Setidaknya tiga bulan terakhir, hampir semua daerah dalam zona tempur melawan Covid-19. Di Jawa Barat, pembatasan sosial hingga penerapan tatanan normal baru dilakukan. Namun, akhir perang itu bisa jadi masih jauh.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri/Melati Mewangi/Machradin Wahyudi Ritonga/Tatang M Sinaga/Cornelius Helmy
·6 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana di Plaza Bogor, Jalan Suryakencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/5/2020). Pembukaan sejumlah toko nonpangan dilakukan pada masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Kota Bogor menuju masa normal baru. Masa transisi PSBB berjalan hingga Kamis (4/6/2020).
Setidaknya tiga bulan terakhir, hampir semua daerah dalam zona tempur melawan Covid-19. Di Jawa Barat, pembatasan sosial hingga penerapan tatanan normal baru dilakukan. Namun, akhir perang itu bisa jadi masih jauh.
Perjalanan Agung (20) menuju Jakarta tidak mulus. Ia dihentikan polisi di jalur pantai utara, di titik pemeriksaan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jabar, Rabu (27/5/2020) sore. Warga Brebes, Jawa Tengah, itu tidak bisa menunjukkan surat izin keluar masuk Ibu Kota.
”Saya tahu mudik dilarang karena korona, tetapi saya kangen rumah,” ujarnya. Agung termasuk dalam 31 pengendara sepeda motor dan 14 pengendara mobil yang diminta putar balik ke daerah asal hingga sore itu. Tak ada toleransi.
Kalau enggak mudik, mau ngapain di Cikarang? Uang enggak ada. Bantuan juga enggak dapat.
Alasan berbeda diungkapkan Sanadi (42) yang mudik dari Cikarang ke Kuningan, Jabar. Mengaku sulit hidup di rantau, mobilnya jadi travel dadakan. Hari itu, enam orang jadi penumpang, masing-masing membayar Rp 250.000-Rp 300.000.
”Kalau enggak mudik, mau ngapain di Cikarang? Uang enggak ada. Bantuan juga enggak dapat,” ujarnya.
Kisah para pemudik nekat adalah ironi saat pandemi Covid-19 di Jabar. Kian mengerikan karena itu terjadi bersamaan dengan kluster-kluster penularan baru. Dari tujuh kluster besar, muncul kluster Kuningan yang dipicu gelombang pulang kampung. Kasusnya menyebar di 28 kecamatan. Hingga Jumat (29/5/2020), total jumlah kasus terkait Covid-19 di Kuningan mencapai 2.068 kasus. Sebanyak 14 orang dinyatakan positif aktif.
Adapun enam kluster lain adalah Gereja Bethel Indonesia (Bandung Barat), Musyawarah Daerah Hipmi (Karawang), Seminar Antiriba (Kabupaten Bogor), dan Seminar Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (Kota Bogor). Selain itu, ada juga kluster Garut hingga Pasar Antri Kota Cimahi.
Warga melewati bilik disinfektan untuk mengikuti shalat Jumat pertama dalam fase normal baru di Masjid Agung Al-Barkah, Kelurahan Marga Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (29/5/2020). Kota Bekasi menjajaki fase normal baru dengan mengizinkan warganya kembali kegiatan shalat Jumat di masjid di 50 kelurahan zona hijau atau bebas Covid-19.
Di tengah penambahan kasus, Pemerintah Provinsi Jabar lantas menangkap opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ini adalah langkah tertinggi yang diizinkan negara untuk mengontrol lalu lintas manusia.
PSBB di Jabar dimulai pada Rabu (15/4/2020) untuk Kota/Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota/Kabupaten Bekasi (Bodebek). Selanjutnya menyusul PSBB Bandung Raya sejak Rabu (22/4/2020). Wilayahnya adalah Kota/Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, dan Kota Cimahi. Tidak hanya itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga memutuskan PSBB se-Jabar sejak Rabu (6/5/2020).
Pelaksanaannya seiring Jabar menggelontorkan Rp 16,2 triliun. Sebesar Rp 3,2 triliun untuk bantuan tunai dan pangan serta Rp 13 triliun untuk pemulihan ekonomi pascabencana.
Akan tetapi, tanpa sanksi ketat, pelanggaran dalam PSBB masih terjadi. Selain banyak warga yang nekat mudik, banyak juga pelanggaran lain. Pelanggaran itu mulai dari cara berkendara, tanpa masker, keramaian di tempat umum, hingga kebebalan toko nonpangan buka meski dilarang.
Di tengah segala perdebatan, Kamil mengklaim, evaluasi PSBB positif. Jumlah 40 kasus per hari pada akhir April 2020 turun menjadi 21-24 kasus pada akhir Mei. Tingkat rata-rata kematian Jabar menurun dari tujuh jiwa jadi tiga jiwa per hari. Tingkat kesembuhan dua kali lipat dan jumlah pasien dirawat di rumah sakit turun.
Data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar, Jumat itu, menunjukkan, kasus positif sebanyak 2.211 orang, 592 orang sembuh, dan 142 orang meninggal.
