Sulawesi Utara Masih Terapkan Sekolah Daring hingga Normal Baru Siap
Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sulawesi Utara berupaya menyusun protokol kesehatan jelang normal baru. Untuk sementara, para guru tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sulawesi Utara berupaya menyusun protokol kesehatan sebelum kegiatan pendidikan kembali berlangsung di sekolah seiring pemberlakuan normal baru. Untuk sementara, para guru tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh di tengah keterbatasan koneksi internet.
Kegiatan pembelajaran SD, SMP, dan SMA di Sulut telah dipindahkan dari sekolah ke rumah serta dilaksanakan dalam jaringan (daring) setidaknya dua bulan terakhir sejak pertengahan Maret 2020. Semua sekolah pun tampak sepi tanpa aktivitas belajar mengajar, sesuai pantauan, Kamis (4/6/2020).
Di Kota Manado, pemerintah kota memutuskan untuk memperpanjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) hingga 26 Juni 2020. Lieke Bawole, guru matematika sekaligus wali kelas 7 SMP Negeri 1 Manado, menuturkan, kebijkan tersebut membuat dirinya harus lebih lama mengajar lewat aplikasi android sekaligus mengoordinasi kegiatan kelas lewat grup WhatsApp.
Ia juga mesti mencarikan solusi bagi para siswa yang tidak memiliki ponsel dan tidak mampu membeli paket data internet. “Ada siswa yang tidak punya HP (handphone) Android. Akhirnya, saya minta dia pinjam HP kakaknya untuk kirim foto tugas,” kata Lieke.
Bagi Lieke, PJJ sebenarnya membuat teknis pembelajaran lebih ringkas karena buku pelajaran sudah tersedia dalam bentuk aplikasi. Tugas-tugas pun dapat dikumpulkan lewat aplikasi tersebut. Ia juga tak mengalami kesulitan, kecuali harus mengatur 45 siswa secara virtual. Ia pun maklum jika ada siswa yang tak memiliki gawai, mengingat kemampuan ekonomi orangtua tiap siswa berbeda.
Sementara itu, Kepala SMPN 8 Manado Ronal Najoan mengatakan, PJJ berlangsung 3-4 jam selama sehari. Semua kegiatan dilaksanakan lewat portal pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti aplikasi Rumah Belajar. “Guru beri materi, siswa kasih feedback (tanggapan) di situ juga. Daftar hadir pun juga di situ,” kata dia.
Ronal menyatakan, telah menganggarkan biaya internet untuk 62 guru selama dua bulan. Ia masih menunggu pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk 1.492 siswa di sekolahnya.
Sekolah didorong menggunakan dana BOS untuk memenuhi kebutuhan internet siswa. Semakin banyak siswa, dana BOS juga semakin besar sehingga tidak perlu khawatir kekurangan anggaran.
Jika ada siswa yang tak memiliki gawai, guru akan mengantar buku dan tugas ke rumah siswa serta mengambil tugasnya kemudian. “Hanya 10-15 persen siswa yang mengalami kondisi seperti itu,” kata Ronal.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado Daglan Walangitan mengatakan, sekolah didorong menggunakan dana BOS untuk memenuhi kebutuhan internet siswa. Semakin banyak siswa, dana BOS juga semakin besar sehingga tidak perlu khawatir kekurangan anggaran.
Di saat sama, pemerintah tengah mempersiapkan protokol kesehatan agar pembelajaran dapat dikembalikan ke sekolah tanpa membahayakan kesehatan siswa. Daglan mengatakan, draf skenario protokol kesehatan telah disusun dan akan mencakup anjuran cuci tangan, mengenakan masker, serta menjaga jarak.
“Kelas yang padat pun akan dibagi dua. Misalnya ada 28 siswa di satu kelas, mereka akan belajar dalam dua sif, pagi dan siang. Kegiatan di kelas juga diperpendek dari 7 jam menjadi 3-4 jam saja, karena siswa tidak boleh berlama-lama di luar rumah,” ujar Daglan.
Oleh karena ada pemangkasan durasi belajar, metode pembelajaran daring pun akan tetap dilanjutkan. Tugas-tugas akan diberikan serta dikumpulkan lewat aplikasi. Penggunaan dana BOS untuk paket internet pun, perlu dilanjutkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kepulauan Talaud Adrian Taarega menyatakan, pihaknya telah membentuk tim untuk menyosialisasikan persiapan pengembalian kegiatan pembelajaran di setiap sekolah. Sosialisasi akan berlangsung 2-3 pekan.
Adrian mengatakan, di srtiap sekolah, akan dibentuk tim yang yang terdiri dari guru, orangtua siswa, serta perangkat desa dan kecamatan. Mereka akan mengawasi ketaatan terhadap protokol kesehatan di sekolah. Akan ada anggaran yang dikucurkan untuk kerja tim maupun melengkapi infrastruktur penunjang ketaatan pada protokol.
Sebelum pembelajaran kembali seperti semula, guru-guru di Talaud dari daerah lain akan diminta mengarantina diri selama 14 hari. Mereka akan diawasi pemerintah desa serta petugas kesehatan dari puskesmas terdekat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sulut Grace Punuh mengatakan, pihaknya belum dapat memaparkan secara rinci progres pengembalian pembelajaran ke sekolah. Ia masih menunggu instruksi dari Kemendikbud.
“Kami sudah rapat dengan Kemendikbud dan kepala dinas pendidikan se-Indonesia. Sekarang kami menunggu surat edaran, setidaknya sampai minggu depan. Awal Juli, kemungkinan persiapan normal baru sudah disusun,” kata Grace.