Warga Terdampak Rob di Pekalongan Bakal Direlokasi
Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, berencana merelokasi 67 keluarga di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, yang terdampak banjir rob paling parah. Lahan seluas 1,5 hektar disiapkan untuk relokasi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
KAJEN, KOMPAS — Ratusan korban rob di Kota/Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, masih bertahan di sejumlah pengungsian, Senin (8/6/2020). Selain membangun tanggul darurat, Pemerintah Kabupaten Pekalongan juga berencana merelokasi warga terdampak paling parah di Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto.
Rob akibat pasang air laut yang terjadi belakangan ini membuat ribuan rumah di Kota/Kabupaten Pekalongan terendam. Ketinggian airnya mencapai 1 meter. Akibatnya, ratusan orang terpaksa mengungsi di sejumlah pengungsian yang tersebar di Kota/Kabupaten Pekalongan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan mencatat, hingga Senin siang, sebanyak 162 orang masih bertahan di posko pengungsian Desa Semut. Mereka adalah warga Dukuh Simonet yang sudah mengungsi di Desa Semut sejak Rabu (3/6/2020).
Warga Simonet belum bisa kembali karena jalan menuju permukiman mereka terendam air setinggi 50 sentimeter dan sebagian rumah rusak. Untuk bisa mencapai Simonet, warga harus menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan kapal.
”Baru kali ini warga Simonet mengungsi karena rob. Sebelumnya, mereka bisa tetap bertahan di rumah karena ketinggian rob hanya sekitar 40 sentimeter dan rumah mereka tidak ada yang sampai rusak,” kata Sekretaris Desa Semut Winarso di Kabupaten Pekalongan.
Winarso memperkirakan warga Simonet masih akan bertahan di pengungsian hingga dua minggu ke depan. Segala kebutuhan makan dan minuman akan dipenuhi dapur umum yang didirikan Pemkab Pekalongan bekerja sama dengan sejumlah pihak.
Baru kali ini warga Simonet mengungsi karena rob. Sebelumnya, mereka bisa tetap bertahan di rumah karena ketinggian rob hanya sekitar 40 sentimeter dan rumah mereka tidak ada yang sampai rusak.
Menurut Winarso, beberapa warga Dukuh Simonet, terutama yang rumahnya rusak, berharap dibantu merenovasi rumah atau direlokasi. Warga berharap tempatnya tetap dekat laut. Sebab, sebagian besar warga Simonet bekerja sebagai nelayan. Beberapa daerah yang juga terdampak rob seperti Kecamatan Tirto dan Kecamatan Siwalan. Namun, daerah terdampak paling parah adalah Dukuh Simonet.
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi memiliki rencana jangka pendek dan panjang untuk meminimalkan dampak rob. Rencana jangka pendeknya mengevakuasi warga terdampak dan menetapkan status tanggap darurat bencana rob selama 14 hari, periode 3-16 Juni 2020.
”Pemkab Pekalongan akan segera berkoordinasi dengan Gubernur Jateng, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk merelokasi 67 rumah tangga yang selama ini tinggal di Simonet. Bermukim di Simonet ini cukup berbahaya karena letaknya memang seperti pulau, di tengah-tengah sungai besar,” tutur Asip.
Pemerintah Desa Semut sudah menyiapkan lahan seluas 1,5 hektar di Dusun Babakan sebagai tempat relokasi. Lokasinya berada di pesisir pantai utara Kabupaten Pekalongan.
Tanggul darurat
Selain menyiapkan relokasi, Pemkab Pekalongan juga akan membangun rumah pompa di Sungai Meduri dan Sungai Bremi, meninggikan tanggul-tanggul sungai, menormalisasi sungai, serta menormalisasi saluran air. Untuk sementara waktu, BPBD Kabupaten Pekalongan juga memasang tanggul darurat dari kantong berisi tanah di beberapa titik tanggul yang bocor.
Pemerintah Desa Semut sudah menyiapkan lahan seluas 1,5 hektar di Dusun Babakan sebagai tempat relokasi. Lokasinya berada di pesisir pantai utara Kabupaten Pekalongan.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, tanggul darurat dari tanah juga dipasang di sejumlah titik sungai, seperti Slamaran, Randudjajar, Pabean, Tirto, Bremi, dan Meduri. Tanggul darurat yang dipasang di sejumlah titik tersebut sepanjang 1,2 kilometer.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pekalongan Nur Priyantomo mengatakan, selain menambal tanggul yang jebol, pihaknya juga berencana mengeruk endapan lumpur di Sungai Slamaran.
”Pemkot Pekalongan akan bekoordinasi dengan Perusahaan Umum Perikanan Indonesia dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan untuk mengatur posisi sandar kapal agar tidak menganggu proses pengerukan di Sungai Slamaran,” ujarnya.
Hingga Senin malam, masih ada 279 orang yang bertahan di sejumlah pengungsian karena rumahnya masih terendam. Para pengungsi merupakan warga Kelurahan Pasirkratonkramat, Kandang Panjang, Panjang Baru, Panjang Wetan, Krapyak, dan Kelurahan Degayu.