Kluster Baru Bermunculan di Kuningan, Penapisan Masih Minim
Kluster baru penularan Covid-19 bermunculan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, meskipun pembatasan sosial berskala besar sudah diterapkan. Di tengah kondisi ini, identifikasi kasus terhambat karena minimnya pengetesan.

Petugas menyemprotkan disinfektan kepada kendaraan yang memasuki wilayah Samporo, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Minggu (5/4/2020).
KUNINGAN, KOMPAS — Kluster baru penularan Covid-19 bermunculan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, meskipun pembatasan sosial berskala besar sudah diterapkan. Penularan tidak hanya berasal dari luar kota, tetapi juga dalam skala lokal. Di tengah kondisi tersebut, identifikasi kasus masih terhambat minimnya penapisan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kuningan, terdapat 21 kluster penularan Covid-19 di daerah tersebut. Tujuh kluster ditetapkan berdasarkan kasus positif Covid-19 hasil tes usap atau swab. Kluster itu tersebar di Desa Dukuhdalem dan Cikaso di Kecamatan Kramatmulya, Cilebak dan Selajambe (Selajambe), Pasawahan (Pasawahan), Babakanjati (Cigandamekar), dan Caracas (Cilimus).
Kecuali Cikaso, setiap kluster menyumbang satu kasus Covid-19 sejak 25 Maret lalu. Semuanya berasal dari zona merah di Jakarta dan sekitarnya. ”Di kluster Dukuhdalem, misalnya, pedagang di Tanah Abang terkonfirmasi positif Covid-19 dan meninggal,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kuningan Denny Mustofa kepada Kompas, Selasa (26/5/2020), di Kuningan.
Baca juga : Uji ”Swab” Massal di Jabar Masih Terkendala
Di kluster Cilebak, Babakanjati, dan Salajambe juga muncul kasus yang merupakan pedagang di Jakarta dan sekitarnya lalu mudik ke Kuningan. Kasus kluster Pasawahan merupakan seorang sopir dokter di Depok yang kerap pulang balik ke Jakarta. Sopir tersebut terkonfirmasi positif Covid-19 setelah kembali ke Kuningan.
Adapun kasus di kluster Caracas merupakan seorang pegawai bank yang mengikuti pelatihan di kantor sebuah bank di Jakarta. Namun, Denny tidak tahu pasti kapan pelatihan itu diadakan.
”Ada belasan orang yang ikut dari Cirebon dan sekitarnya, termasuk seorang warga Kuningan. Yang bersangkutan waktu itu tidak mau dirawat di rumah sakit. Anak dan suaminya juga menolak rapid test,” lanjutnya.
Berdasarkan penelusuran kontak di enam kluster itu, lanjutnya, tidak ada tambahan kasus positif Covid-19. Hal ini berdasarkan hasil uji cepat dan pemantauan lebih dari dua pekan terhadap orang-orang yang punya riwayat kontak dengan kasus positif.

Warga terpaksa putar balik karena jalan di Dusun Wage, Desa Haurkuning, Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, ditutup, Selasa (19/5/2020). Akses masuk desa diperketat beberapa pekan terakhir untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19. Setiap warga, terutama pemudik dan pendatang, akan didata dan menjalani pengukuran suhu tubuh.
Sejak 6 Mei, Pemerintah Kabupaten Kuningan menerapkan pembatasan sosial berskala besar demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Apalagi, pemudik terus berdatangan ke Kuningan. Hingga kini, jumlahnya hampir mencapai 70.000 orang. Pengawasan diperketat dengan pemeriksaan di perbatasan. Pengukuran suhu tubuh dan penyemprotan disinfektan juga dilakukan di jalan akses masuk-keluar desa.
Meski demikian, kluster baru malah muncul di Cikaso pada 27 April setelah seorang warga menjalani uji cepat dan hasilnya reaktif. Warga yang mengaku tidak pernah keluar Kuningan itu lalu menjalani tes usap. Sembilan hari kemudian, hasilnya positif Covid-19.
Pengawasan diperketat dengan pemeriksaan di perbatasan. Pengukuran suhu tubuh dan penyemprotan disinfektan juga dilakukan di jalan akses masuk-keluar desa.
”Kami lalu melacak riwayat kontaknya. Anaknya ternyata seorang perawat di Bekasi, beberapa kali pulang ke Kuningan. Tetapi, setelah kami tes rapid dan swab, anaknya negatif Covid-19. Bisa jadi, dia tertular dari pakaian anaknya. Kami belum tahu dari mana sumber penularannya karena pasien hanya beraktivitas di desanya,” lanjutnya.

