Dua Hari Bertahan di Laut Banda Bermodal Jeriken dan Kelapa Hanyut
Dua hari dua malam, lima awak KM Dua Putri terombang-ambing di Laut Banda dengan bermodal jeriken kosong. Bertahan hidup, mereka meminum air laut serta memakan kelapa hanyut di tengah Laut Banda.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
Lima awak kapal KM Dua Putri yang hilang setelah kapal tenggelam ditemukan selamat Kamis (4/6/2020). Dua hari dua malam mereka terombang-ambing di Laut Banda dengan bermodal jeriken kosong. Mereka bertahan hidup dengan meminum air laut dan memakan kelapa hanyut untuk pengganjal perut.
La Kaslim (37) dan La Lulu (30) duduk lemas di balai bambu warga di sekitar Pantai Kusi, Desa Kadacue, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara. Air kemasan dan makanan yang diberikan warga dimakan dengan lahap. Kamis, sekitar pukul 10.00 Wita, mereka baru saja terdampar setelah mengarungi Laut Banda akibat kapal yang mereka tumpangi tenggelam dihantam ombak.
Dua orang ini adalah awak KM Dua Putri yang terakhir ditemukan. Tiga rekan mereka ditemukan di pantai berbeda, di kecamatan yang sama, beberapa jam sebelumnya. Sementara dua orang lainnya ditemukan lebih dulu, Rabu (3/6/2020). Total Tujuh nelayan dari Batu Atas, Buton Selatan, ini ditemukan selamat meski beberapa orang dalam kondisi lemas.
”Dua orang ini yang paling terakhir terdampar. Kami lalu membawa ke RSUD Buton Utara untuk mendapatkan perawatan menyusul tiga rekan mereka sebelumnya,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Buton Utara Inspektur Satu Sunarton, dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Setelah mendapat laporan warga, Sunarton segera ke lokasi dan menyelamatkan dua awak ini.
Kaslim dan Lulu lalu mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan. Mereka mengalami sejumlah luka di tubuh akibat sengatan ubur-ubur, juga sengatan matahari.
Kaslim tampak masih sedikit linglung. Sebelum menjawab pertanyaan, ia harus mengingat-ingat ulang peristiwa dan kejadian naas yang menimpa KM Dua Putri yang dinakhodainya.
Kaslim menuturkan, mereka berangkat dari Batu Atas, Buton Selatan, menuju Pulau Buru, Maluku, untuk mencari telur ikan. Sebelum melewati Laut Banda, mereka singgah di Wangi-Wangi, Wakatobi, untuk mengisi bahan bakar.
”Hari Selasa (2/6/2020) pagi, kami tinggalkan Pelabuhan Wanci. Sekitar satu jam berlayar, atau mungkin 13 mil laut, kapal dihantam ombak sampai papan lambung kapal terlepas,” kata Kaslim dalam wawancara video bersama Sunarton, sesaat setelah ditemukan.
Kapal dengan berat 26 gros ton ini dengan cepat terisi air laut. Semua awak kapal berusaha menyelamatkan diri. Akan tetapi, hanya ada sampan kecil yang dibawa serta. Pelampung di kapal tidak ada.
Kapal dengan berat 26 gros ton ini dengan cepat terisi air laut. Semua awak kapal berusaha menyelamatkan diri. Akan tetapi, hanya ada sampan kecil yang dibawa serta. Pelampung di kapal tidak ada.
Sampan itu digunakan oleh dua awak, yaitu La Jusri (30) dan Ikbal (16), untuk kembali ke Wangi-Wangi mencari pertolongan. Sementara lima awak kapal mencari barang yang bisa digunakan di laut lepas, tepatnya di Laut Banda.
Lima awak kapal KM Dua Putri yang lain menyelamatkan diri menggunakan jeriken kosong. Mereka lalu berenang mengikuti arus dengan bermodal jeriken kosong.
Kelima awak kapal ini berusaha bertahan sekuat tenaga. Terlebih, berselang sehari di tengah laut, bantuan belum juga datang. Sejumlah awak mulai putus asa. Saling membantu, mereka mengikatkan diri ke jeriken agar tidak tenggelam dan tetap bertahan di tengah empasan ombak. Tinggi ombak di tengah laut berkisar 2-4 meter.
Mereka akhirnya minum air laut karena sudah kehausan. Beruntung juga mereka mendapatkan kelapa hanyut di tengah laut. Kelapa itu dikupas dengan cara digigit, lalu dibelah dengan dipukul-pukul menggunakan tangan. Satu kelapa dibagi untuk berlima.
Setelah dua hari, kelima awak ini akhirnya terdampar di daratan Buton Utara. Arus membawa mereka ke wilayah Kulisusu, sekitar 30 mil laut, atau 68 kilometer, jauhnya.
Kelimanya saat ini tengah dirawat di RSUD Buton Utara. Dua rekan mereka masih berada di Wangi-Wangi, Wakatobi, menunggu kondisi sehat total.
Kepala SAR Kendari Aris Sofingi menyampaikan, semua awak kapal KM Dua Putri telah ditemukan dengan kondisi selamat. Tiga korban terakhir dalam penanganan medis di RSUD Buton Utara.
”Dengan ditemukannya seluruh awak, maka operasi dinyatakan selesai dan ditutup. Kami mengucapkan terima kasih untuk semua unsur SAR, yaitu TNI dan Polri, nelayan, masyarakat, dan semua pihak yang turut membantu pencarian,” kata Aris.
Berbahaya
Kecelakaan laut di wilayah perairan Wakatobi bukan kali ini terjadi. Tingginya gelombang, terlebih di tengah peralihan musim seperti saat ini, membuat pelayaran berbahaya. Catatan BMKG, ketinggian gelombang mencapai 4 meter.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari BMKG Ramlan menjelaskan, wilayah perairan di Wakatobi memang perairan terbuka yang berbatasan langsung dengan Laut Banda. kecepatan angin mencapai 25 knot dan gelombang hingga 4 meter, atau kategori berbahaya.
”Apalagi kalau kapal nelayan yang dengan GT (gros ton, bobot kapal) kecil yang berlayar. Gelombang di atas 2 meter sudah Sangat berbahaya bagi kapal-kapal nelayan ini,” ujar Ramlan.
Kondisi cuaca seperti saat ini, terang Ramlan, masih akan berlangsung beberapa pekan seiring peralihan musim. Nelayan diharapkan memperhatikan cuaca jika tetap ingin berlayar serta berpedoman pada aturan pelayaran yang telah ditetapkan.