RSUP Ambon Mulai Beroperasi, Masyarakat Harus Tetap Patuhi Protokol Covid-19
RSUP dr J Leimena di Ambon, Maluku, mulai dioperasikan menghadapi pandemi Covid-19, Rabu (27/5/2020). Namun, keberadaannya tidak akan maksimal apabila tidak dibarengi kesadaran semua menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Pusat dr J Leimena di Ambon, Maluku, mulai dioperasikan untuk menghadapi pandemi Covid-19, Rabu (27/5/2020). Namun, keberadaan infrastruktur anyar ini tidak akan maksimal apabila tidak dibarengi kesadaran semua pihak menerapkan protokol kesehatan ketat.
Rumah sakit ini nantinya akan fokus menangani pasien terinfeksi virus korona baru, penyebab penyakit Covid-19. Kehadirannya menjadi oase di tengah kian minimnya ruang perawatan penderita Covid-19 di Maluku.
Menurut pantauan Kompas, sejumlah petugas kebersihan menyiapkan semua kamar perawatan pasien yang berada di lantai enam dan delapan rumah sakit yang mulai dibangun pada Juli 2018. Dari 200 tempat tidur yang tersedia, sebanyak 30 unit telah siap digunakan. Setiap petugas kebersihan dan tenaga kesehatan yang masuk ke areal itu harus melewati pemeriksaan suhu dan tes cepat Covid-19.
Direktur Utama RSUP dr J Leimena, Celestinus E Munthe, mengatakan, pada gelombang pertama, sebanyak 38 tenaga kesehatan akan bertugas selama sebulan. Selanjutnya, mereka akan diganti kelompok berikutnya dengan jumlah yang sama. Dalam dua minggu waktu istirahat, mereka akan menjalani karantina di hotel selama seminggu.
Semua tenaga kesehatan itu berasal dari sejumlah fasilitas kesehatan di Ambon, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit. Pihaknya juga membuka kesempatan bagi sukarelawan yang ingin bergabung mengingat jumlah tenaga kesehatan masih jauh dari ideal.
”Saat ini, sukarelawan yang mendaftar baru seorang. Kami persilakan bagi tenaga kesehatan yang ingin bergabung tentu lewat mekanisme yang kami siapkan,” katanya.
Celestinus berharap RSUP ini dapat membantu beban rumah sakit lain yang kian berat lantaran bertambahnya jumlah pasien. Hingga Rabu malam, jumlah kasus positif di Maluku sebanyak 188 orang.
Sebanyak 34 orang di antaranya sudah sembuh dan 8 orang lainnya meninggal dunia. Selain itu, jumlah pasien dalam pengawasan 22 orang dan orang dalam pemantauan 63 orang. Kasus terbanyak ada di Kota Ambon.
Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang berharap pasien dan semua masyarakat dapat menjaga kebersihan dan kenyamanan di rumah sakit itu. Namun, menurut Kasrul, keberadaan rumah sakit itu tidak otomatis bakal menyelesaikan pandemi Covid-19 di Maluku. Rumah sakit hanya benteng terakhir. Pencegahan penularan ada di tangan masyarakat sendiri.
”Kami tidak bosan-bosannya mengingatkan untuk jaga jarak, rajin cuci tangan, dan pakai masker,” katanya.
Jika hal itu diabaikan, akan terjadi peningkatan jumlah kasus, bahkan dalam jumlah lebih besar. Dengan begitu, sangat mungkin semua rumah sakit di Ambon tidak mampu menampungnya karena ketersediaan tempat tidur yang terbatas.
”Grafik sekarang terus meningkat, mari kita semua berupaya melandaikannya. Sekali lagi, kuncinya adalah disiplin,” katanya.
Keberadaan rumah sakit itu tidak otomatis bakal menyelesaikan pandemi Covid-19 di Maluku. Rumah sakit hanya benteng terakhir. Pencegahan penularan ada di tangan masyarakat sendiri.
Seperti diberitakan sebelumnya, kapasitas tempat tidur pada semua rumah sakit rujukan Covid-19 di Ambon tidak mampu menampung semua pasien. Untuk mengatasi hal itu, puluhan pasien dirawat di mes dengan fasilitas terbatas.
Pada saat bersamaan, lebih dari 20 tenaga kesehatan juga terinfeksi korona. Kondisi ini memberi peringatan keras bahwa sektor kesehatan di Maluku kini dalam zona kritis. Kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan jadi kuncinya.
Menurut informasi yang dihimpun Kompas dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy, Ambon, tersisa 10 tempat tidur dari total 43 tempat tidur yang disediakan bagi pasien Covid-19. Namun, rumah sakit tersebut masih ditutup hingga Senin malam. Penyebabnya, puluhan tenaga kesehatan terinfeksi korona.
Di Rumah Sakit TNI AD dr JA Latumeten kini tersisa 2 tempat tidur dari total 16 tempat tidur. Di Rumah Sakit TNI AL dr FX Suhardjo hanya ada 1 tempat tidur dari total 8 tempat tidur. Sementara di Rumah Sakit Polri Bhayangkara kekurangan satu tempat tidur dari total yang disiapkan lima tempat tidur. Akibatnya, satu pasien harus dirawat di luar kamar.
Empat rumah sakit itu diperuntukan bagi pasien yang dianggap kondisinya agak berat. Sementara itu, pasien yang dinilai dalam kondisi lebih stabil ditempatkan di dua mes milik pemerintah, Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Maluku sebanyak 34 orang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Maluku sebanyak 41 orang. Kini, total kapasitas tempat tidur yang masih tersisa pada dua tempat itu pun hanya 21.