Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi mengembangkan 33 varietas melon eksklusif. Program pengembangan ini dilakukan untuk menjawab potensi pasar yang masih sangat terbuka.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi mengembangkan 33 varietas melon eksklusif. Program pengembangan ini dilakukan untuk menjawab potensi pasar yang masih sangat terbuka.
Varietas melon eksklusif ini berbeda dengan varietas melon yang biasa dikembangkan oleh petani rakyat. Melon varietas eksklusif ini diminati banyak pembeli di pasar-pasar modern.
”Ada 33 varietas melon yang kami kembangkan di sini. Seluruhnya varietas eksklusif. Disebut eksklusif karena belum banyak dikembangkan oleh petani. Varietas yang dikembangkan ada yang dari Korea, Jepang, dan juga hasil persilangan varietas lokal,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi Arief Setiawan, di Banyuwangi, Senin (8/6/2020).
Arief mengatakan, pengembangan varietas melon ini bekerja sama dengan sejumlah formulator, pembenih, dan petani lokal. Pengembangan dilakukan di lahan seluas 2 hektar dari total 10 hektar lahan di kawasan Agrowisata Taman Suruh Banyuwangi.
Pengembangan melon varietas eksklusif ini dilakukan sejak Januari 2020. Saat ini, sejumlah tanaman sudah menghasilkan dan siap panen. Dari hasil panen awal, ujar Arief, ada kecocokan kondisi geografis yang mendukung.
”Melon varietas Chimoe dan Moon Light yang berasal dari Korea ternyata cocok dan hasilnya lebih baik. Dari ukuran, warna kulit luar, net (jaring kulit buah di permukaan kulit melon), tekstur buah, dan rasa, hasilnya lebih baik dari melon varietas umum,” ungkap Arief.
Salah satu petani lokal yang dilibatkan dalam proyek ini ialah Ali Imron (42) asal Muncar. Sebelumnya Ali merupakan petani melon di Desa Tembok Rejo, Muncar. Ali mengakui, melon varietas eksklusif ini lebih menguntungkan dan memiliki potensi pasar yang sangat luas.
”Sebagian besar petani melon menanam melon kulit hijau dengan net daging putih dan net daging oranye. Sementara varietas eksklusif ini memiliki kulit kuning dan putih,” ujarnya.
Jika membandingkan harga jualnya, lanjut Ali, melon eksklusif dihargai jauh lebih tinggi. Selain itu, produksi yang masih terbatas membuat harga jual melon varietas eksklusif ini lebih terjaga.
Melon varietas Chimoe dan Moon Light yang berasal dari Korea ternyata cocok dan hasilnya lebih baik.
Harga melon eksklusif minimal Rp 9.000 per kilogram (kg). Melon Chimoe asal Korea bahkan mampu dijual dengan harga Rp 36.000 per kg.
”Harga tersebut jelas lebih tinggi dibandingkan harga melon biasa yang hanya Rp 4.000 per kg. Saat panen raya, harganya bisa anjlok hingga Rp 1.000 per kg. Dari harga, melon eksklusif tentu lebih menguntungkan,” tutur Ali.
Ali mengakui, harga bibit varietas eksklusif memang lebih mahal. Perawatan melon eksklusif juga lebih rumit. Namun, dengan harga yang tinggi, Ali yakin, harga jual tetap membuat petani untung.
Terkait pasar, lanjut Ali, peluang melon eksklusif sangat terbuka. Melon hijau yang biasa ditanam petani hanya mampu menembus pasar tradisional. Sementara melon eksklusif justru diminati di pasar-pasar modern.
Di Banyuwangi, sedikitnya ada 500 hektar lahan pertanian melon. Hingga saat ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan belum memiliki data pasti jumlah luasan dan produktivitas rata-rata.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memantau langsung lokasi pengembangan melon varietas eksklusif tersebut di Agrowisata Taman Suruh. Ia mengapresiasi langkah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan beserta para petani yang terlibat.
”Saya berharap lokasi ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga tempat edukasi bagi petani dan warga. Jauh lebih baik apabila nantinya hasil panen bisa dijual untuk menutup biaya operasional lokasi ini. Dengan demikian, lokasi ini mampu membiayai dirinya sendiri,” ujar Anas.