Untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di tempat wisata, Pemerintah Kabupaten Purwakarta masih menutup semua obyek wisata. Ketidakdisiplinan warga dan pengelola berpotensi membentuk kluster baru.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di tempat wisata, Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, masih menutup semua obyek wisata. Ketidakdisiplinan warga dan pengelola berpotensi membentuk kluster baru di tengah upaya memutus rantai penyebaran.
Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta Iyus Permana, Minggu (7/6/2020), mengatakan, semua destinasi wisata di Purwakarta tidak menerima pengunjung sampai masa perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tingkat Provinsi Jawa Barat berakhir Jumat (12/6/2020).
Saat adaptasi kebiasaan baru mulai diterapkan, pengelola wisata diminta menyediakan tempat cuci tangan dan cairan antiseptik serta mengecek suhu badan pengunjung. Sejumlah tempat makan atau restoran hanya diperbolehkan memenuhi 50 persen kapasitas konsumen yang makan di tempat.
Tak ada jaminan seluruh masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan tanpa diikuti dengan kedisiplinan diri. (Heri Anwar)
Ada puluhan obyek wisata di Purwakarta, mayoritas bergantung pada wisata alam. Salah satu obyek andalan di tengah kota Purwakarta adalah Air Mancur Sri Baduga. Setiap Sabtu malam di lokasi ini ada pertunjukan air mancur dan wisata kuliner. Pertunjukan ini mampu mendatangkan lebih dari 25.000 pengunjung.
Banyak warga yang memanfaatkan lokasi wisata ini untuk kegiatan olahraga dan memberi pakan ikan-ikan yang ada di kolam itu setiap Sabtu dan Minggu pagi. Selama pandemi, obyek wisata ini tutup. Minggu (7/6/2020) pagi, sebagian warga tetap berolahraga dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni menggunakan masker dan pembatasan jarak fisik.
Tahun ini Pemerintah Kabupaten Purwakarta menargetkan 3 juta wisatawan berkunjung ke Purwakarta. Target ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kunjungan tahun lalu sekitar 2,8 juta wisatawan. Semangat untuk mencapai target itu terhalang oleh pandemi Covid-19.
Festival Manggis yang diadakan pada Maret lalu merupakan satu-satunya festival yang masih sempat dilaksanakan sebelum penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Provinsi Jabar.
Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta Heri Anwar menyampaikan, pengelola dan masyarakat diminta mematuhi larangan obyek wisata beroperasi demi kebaikan bersama. Biasanya, lokasi wisata ramai dikunjungi warga pada akhir pekan dan mereka rentan berkerumun. ”Tak ada jaminan seluruh masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan tanpa diikuti dengan kedisiplinan diri,” katanya.
Perketat pengawasan
Selama PSBB, sejumlah warga masyarakat belum mematuhi protokol. Beberapa hanya memakai masker saat ada petugas yang berjaga. Tak mudah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat jika mereka tidak peduli dengan sekitar. Terlebih jika normal baru diterapkan tanpa pengawasan ketat.
Pendirian posko terpadu di beberapa titik kerumunan dan sektor usaha yang kembali beroperasi normal telah dilakukan, antara lain di pusat perbelanjaan dan jalan masuk perumahan. Langkah ini dilakukan untuk mengawasi masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan.
Banyak warga berbelanja di pasar swalayan saat akhir pekan. Petugas memberikan imbauan lewat pengeras suara agar pengunjung tetap menjaga jarak fisik satu sama lain dan menggunakan masker. Petugas juga berjaga di jalan utama perumahan untuk mendata dan mengecek pengunjung yang hendak bertamu.
Hingga kini, ada 30 kasus positif Covid-19 di Purwakarta, 22 orang di antaranya sembuh dan 7 orang masih dirawat. Dinas Kesehatan Purwakarta mencatat ada dua kluster besar dari luar daerah, yakni Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, dan GBI ”Pastors Meeting” di Lembang. Beberapa kasus muncul karena pasien bekerja lintas daerah di luar kota, antara lain Jakarta, Depok, dan Karawang.