Lebih dari Seratus Rumah di Pesisir Utara Karawang Rusak Diterjang Banjir Rob
Sedikitnya 181 rumah di pesisir utara Karawang, Jawa Barat, rusak diterjang gelombang pasang atau rob dalam empat hari ini. Warga diminta tetap waspada mengingat masih ada potensi banjir rob susulan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sedikitnya 181 rumah di pesisir utara Karawang, Jawa Barat, rusak diterjang gelombang pasang atau rob dalam empat hari ini. Warga diminta tetap waspada mengingat masih ada potensi banjir rob susulan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karawang per Kamis (4/6/2020), sebanyak 20 kampung di 7 kecamatan terdampak banjir rob. Total 181 rumah rusak, dengan perincian 6 rumah ambruk, 77 rumah rusak berat, 53 rumah rusak sedang, dan 45 rumah rusak ringan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi 285 orang mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat. Ini merupakan banjir rob terpanjang di Karawang yang terjadi pada tahun ini.
Wanosuki (47), warga Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Karawang, Jumat (5/6/2020), mengatakan, banjir rob kali ini lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena gelombang pasang saat bulan Juni rutin terjadi setiap tahun di wilayah itu, tetapi tak sampai berhari-hari seperti sekarang.
Tak sedikit rumah yang terbuat dari anyaman bambu ambruk diterjang ombak dan angin kencang. Sejumlah warga mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga di desa lain yang tidak terdampak banjir rob. Kerusakan akibat gelombang diperparah oleh tidak banyak lagi pohon bakau penahan ombak di sepanjang pesisir utara Karawang.
Banjir rob kali ini lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. (Wanosuki)
Banjir rob itu menggenangi permukiman warga di sejumlah daerah utara Karawang sejak Rabu (3/6/2020). Air laut mulai membanjiri rumah sekitar pukul 18.00 dan air terus meninggi hingga pukul 21.00. Pada tengah malam, air laut baru surut.
Selain merusak rumah, gelombang pasang juga merusak tambak garam milik warga. Ahmad Bakri, petani garam di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, setiap sore mengecek kondisi tambaknya yang sudah tak berbentuk lagi. ”Sudah empat hari, air laut datang menjelang sore, diikuti dengan angin kencang. Kejadian ini lebih parah dibandingkan dengan tahun kemarin,” ucapnya.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal sebelumnya mengatakan, potensi banjir pesisir diperkirakan masih akan berlangsung hingga Sabtu (6/6/2020), khususnya di perairan utara Jawa. Potensi banjir terjadi akibat adanya pasang air laut yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia akibat fase bulan purnama (full moon/spring tide).
Potensi gelombang tinggi itu diperkirakan mencapai 2,5-4,0 meter. Kenaikan tinggi muka air laut juga dipicu oleh kecepatan angin yang mencapai 25 knot atau 46 kilometer per jam.
Upaya pembenahan
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengatakan, pihaknya telah berupaya menanggulangi bencana rob yang kerap terjadi dengan memasang sabuk pantai di pesisir utara Karawang sepanjang 6,7 kilometer. Sabuk pantai itu merupakan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2018 dengan nilai Rp 30 miliar.
”Tumpukan batu yang dipasang di Pantai Pisangan hingga Dusun Cemara II ternyata malah ambles. Akibatnya, gelombang pasang tetap menerjang permukiman warga,” kata Cellica dalam keterangan tertulis.
Untuk mengatasi hal itu, pemda telah membeli 3 hektar lahan untuk merelokasi permukiman warga yang terkena abrasi. Namun, belum semua warga bersedia menempati lahan tersebut. Lahan relokasi merupakan bekas tambak yang harus dikeraskan dulu.
Relokasi akan dilakukan bertahap. Hingga saat ini tercatat 290 warga bersedia direlokasi. ”Kini tinggal menunggu kemauan warga untuk pindah ke tempat relokasi,” ucap Cellica.
Kota Karawang memiliki pantai yang terbentang sepanjang 84 kilometer di sisi utara. Beberapa pantai terhubung langsung dan sebagian terpisah oleh sungai muara. Karawang juga memiliki sejumlah obyek wisata mangrove dan titik penyelamat bawah laut.