Aparat desa mengukur suhu tubuh warga yang memasuki Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Minggu (5/4/2020). Jika suhu tubuh di atas 38 derajat celsius, warga akan dibawa ke puskesmas. Upaya ini dilakukan sesuai keputusan Pemerintah Kabupaten Kuningan yang menetapkan karantina wilayah parsial demi mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Penularan lalu menyebar ke anggota keluarga lainnya hingga total mencapai delapan kasus positif di Cikaso setelah hasil tes usap keluar pada 19 Mei lalu. ”Kami terus melacak riwayat kontak kluster Cikaso. Hampir 100 orang yang pernah kontak dengan pasien positif tersebut menjalani rapid test. Hasilnya nonreaktif,” ujarnya.
Kini, Kuningan mencatat 14 kasus positif Covid-19 dengan seorang pasien meninggal dan lima orang dinyatakan sembuh. Delapan pasien yang masih dalam perawatan merupakan kluster Cikaso. Adapun dari 25 warga yang hasil tes uji cepatnya reaktif, 10 orang masih dalam pengawasan, 2 orang meninggal, dan 13 lainnya sembuh.
Baca juga : Tes Cepat Covid-19 Digelar di Sejumlah Daerah
Pihaknya menempatkan hasil tes cepat yang reaktif juga sebagai kluster. Hampir semua kasus reaktif saat tes cepat berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Dari penelusuran kontak, satu kasus reaktif di kluster Cirebon Indah berasal dari kluster Panjunan di Kota Cirebon. Satu keluarga ini diketahui baru pulang dari acara keluarga di Jakarta. ”Setelah menjalani swab, kasus ini ternyata negatif Covid-19,” ujar Denny.
Menurut dia, pihaknya terus mengawasi 21 kluster Covid-19 di Kuningan. Selain dua petugas surveilans di Dinkes Kuningan, satu petugas di setiap puskesmas yang tersebar di 37 daerah juga turut membantu pelacakan kontak. ”Selama ini, kami belum mengalami kesulitan meskipun petugas di puskesmas bukan berlatar belakang epidemiologi,” ucapnya.
Denny mengklaim, hasil pelacakan kontak telah dibuat dan disebarkan ke setiap puskesmas. Namun, pihaknya belum membuka riwayat perjalanan kontak kasus itu ke publik karena khawatir dengan stigma masyarakat. Menurut dia, hal ini akan merugikan pasien Covid-19. Padahal, riwayat kontak dapat membuat warga lebih awas saat bepergian.
Minim tes
Denny menuturkan, kendala lain dalam pelacakan kontak adalah minimnya penapisan atau tes usap (swab). Dua bulan lebih setelah kasus positif pertama ditemukan di Kuningan, hingga kini baru 144 orang yang menjalani tes usap. Adapun hasilnya baru keluar lebih kurang 60 orang. ”Hasil tes dari Labkesda Jabar keluar dua pekan lebih, bahkan pernah ada yang sampai lima minggu,” ungkapnya.
Keterlambatan tersebut dapat menghambat upaya surveilans untuk mencegah penularan. Jika tes usap dilakukan secara masif dan hasilnya segera diketahui, petugas dapat mengambil langkah cepat, seperti mengisolasi pasien terkonfirmasi positif dan melacak riwayat kontaknya. Ia menambahkan, pihaknya mengalami keterbatasan anggaran sehingga belum bisa mengadakan pemeriksaan PCR untuk sampel usap.

