Jawa Barat menyiapkan diri menuju masa normal baru. Hal itu dilakukan dengan membagi zona rawan Covid-19, tes masif guna memetakan persebaran virus, hingga menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
DOKUMEN BIRO PERS, MEDIA DAN INFORMASI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo melaksanakan shalat Idul Fitri di halaman depan Wisma Bayurini, Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (25/5/2020).
BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat menyiapkan diri menuju masa normal baru. Hal itu dilakukan dengan membagi zona rawan Covid-19, tes masif guna memetakan persebaran virus, hingga menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad di Bandung, Selasa (26/5/2020), menyatakan, Jabar menyiapkan skenario pembagian zonasi kerawanan Covid-19 di Jabar.
Zonasinya terbagi atas lima level kewaspadaan. Mulai dari zona terendah, yaitu level 1 atau zona hijau, zona biru (level 2), kuning (level 3), merah (level 4), dan zona hitam (level 5). Setiap zona memiliki tingkat aktivitas warga sesuai kerawanannya.
Zona hitam, merah, dan kuning menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan tingkat aktivitas warga sesuai level kewaspadaan. Untuk zona biru dan zona hijau, warga diperbolehkan berkegiatan secara normal atau 100 persen.
”Hanya zona hijau yang membolehkan warga mengadakan kerumunan. Sementara di empat level lainnya, warga diminta tetap melaksanakan pembatasan jarak sosial,” katanya.
Wisatawan kebun teh di tepi jalan raya Puncak, Kabupaten Bogor, Senin (25/5/2020). Hari kedua libur Idul Fitri 2020, kawasan Puncak pun ramai diserbu warga untuk mengisi libur Lebaran.
Daud memaparkan, pembagian zona akan diterjemahkan oleh setiap kepala daerah. Dari 27 kabupaten dan kota di Jabar, 19 daerah di antaranya masuk ke dalam zona kuning. Lima daerah masuk ke zona hijau dan tiga daerah lainnya, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kota Cimahi, masuk ke dalam zona merah.
”Kami menilai Jabar bisa melaksanakan new normal dengan leveling. Level kewaspadaan ini akan diterjemahkan lebih lengkap oleh setiap kepala daerah di wilayah yang lebih kecil. Dengan mikro manajemen, aparat dan rakyat akan lebih mudah mengatur wilayahnya,” ujar Daud.
Selama penerapan PSBB, tutur Daud, pihaknya menggencarkan pemeriksaan secara masif terhadap warga yang berpotensi Covid-19. Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), pemeriksaan dengan menggunakan tes uji cepat telah dilaksanakan 113.000 kali. Di samping itu, tes dengan reaksi berantai polimerase (PCR) telah dilaksanakan lebih dari 10.000 kali.
Selain mencegah penyebaran Covid-19, pengetesan masif akan mendapatkan peta persebaran Covid-19 yang komprehensif, melacak kontak terpapar Covid-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien Covid-19.
Pengetesan masif akan mendapatkan peta persebaran Covid-19 yang komprehensif, melacak kontak terpapar Covid-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani menambahkan, sebagai antisipasi potensi Covid-19 gelombang dua, pihaknya telah mendistribusikan lebih dari 15.000 alat tes swab yang didistribusikan kabupaten dan kota. Berli mengatakan, Jabar merujuk Korea Selatan, mengetes 0,6 persen total populasi atau 300.000 penduduk Jabar.
”Untuk mengejar target tersebut, kami melakukan pengadaan alat tes dari BTT (belanja tidak terduga) Jabar yang dialokasikan untuk penanggulangan Covid-19. Bantuan alat tes dari sejumlah pihak pun terus mengalir, seperti dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),” kata Berli.
Pasar digital
Selain pembatasan kegiatan, warga juga tetap diminta untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan cuci tangan secara teratur. Untuk meminimalkan pertemuan antarwarga, kegiatan ekonomi seperti jual beli di pasar diarahkan menuju digital.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana warga berbelanja kerudung di Bogor Plaza, Jalan Suryakencana, Bogor, Jumat (22/5/2020). Mendekati hari raya Idul Fitri, kerumunan warga di tempat perbelanjaan tidak terkendali.
Perdagangan elektronik ini, tutur Daud, diharapkan bisa memulihkan kegiatan ekonomi yang sempat tersendat akibat pandemi Covid-19. Setidaknya terdapat 10 pasar tradisional akan menerapkan metode digital dalam jual beli. Meski demikian, aktivitas pasar tradisional tetap dilakukan dan warga diimbau tetap menjaga jarak.
”Perdagangan digital dan elektronik tetap dilakukan agar perekonomian tetap berjalan dengan memastikan protokol kesehatan. Dengan pemeriksaan masif, probabilitas rantai penularan Covid-19 bisa dikurangi, bahkan diputus,” ujarnya.