Lebih dari 36 Jam, Sepuluh Orang Hilang Kontak di Perairan Kepulauan Kei
Hingga Rabu (3/6/2020) malam, 10 warga Kepulauan Kei, tepatnya Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, yang hilang kontak lebih daru 36 jam di tengah laut belum juga ditemukan. Pencarian terkendala gelombang.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Hingga Rabu (3/6/2020) malam, 10 warga Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, yang hilang kontak lebih dari 36 jam di tengah laut belum juga ditemukan. Pencarian di perairan sekitar Kepulauan Kei terkendala cuaca buruk dengan tinggi gelombang mencapai 4 meter. Pencarian kembali dilanjutkan pada Kamis besok.
Kepala Kantor SAR Ambon Muslimin, Rabu malam, mengatakan, pencarian terkendala angin kencang dengan kecepatan hingga 25 knot atau 46 kilometer per jam. Gelombangnya juga tinggi, mencapai 4 meter. Pencarian melibatkan SAR, anggota Polri, TNI, serta masyarakat setempat yang dibagi dalam lima kelompok.
”Kondisi cuaca buruk ini masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan,” katanya.
Sebanyak 10 korban itu hilang dalam perjalanan dari Pulau Kur ke Pulau Mangur pada Selasa (2/6/2020) pagi. Mereka menggunakan perahu motor (longboat) yang panjangnya 8 meter, lebar 1,5 meter, serta mesin 15 tenaga kuda. Bersama lima perahu lain, perahu itu bergerak lebih dulu dari Kur. Saat lima perahu lain tiba, perahu tersebut hilang kontak sehingga langsung dicari.
Jumlah penumpang yang diangkut perahu motor itu melebihi kapasitas. Perahu motor dengan ukuran itu hanya bisa mengangkut paling banyak 4 orang. Selain itu, pada saat berlayar, perairan setempat sedang dilanda gelombang tinggi.
Pergerakan perahu motor itu berada di luar pengawasan otoritas pelabuhan. Setiap kampung di daerah kepulauan mengandalkan perahu motor untuk sarana transportasi sehingga bisa digunakan kapan saja.
Muslimin mengatakan, pihaknya akan berusaha maksimal untuk menemukan para korban. Pencarian pada Kamis besok akan difokuskan ke arah barat laut mengikuti arah angin. Mereka akan menyisir pulau-pulau terdekat dan berharap para korban terdampa serta dalam keadaan selamat. Pihaknya sedang mengupayakan pencarian menggunakan pesawat udara.
”Basarnas mengajukan dukungan udara dari TNI AU di Lanud Hasanuddin, Makassar. Berharap TNI AU ikut mendukung pelaksanaan operasi SAR besok,” katanya. Hingga Rabu pukul 21.00 WIT, belum ada jawaban dari pihak TNI AU terkait permohonan tersebut.
Cuaca buruk
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, dalam siaran pers mengatakan, cuaca buruk kini sedang melanda Maluku. Angin kencang yang bertiup dari arah tenggara dan selatan itu bergerak menuju tekanan rendah di selatan Filipina. Kecapatan angin menimbulkan gelombang tinggi di hampir semua perairan Maluku.
Pencarian pada Kamis besok akan difokuskan ke arah barat laut mengikuti arah angin. Mereka akan menyisir pulau-pulau terdekat.
Secara klimatologis, terhitung sejak Mei hingga September, Maluku dilanda angin kencang. Warga menyebutnya musim timur. Pada saat seperti ini, warga kepulauan biasanya tidak bepergian menggunakan perahu motor kecil. Meski begitu, banyak juga warga yang nekat pergi sehingga kerap terjadi kecelakaan.
”Sebaiknya jangan memaksa bepergian karena cuaca bisa berubah dengan cepat. Terkadang prakiraan dengan kondisi lapangan berbeda,” kata Rion S Salman, prakirawan pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura.
Menurut pantauan Kompas di Pelabuhan Batu Merah, Ambon, sejumlah kapal kayu dari berbagai pulau, seperti Buru, Manipa, dan Kelang, masih tetap berlabuh. Kapal itu tidak diizinkan berlayar lantaran cuaca buruk.
”Kapal angkut barang kebutuhan pokok ke daerah terpencil. Pandemi Covid-19 ini membuat stok barang di kampung-kampung hampir habis,” kata La Jamal, anak buah Kapal Motor Cahaya Buru.