Lima Kru Helikopter TNI AD yang Jatuh di Kendal Dirawat Intensif di Semarang
Empat penerbang meninggal dan lima kru lainnya luka-luka akibat jatuhnya helikopter milik TNI Angkatan Darat di Kawasan Industri Kendal, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
KENDAL, KOMPAS — Empat penerbang meninggal dan lima kru lainnya luka-luka akibat jatuhnya helikopter milik TNI Angkatan Darat di Kawasan Industri Kendal, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Lima kru helikopter masih dirawat intensif di Semarang pada Sabtu malam.
Saksi mata melihat beberapa kru helikopter menyelamatkan diri. Sarwono (50), salah satu saksi mata, mengatakan, sebelum jatuh, helikopter terbang rendah, sekitar 20 meter dan dalam kondisi agak oleng. Namun, saat di udara sama sekali tidak ada api atau asap. Ia pun terheran karena helikopter tersebut seperti hendak mendarat di sekitar lokasi proyek.
”Setelah jatuh, baru ada suara ledakan sepeti ban meletus, hingga muncul api yang cukup besar dan disertai asap. Korban sempat keluar dari helikopter, tiga orang ke arah barat, empat orang ke arah sebaliknya. Mereka menyelamatkan diri, berguling-guling menjauhi helikopter,” ujar pengawas lapangan proyek itu.
Pada misi latihan terbang kedua itu, helikopter terbang dengan materi taktikal manuver sekitar pukul 12.35.
Seperti diberitakan sebelumnya, empat kru (semuanya penerbang) meninggal dan lima orang luka-luka. Empat orang meninggal adalah Kapten Cpn Kadek, Kapten (Cpn) Fredi, Kapten (Cpn) Y Hendro, dan Letnan Satu (Cpn) Wisnu (sebelumnya ditulis Lettu Cpn Vira Yudha).
Sementara lima orang luka-luka, seperti disebutkan dalam siaran pers Dispen TNI AD, yakni Lettu (Cpn) Vira Yudha, Prajurit Kepala (Praka) Nanang, Praka Rofiq, Praka Supriyanto, dan Praka Andi. Seluruh prajurit itu adalah tim mekanik.
Sarwono menuturkan, ia dan sejumlah saksi mata lainnya hendak membantu, tetapi khawatir ada ledakan karena api masih besar. Setelah korban semakin menjauh, ia pun turut coba membantu. Tak berselang lama datang mobil pemadam kebakaran dan sejumlah petugas sehingga kobaran api bisa dipadamkan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Nefra Firdaus mengatakan, helikopter MI-17 dengan nomor registrasi HA 5141 tengah melaksanakan misi latihan terbang di Pusat Pendidikan Penerbang AD, Semarang.
Pada misi latihan terbang kedua itu, helikopter terbang dengan materi taktikal manuver sekitar pukul 12.35. Kemudian, setelah terbang sekitar 1 jam 5 menit, helikopter jatuh di Kaliwungu, Kendal. Helikopter jatuh dan terbakar. Hingga kini, belum ada penjelasan penyebab insiden itu.
Insiden helikopter jenis MI-17 milik TNI AD bukan kali ini saja. Akhir Juni 2019, heli sejenis hilang kontak di Pegunungan Bintang, Papua, mengangkut 12 penumpang dari Oksibil menuju Jayapura. Puing-puing helikopter dan jenazah para kru ditemukan di Puncak Mandala, Papua, pertengahan Februari 2020.
Sekitar pukul 15.00, beberapa ambulans yang mengangkut korban tampak meninggalkan Kawasan Industri Kendal (KIK). Sementara, api pada puing-puing helikopter sudah padam. Garis kuning membentang mengelilingi lokasi guna membatasi sejumlah warga yang hendak mendekat ke titik jatuhnya helikopter. Bau bahan bakar helikopter masih tercium di sekitar lokasi.
Sejumlah anggota TNI, Polri, dan Basarnas tampak berjaga dan mengidentifikasi puing-pung helikopter. Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi datang dan meninjau lokasi kejadian, yang berjarak sekitar 3,5 kilometer dari gerbang KIK atau jalur pantai utara Jateng.
Komandan Kodim 0715/Kendal Letnan Kolonel (Inf) Ginda M Ginanjar mengatakan, korban luka dibawa menuju rumah sakit di Semarang menggunakan helikopter. Empat korban meninggal dibawa dari RS di Kendal menuju Semarang menggunakan ambulans.
”Dari RSUD Kendal, empat korban luka dibawa menggunakan helikopter menuju RSUP Dr Kariadi, Semarang. Tiga korban meninggal dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk diidentifikasi lebih lanjut. Sementara satu korban meninggal setelah teridentifikasi langsung dibawa ke Lanumad Ahmad Yani atau rumah duka langsung,” kata Ginda.
Helikopter jatuh di lahan proyek berupa tanah uruk yang rencananya akan dibangun pabrik Eclat Textile, perusahaan tekstil asal Taiwan. Sepekan lalu, di lokasi itu dilakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pabrik Eclat Textile.
”Saat ini sedang tidak ada pekerjaan karena Sabtu lalu baru ground breaking. Ini dulunya tanah rawa dan saat ini baru selesai pengurukan tahap pertama. Senin depan rencananya akan dilakukan tanam pancang. Total luasnya 24 hektar,” kata Eka Candra, perwakilan Eclat Textile di Indonesia, di lokasi.