Gorontalo Perpanjang PSBB Sekaligus Siapkan Normal Baru
Pemerintah Provinsi Gorontalo memutuskan untuk memperpanjang masa pembatasan sosial berskala besar untuk ketiga kalinya sembari mempersiapkan penerapan normal baru.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Gorontalo memutuskan untuk memperpanjang masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB untuk ketiga kalinya sembari mempersiapkan penerapan normal baru. Kendati begitu, penelitian epidemiologis menunjukkan pertumbuhan kasus positif baru di Gorontalo belum mencapai puncaknya.
Seiring PSBB tahap kedua di Gorontalo berakhir, Minggu (31/5/2020), Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengumumkan akan memulai PSBB tahap ketiga selama 14 hari ke depan mulai Senin (1/6/2020). Penerapannya secara umum sama, yaitu penutupan akses masuk darat, laut, dan udara ke Gorontalo kecuali untuk pengangkut logistik dan alat kesehatan serta pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah.
Namun, Rusli menyatakan, PSBB ketiga akan memuat konsep kehidupan normal baru yang telah dicanangkan pemerintah pusat. Gorontalo adalah satu dari empat provinsi yang dipersiapkan menjadi wilayah penerapan normal baru. Pemprov masih menunggu dasar hukum penerapan normal baru.
”Sama sepperti PSBB, inti dari new normal life adalah kepatuhan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan memakai masker. Jadi, begitu ada keputusan dari pemerintah pusat untuk menjalankan new normal life, kita sudah siap,” kata Rusli.
Rusli mengatakan, pihaknya sedang mengkaji skenario penerapan normal baru. Seluruh aspek kehidupan masyarkat pun akan dipertimbangkan. Karena itu, ia meminta setiap kepala daerah di lima kabupaten dan satu kota untuk mempersiapkan satu tempat umum percontohan penerapan normal baru.
Tempat yang dijadikan obyek adalah pusat aktivitas masyarakat seperti pasar dan tempat ibadah. Pemerintah kabupaten/kota diminta merekayasa tempat tersebut serta menyiapkan fasilitas yang dapat menumbuhkan kebiasaan baru warga dalam berinteraksi, yaitu kepatuhan pada protokol kesehatan.
”Silakan bupati, wali kota berinovasi. Pasar mana yang mau dijadikan percontohan. Tempat ibadah seperti masjid, kita mulai dulu dari masjid di kecamatan. Tempat itu nanti kita atur bersama dengan bantuan TNI dan Polri,” ujar Rusli.
Menanggapi hal ini, Bupati Bone Bolango Hamim Pou mengusulkan Pasar Kamis di Kecamatan Tapa. Pasar harian itu nantinya akan dilengkapi penunjang protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan. Ia berharap, Pasar Kamis Kecamatan Tapa bisa menjadi acuan untuk pasar harian lainnya ataupun pasar mingguan.
Sementara itu, Wali Kota Gorontalo Marten Taha berencana mengajukan percobaan normal baru di dua pasar harian, yakni Pasar Sabtu dan Pasar Rabu di Kelurahaan Buolotadaa Timur, Kecamatan Sipatana. ”Ribuan pedagang di sana akan diatur sehingga berjarak. Mereka akan diatur di sepanjang jalan di lokasi pasar,” kata Marten.
Adapun keputusan untuk menerapkan PSBB tahap ketiga seiring dengan saran dari tim Crisis Center Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Eduart Wolok, rektor sekaligus ketua tim Crisis Center UNG, mengatakan, secara epidemiologi, posisi penularan Covid-19 di Gorontalo belum akan mencapai puncaknya hingga hari ke-60 masa tanggap darurat.
Hingga hari ke-50, tren penambahan kasus baru di Gorontalo masih fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Pada Minggu (31/5/2020), Gorontalo ketambahan 25 kasus baru Covid-19 sehingga jumlah kasus positif naik dari 69 ke 94. Sebanyak 65 orang dirawat, 26 orang sembuh, dan tiga orang meninggal.
Eduart mengatakan, rasio konfirmasi kasus positif di Gorontalo rata-rata 4,9 persen selama dua pekan terakhir, di bawah 5 persen sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melonggarkan pembatasan sosial. Namun, selama dua pekan terakhir, masih terjadi rasio yang cukup tinggi pada 20 dan 23 Mei, yakni 17,43 persen dan 6,49 persen.
”Artinya, kita belum bisa membendung peningkatan kasus terkonfirmasi positif selama dua pekan,” kata Eduart.
Kendati begitu, PSBB disebut membantu menekan angka reproduksi dasar (R0) di Gorontalo. Sebelum penerapan PSBB, R0 di Gorontalo 2,74. Pada tahap pertama, angka R0 turun menjadi 2,12 sebelum menurun lagi menjadi 1,5 setelah PSBB tahap kedua.
Artinya, kita belum bisa membendung peningkatan kasus terkonfirmasi positif selama dua pekan.
Rusli mengatakan, PSBB masih diperlukan untuk menekan R0 ke angka di bawah 1. ”Maka, kita sepakat memperpanjang PSBB hingga mencapai angka yang sesuai dengan persyaratan WHO,” kata Rusli.