Warga menjalani tes uji cepat di Surya Toserba, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Tes tersebut menyasar 100 karyawan dan pengunjung supermarket. Tes dilakukan untuk mengidentifikasi kasus Covid-19 di Kota Cirebon. Hingga kini, delapan warga terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Cirebon.
Untuk meningkatkan tes usap, pihaknya telah menambah 500 viral transport medium (VTM) yang digunakan untuk membawa sampel uji usap. Dengan begitu, pihaknya tidak lagi bergantung dengan bantuan VTM dari Pemerintah Provinsi Jabar yang kerap lebih sedikit dari kebutuhan. Pihaknya juga tengah menjajaki kerja sama dengan Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), Cirebon, untuk pemeriksaan sampel lebih cepat.
”Diharapkan pekan ini pemeriksaan uji swab bisa dilakukan di UGJ,” ucapnya. Untuk sementara, pihaknya masih mengandalkan uji cepat. Setiap warga yang mengeluh gejala Covid-19, seperti demam, sakit tenggorokan, dan sesak napas, akan menjalani uji cepat. Jika hasilnya reaktif, langkah selanjutnya adalah tes usap.
Kota Cirebon
Minimnya tes usap juga terjadi di Kota Cirebon meskipun kasus positif Covid-19 cenderung meningkat. Hingga kini baru tercatat sekitar 125 warga yang menjalani tes usap. Delapan di antaranya terkonfirmasi positif dan tersebar di semua kecamatan di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut.
”Kami akan alihkan pengadaan 15.000 alat rapid test untuk tes swab. Saat ini sudah sekitar 5.000 rapid test. Sisanya akan dialihkan ke PCR (tes usap),” ujar Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Cirebon Sri Laelan.
Kami akan alihkan pengadaan 15.000 alat rapid test untuk tes swab. Saat ini sudah sekitar 5.000 rapid test. Sisanya akan dialihkan ke PCR.

Petugas Dinas Kesehatan Kota Cirebon menggelar tes cepat di Surya Toserba, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Tes tersebut menyasar 100 karyawan dan pengunjung supermarket. Hingga kini, delapan warga Kota Cirebon terkonfirmasi positif Covid-19.
Pihaknya juga sedang bekerja sama dengan RS Pelabuhan dan RSD Gunung Jati untuk melakukan pemeriksaan PCR. Dengan begitu, hasil tes usapbisa segera diperoleh. Namun, rumah sakit itu belum mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan.
Selain meningkatkan tes usap, pihaknya juga terus menelusuri riwayat kontak kluster penularan di Cirebon. Meskipun ada delapan kasus positif, pihaknya hanya menetapkan satu kluster penularan, yakni kluster Panjunan, pada 6 April lalu. Empat kasus positif berada di kluster Panjunan dan salah satunya meninggal.

Warga menjalani tes cepat di Surya Toserba, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Tes tersebut menyasar 100 karyawan dan pengunjung supermarket. Tes itu untuk mengidentifikasi kasus Covid-19 di Kota Cirebon. Hingga kini, delapan warga terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Cirebon.
”Kasus ini bermula dari acara keluarga di Jakarta selama dua pekan. Saat kembali ke Cirebon, seorang ibu lansia meninggal dan terkonfirmasi positif Covid-19,” ujarnya. Pihaknya pun melakukan tes usap untuk anggota keluarga yang sempat melakukan kontak erat. Tiga orang di antaranya juga terkonfirmasi positif.
Menurut dia, petugas di puskesmas dan kelurahan turut membantu pelacakan kontak sehingga belum ada kendala berarti. ”Kami akan kejar tracing hingga ke kelurahan, RT, dan RW. Kami optimistis tidak ada kluster baru lagi,” katanya.
Baca juga : Perantau Sedang Menghadapi Dilema