Infrastruktur kesehatan juga diklaim terpenuhi. Selain Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar, ada delapan laboratorium yang ditunjuk Pemerintah Provinsi Jabar untuk pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR). Total kapasitas pengetesan mencapai 5.838 spesimen per hari. Namun, kemampuan pengetesan per hari berada di angka 2.999 spesimen atau 60 persen kapasitas.
Jabar kini punya 34.000 alat tes usap dan 5.000 alat tes cepat. Ke depan, Jabar merujuk pola Korea Selatan, mengetes 0,6 persen dari jumlah penduduknya atau 300.000 penduduk Jabar. ”Hari ini, angka reproduksi (Rt) sudah selama 14 hari di angka 1, bahkan dua hari terakhir di angka 0,97,” ucapnya.
Menuju normal baru
Atas dasar itu juga, Kamil mengizinkan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di 15 kabupaten/kota. Sebanyak 11 di antaranya kabupaten, yaitu Bandung Barat, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Garut, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Sumedang, dan Tasikmalaya. Selain itu, terdapat empat kota, yaitu Banjar, Cirebon, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Sementara 12 daerah lain melanjutkan PSBB secara parsial. PSBB di kawasan Bodebek dilanjutkan hingga 4 Juni 2020, sedangkan di luar kawasan itu diperpanjang hingga 12 Juni 2020.
Adaptasi kebiasaan baru diberlakukan mulai Senin (1/6). Beberapa sektor bakal jadi perhatian. Selain penggunaan lagi rumah ibadah, AKB juga mencakup pengoperasian zona industri dan perkantoran serta pembukaan toko ritel dan mal. Sektor pariwisata juga diizinkan dibuka lagi dengan pembatasan pengunjung. Namun, kegiatan belajar-mengajar di sekolah belum bisa diterapkan.
Walau PSBB berhasil menurunkan transmisi, ada sisa transmisi yang menyebabkan kasus baru setiap hari.
Meskipun lebih dari setengah wilayah Jabar akan menerapkan AKB, tes Covid-19 tetap dilakukan. Saat ini, Pemprov telah melakukan sekitar 150.000 tes dan menargetkan 150.000 tes lagi satu bulan ke depan. ”Pelaksanaan AKB tetap dievaluasi. Kalau angkanya kurang baik (kasus positif Covid-19 kembali tinggi), PSBB akan diberlakukan lagi,” ujarnya.
Akan tetapi, pemerintah jelas tak boleh lengah. Rekomendasi ahli epidemiologi Universitas Padjadjaran, Panji Fortuna Hadisoemarto, bisa jadi bekal. Ia mengatakan, masyarakat harus paham, gelombang pertama penularan Covid-19 di Indonesia belum tuntas, termasuk di Jabar.
”Walau PSBB berhasil menurunkan transmisi, ada sisa transmisi yang menyebabkan kasus baru setiap hari. Selain itu, jika pergerakan masyarakat tidak dapat ditekan lebih kecil, pandemi Covid-19 juga baru bisa teratasi sampai tiga tahun ke depan,” katanya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Jemaah mendengarkan ceramah saat shalat Jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (29/5/2020), dengan memperhatikan protokol jaga jarak.
Jadi pelajaran
Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia Jabar Deddy Wijaya menyambut baik dibukanya sektor usaha dan industri. Selama PSBB, sektor industri terdampak keras karena sebagian tak bisa beroperasi. Tak mudah memulihkannya.
Pandemi juga memberikan banyak pelajaran, yakni memberikan peluang bersama agar industri bisa melepas ketergantungan terhadap impor. Pemerintah diharapkan kian menggali potensi dalam negeri lebih luas dan memudahkan regulasi bagi pengusaha.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang Ahmad Suroto mengatakan, 460 dari total 954 industri masih beroperasi selama pandemi. Industri yang masih beroperasi antara lain pabrik manufaktur elektronik, kendaraan, makanan, dan minuman.
Dalam situasi sekarang, beberapa industri harus mengurangi jumlah kelompok kerja operasi dari tiga kelompok jadi satu kelompok per hari. Jumlah pekerja masuk juga hanya 50 persen dan dilakukan pengaturan jadwal bergilir. Bus karyawan dan kantin hanya boleh menampung 50 persen kapasitas normal.
Selama PSBB, sektor industri terdampak keras karena sebagian tak bisa beroperasi.
Akan tetapi, kabar menuju normal baru tak lantas disambut bahagia pekerja. Ribuan warga Kuningan, misalnya, galau. Ketua Paguyuban Pedagang Warga Kuningan (PPWK) Yogyakarta Andi Waruga mengatakan, 70 persen dari 1.500 toko dan warung pedagang Kuningan di Yogyakarta ditutup karena sepi pembeli akibat Covid-19.
Akibatnya, sekitar 5.000 warga Kuningan memutuskan mudik. Bahkan, apabila ditotal, Covid-19 memaksa hampir 70.000 perantau kembali ke Kuningan. Sebagian besar berasal dari Jakarta dan sekitarnya, yang merupakan episentrum Covid-19.
Bisa jadi tak hanya perantau Kuningan yang masih cemas. Banyak lagi pekerja di perantauan Jabar yang harus berjuang menghidupi diri. Janji manis penguasa mengantar warga menuju tatanan normal baru jelas dinanti. Nekat maju ke zona tempur tanpa baju zirah memadai jelas tidak bijaksana di era sulit ini.