67 Tenaga Kesehatan di NTB Terpapar Covid-19
Sebanyak 67 tenaga kesehatan terkonfirmasi positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat. Mereka berasal dari enam rumah sakit dan satu puskesmas.
MATARAM, KOMPAS — Sebanyak 67 tenaga kesehatan di Nusa Tenggara Barat ikut terpapar Covid-19 hingga Rabu (27/5/2020). Mereka berasal dari enam rumah sakit dan satu puskesmas setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Nurhandini Eka Dewi dalam konferensi pers di Mataram, Rabu sore, mengatakan, tenaga kesehatan di NTB yang terkonfirmasi positif terdiri dari 8 orang tim medis, yakni dokter dan dokter gigi; 54 paramedis; 1 tenaga gizi, 1 apoteker, dan 1 tenaga radiologi. Sebanyak 38 orang berjenis kelamin perempuan dan 29 lainnya laki-laki.
Turut hadir dalam konferensi pers tersebut antara lain Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang juga Sekretaris Daerah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi; Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi; seta Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri.
Menurut Eka, rumah sakit dan puskesmas asal tenaga ksehatan itu berada di Kota Mataram dan luar Mataram. Hanya saja, Eka tidak mau menyebutkan namanya untuk menghindari stigma dari masyarakat.
”Stigma masyarakat terhadap tenaga kesehatan sangat luar biasa. Kami tidak ingin itu terjadi. Karena ada satu kasus saking takutnya ke rumah sakit karena Covid-19, pasien itu menunda-nunda. Baru datang setelah kondisi parah dan akhirnya meninggal dunia,” kata Eka.
Baca juga: Lebih Separuh Pasien Covid-19 di NTB Telah Sembuh
Eka memaparkan, semua tenaga kesehatan di NTB terkonfirmasi positif Covid-19 pada Mei 2020 atau bulan keempat mereka bekerja menangani Covid-19. ”Pada awal Februari 2020, kami sudah mulai bekerja. Mengatasi Covid-19 dengan karantina orang yang datang dari luar negeri. Kemudian, pada akhir Februari mulai merawat pasien. Meski baru beberapa orang, itu sudah berat. Sampai kami temukan pasien positif pertama pada pertengahan Maret dan berlanjut sampai sekarang,” katanya.
Menurut Eka, satu per satu tenaga kesehatan mulai tumbang sejak awal Mei. Sebanyak empat orang terkonfirmasi positif pada 1-7 Mei, 26 orang pada 15-21 Mei, 9 orang pada 22-25 Mei, serta 28 orang pada 26 Mei hingga Rabu ini. Dari jumlah yang positif, saat ini sudah ada 3 orang yang sembuh dan 64 orang masih dirawat.
”Jika dipersentasekan, nakes (tenaga kesehatan) yang positif sekitar 11 persen dari total pasien Covid-19 di NTB yang mencapai 537 orang (hingga Rabu siang),” kata Eka.
Baca juga: Tiga Kasus Baru Covid-19 Ditemukan di NTB
Menurut Eka, karena terpapar, para tenaga kesehatan itu harus dirawat. Selain itu, setelah sembuh, mereka tidak bisa langsung bekerja dan mesti dikarantina dulu di rumah selama 14 hari. Dengan kata lain, lebih kurang satu bulan mereka tidak bisa bekerja.
Konsekuensinya, kata Eka, jika ada satu tenaga kesehatan dalam satu regu terkonfirmasi positif, semua anggotanya sementara tidak diperbolehkan bekerja. Dari enam rumah sakit dan satu puskemas, ada sekitar 90 orang (di luar tenaga kesehatan positif) yang sementara tidak bekerja.
”Mereka semuanya diisolasi sampai hasil tes usap (swab) mereka keluar dua kali. Jika hasilnya aman (negatif),mereka bisa bekerja kembali,” kata Eka.
Selain itu, kata Eka, beberapa rumah sakit yang tenaga kesehatannya terkonfirmasi positif untuk sementara tidak menerima pasien baru Covid-19. Hal itu karena keterbatasan tenaga kesehatan. ”Kami mohon doa kepada masyarakat agar tenaga kesehatan kita bisa pulih. Apalagi beberapa di antara mereka sudah menulari anggota keluarganya,” kata Eka.
Pelayanan tetap dibuka
Menindaklanjuti adanya tenaga kesehatan positif, beberapa rumah sakit menutup poli atau ruang perawatan terkait. ”Mereka tutup langsung dan tidak menerima pasien poli itu hingga sementara waktu, tetapi bagian-bagian lain tetap jalan,” kata Eka.
