Tahapan sosialiasiasi zonasi sudah dilakukan se-Jateng. Pendaftaran dibuka pada 17 Juni pukul 08.00, jadi tidak akan ada siapa cepat dia duluan. Leaflet sosialisasi sudah kami siapkan dan nantinya tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Wiharto.
Pendaftaran SMA juga akan dilakukan daring. Kepala SMAN 3 Semarang itu mengatakan, pendaftaran melalui daring akan dimulai 17 Juni 2020.
Pembelajaran di sekolah
Wiharto mengatakan, rencana semula akan ada latihan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan pemenuhan protokol kesehatan, mulai 15 Juni 2020. Di Kota Semarang, dimulai oleh SMAN 3 dan SMAN 16. Persiapan pun terus dilakukan pihak sekolah.
”Akan disiapkan bagaimana siswa mulai berangkat dari rumah, di sekolah, hingga pulang tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Wiharto.
Di SMAN 3 Semarang, akses masuk dijadikan hanya satu pintu. Siswa pun harus tertib dan berjarak. Kemudian, disiapkan alat pengukur suhu tubuh dan tempat cuci tangan. Adapun kantin ditutup sehingga siswa membawa perbekalan dari rumah.
Latihan itu akan diikuti kelas 10 dan 11, masing-masing dua rombongan belajar. ”Nantinya satu kelas dibagi lagi karena bangku-bangku direnggangkan. Belajar pun hanya empat jam. Pembelajaran dibuat lebih simpel. Jadi, hanya yang terpenting atau dirasa sulit jika siswa belajar sendiri,” katanya.
Seluruh kegiatan pada latihan tersebut, menurut rencana, direkam video. Dengan demikian, diharapkan nantinya diharapkan dapat dicontoh SMA-SMA lain.
Pembelajarannya dengan sistem sif. Jadi, satu kelas hanya berisi 50 persen dan belajarnya hanya tiga jam.
Ketua MKKS SMP Kota Semarang Setiyo Budi mengatakan, jika tak ada perubahan, tahun ajaran 2020/2021 terjadwal dimulai 13 Juli 2020. Apabila ada pembelajaran tatap muka, pemenuhan protokol kesehatan wajib terpenuhi.
”Jadi, pembelajarannya dengan sistem sif. Jadi, satu kelas hanya berisi 50 persen dan belajarnya hanya tiga jam,” ujar Kepala SMPN 15 Semarang tersebut.
Ia mencontohkan, satu kelas yang biasanya berjumlah 32-40 siswa akan dibagi menjadi dua waktu belajar, tetapi tetap dengan pelayanan sama dari guru. Misalnya, kelompok pertama belajar pada pukul 07.00-10.00 dan kelompok kedua pukul 10.00-13.00.
Menurut dia, pelaksanaan dengan sistem seperti itu tetap akan dievaluasi. ”Jadi, nanti uji coba dulu 1-2 hari. Kalau memang menimbulkan ketidaknyamanan atau hal negatif, harus ambil sikap. Harus tetap belajar di rumah,” kata Setiyo.
Namun, dimulainya kembali pembelajaran tatap muka, kata Setiyo, belum pasti dan masih menunggu keputusan pemerintah. Pembelajaran daring dinilai jauh dari optimal, terlebih ketersediaan sarana belum merata. Namun, bagaimanapun, kesehatan tetap menjadi yang utama di tengah pandemi Covid-19.
Di Kabupaten Kudus, SMA dan SMK masih menunggu regulasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng. Namun, persiapan aktivitas pendidikan tatap muka sudah dilakukan. Beberapa di antaranya dengan menyediakan alat pengukur suhu tubuh, tempat cuci tangan, serta masker kain untuk guru dan siswa.
Kepala SMKN 2 Kudus, Harto Sundoyo, menuturkan, telah menyiapkan masker bagi 1.300 siswanya. ”Masing-masing akan mendapat tiga buah, jadi, satu dipakai, satu dicuci, dan satu disimpan. Sementara untuk guru sudah diberikan sejak Maret,” katanya.
Apabila pembelajaran tatap muka kembali dilakukan, kata Harto, bukan berarti akan langsung dibebaskan. Pelaksanaannya bertahap dan akan dipantau ketat. Dalam satu kelas misalnya, kemungkinan diisi 50 persen. Kesehatan dan keamanan siswa diutamakan.
Pembelajaran secara tatap muka sudah dinanti. ”Selama jarak jauh, kami juga upayakan seoptimal mungkin. Selain internet dan aplikasi, kami juga menggunakan radio FM karena lebih terjangkau dan tak perlu beli pulsa. Di samping itu, bantuan pulsa untuk siswa sudah kami berikan,” lanjut Harto.