Jabar Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh hingga Akhir 2020
Sekolah di Jawa Barat akan menggunakan mekanisme Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ. Jabar dinilai belum aman untuk menerapkan sekolah tatap muka.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Guru di SMK Kosgoro, Kota Bogor, menata meja-meja belajar siswa di ruangan kelas yang diatur jaraknya, Kamis (4/6/2020).
BANDUNG, KOMPAS – Kegiatan belajar mengajar di Jawa Barat akan dilakukan dengan mekanisme Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJU untuk memastikan pencegahan persebaran Covid-19 di kalangan siswa. Keputusan ini diambil berdasarkan edaran dari Pemerintah Pusat dan arahan dari Gugus Tugas Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dewi Sartika di Bandung, Kamis (4/6/2020) menyatakan, kegiatan belajar mengajar di tingkat Sekolah Menengah Atas, Kejuruan, serta Sekolah Luar Biasa dimulai pada minggu ketiga Juli 2020. Dengan mempertimbangkan potensi persebaran Covid-19 di setiap daerah, setiap sekolah di Jabar direkomendasikan untuk melaksanakan PJJ.
Kegiatan jarak jauh ini masih dilakukan karena tren kasus positif Covid-19 di Jabar masih mengancam kesehatan siswa. Dewi menjelaskan, kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka hanya boleh dilaksanakan di zona hijau atau daerah nol kasus positif Covid-19, sedangkan di Jabar belum ada kabupaten dan kota yang masuk ke dalam zona aman tersebut.
“Kami fokus terhadap keamanan dan keselamatan peserta didik namun tetap memastikan mereka mendapatkan hak pendidikan. Hak ini tetap dipenuhi dengan pembelajaran jarak jauh. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangan sejumlah hal, seperti Surat Edaran Kemendikbud, dan arahan Gugus Tugas COVID-19, baik pusat maupun provinsi,” ujarnya.
Kami fokus terhadap keamanan dan keselamatan peserta didik namun tetap memastikan mereka mendapatkan hak pendidikan
Dewi menjelaskan, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara PPJ setidaknya dilakukan hingga Desember 2020. Pandangan tersebut berdasarkan rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai pencegahan sebaran Covid-19 pada anak, karena umur mereka adalah salah satu kelomok yang rentan terinfeksi virus korona jenis baru tersebut.
Namun, tidak hanya zonasi yang menjadi pertimbangan sekolah untuk melaksanakan kegiatan tatap muka. Dewi berujar, walaupun sekolah masuk ke dalam zona hijau, pelaksanaan belajar mengajar secara langsung tidak dibenarkan selama belum memiliki kelengkapan yang memadai. Kelengkapan ini meliputi ketersediaan alat penunjang kesehatan dan infrastruktur untuk menerapkan pembatasan jarak antar siswa.
Naira (kiri) Dan Raina, murid kelas 1 SD Dharma Karya Tangerang Selatan, membaca soal pelajaran Pendidikan Agama Islam saat mengikuti ujian penilaian akhir tahun secara daring dari rumah mereka di Cinangka, Sawangan, Depok, Selasa (2/6/2020).
Menurut Dewi, yang menjadi tantangan dalam sistem jarak jauh ini adalah akses internet yang tidak tersedia di seluruh daerah di Jabar. Karena itu, beberapa solusi yang ditawarkan adalah memberikan modul pembelajaran melalui siaran televisi dengan jangkauan lebih luas.
“Kemendikbud memberikan pembelajaran melalui TVRI dan Radio. Sekolah juga menyediakan modul-modul. Untuk daerah yang sulit, guru akan datang ke rumah peserta didik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Di samping itu, masalah psikologis anak yang telah lama berada di dalam rumah juga menjadi tantangan. Karena itu, agar PJJ berjalan optimal, Dinas Pendidikan Jabar memberikan pelatihan daring kepada para guru sehingga bisa memberikan materi secara interaktif.
“Disdik Jabar sudah menumpuh sejumlah upaya. Pertama adalah penguatan guru. Hal itu dilakukan supaya guru mampu memberikan materi pembelajaran secara interaktif. Dengan begitu, peserta didik akan lebih mudah mencerna dengan materi yang menarik,” paparnya.
Penyemprotan disinfektan di lorong koridor SMK Kosgoro, Kota Bogor, Kamis (4/6/2020).
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Daud Achmad memaparkan, pembelajaran jarak jauh ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor. Dengan paket materi yang sesuai, siswa tetap bisa melatih ketiga aspek tersebut melalui berbagai kegiatan.
“Perancang pendidikan ini melakukan moda belajar online ini agar kualitas materinya sama dengan belajar langsung di kelas,” tuturnya.