Walaupun sejumlah tenaga kesehatan ada yang positif Covid-19 dan dikarantina, lanjut Eka, mereka tetap memikirkan pelayanan kesehatan masyarakat tidak terputus. ”Pelayanan masyarakat tetap jalan. Karena kami paham, dalam kondisi seperti ini, masyarakat justru harus lebih diperhatikan kesehatannya,” kata Eka.
Eka menambahkan, itu menjadi catatan penting bagi masyarakat. Apalagi semuanya tertular dari transmisi lokal. Saat ini, kasus pada transmsi lokal di NTB sudah mencapai 56 persen atau lebih banyak dari penularan primer sebesar 44 persen.
”Artinya, semua masyarakat harus waspada. Nakes yang sudah pakai APD saja masih tembus oleh virus, apalagi masyarakat yang tidak menerapkan prosedur pencegahan Covid-19, seperti tidak memakai masker, tidak menerapkan jaga jarak, dan keluar rumah walau tidak mendesak,” kata Eka.
Saat ini, kasus pada transmsi lokal di NTB sudah mencapai 56 persen atau lebih banyak dari penularan primer sebesar 44 persen.
Atur ulang
Hamzi Fikri menambahkan, ibarat perang, saat ini ada benteng yang jebol karena puluhan tenaga kesehatan di NTB sudah terpapar Covid-19. Oleh karena itu, perlu kewaspadan lebih tinggi dari masyarakat.
Menurut Eka, adanya tenaga kesehatan positif Covid-19 merupakan risiko pekerjaan. Padahal, mereka selalu menggunakan alat pelindung diri. Misalnya di ruang isolasi level tiga, minimal memakai APD level dua (penutup kepala, google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan). ”Tetapi tetap tembus juga,” kata Eka.
”Kami mohon dan meminta tolong kepada masyarakat agar lebih taat dan disiplin dalam menjalankan protokol pencegahan Covid-19 yang sudah diinstruksikan pemerintah,” kata Fikri.
Baca juga: Antisipasi Penularan di Tiga Daerah Transmisi Lokal NTB
Fikri mengatakan, mereka sudah menelusuri riwayat kontak para tenaga kesehatan yang positif Covid-19, termasuk merumahkan serta melakukan tes swab kepada anggota regu tenaga kesehatan positif. Bagi yang positif, semuanya dibawa ke Rumah Sakit Darurat di Asrama Haji NTB untuk isolasi.
Terkait pelayanan, kata Fikri, RSUD Provinsi NTB mengatur ulang strategi pelayanan dengan melihat proporsi beban kerja petugas. Salah satunya dengan mengurangi layanan rawat inap untuk menutupi kekurangan tenaga di IGD setelah ada petugasnya yang terpapar Covid-19.
”Selain itu, di lingkungan rumah sakit, kami menerapkan kebijakan wajib memakai masker. Termasuk penerapan jaga jarak pada antrean, ada pengecekan suhu tubuh, dan meniadakan jam besuk dan pembatasan penunggu,” kata Fikri.
Selain itu, pemeriksaan pasien non-Covid juga diperketat, termasuk pelayanan operasi dan penyelamatan jiwa pasien (life saving) yang tetap dibuka. ”Pasien non-Covid juga harus kami layani. Jangan sampai fokus melayani pasien Covid-19, justru non-Covid bertambah tinggi jumlahnya,” kata Fikri.
Baca juga: Strategi Pemulihan Industri Pariwisata di NTB Disiapkan
Dukung kesembuhan
Adanya tenaga kesehatan yang positif Covid-19 turut menjadi perhatian masyarakat. Namun, mereka diminta tidak panik. Abu Bakar, Kepala Desa Sesela, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, mengatakan, 2 orang di antara 67 tenaga kesehatan yang positif merupakan warga desanya.
”Tetapi, mereka adalah pahlawan kemanusiaan yang rela bekerja siang dan malam hingga meninggalkan keluarganya. Oleh karena itu, mari kita doakan agar lekas sembuh serta tidak ada diskriminasi,” kata Abu Bakar.
Abu Bakar meminta warga Sesela untuk tidak panik. Apalagi dua tenaga kesehatan asal desa itu sudah ditangani dan kondisi mereka baik. ”Tidak ada juga rencana penutupan wilayah. Apalagi kedua nakes kita itu tidak pernah berinteraksi dengan warga lain. Mereka pulang hanya untuk ambil baju dan membersihkan rumah,” katanya.