Kasus Baru Covid-19 Menurun, Warga Sumbar Tak Boleh Terlena
Tambahan kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat cenderung menurun dalam lima hari terakhir. Namun, masyarakat Sumbar diimbau tetap waspada terlebih saat Lebaran dan setelah Lebaran yang berpotensi menambah kasus.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Tambahan kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat cenderung menurun dalam lima hari terakhir. Rasio sampel yang diperiksa dan temuan kasus positif juga berkurang. Meski demikian, kewaspadaan mesti terus dijaga terutama terkait pelaksanaan protokol kesehatan.
Sejak Selasa (19/5/2020) angka tambahan kasus positif Covid-19 per hari di Sumbar cenderung menurun. Pada Selasa, temuan kasus 10 orang. Adapun Rabu dan Kamis, angka tambahan kasus masing-masing delapan orang. Pada Jumat dan Sabtu, tambahan kasus dua orang dan lima orang.
Pekan sebelumnya, Selasa-Minggu (12-17 Mei), rata-rata tambahan kasus sekitar 18 orang per hari. Adapun jumlah kasus positif Covid-19 di Sumbar hingga Sabtu (23/5/2020) mencapai 443 orang. Dari total kasus tersebut, 24 orang meninggal, 175 orang sembuh, 120 orang dirawat di rumah sakit, 43 orang isolasi mandiri, dan 81 orang diisolasi di berbagai tempat karantina yang disediakan pemda.
Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) Andani Eka Putra, Sabtu (23/5/2020), mengatakan, tambahan kasus positif Covid-19 di Sumbar lima hari terakhir memang menurun. Namun, kecenderungan tersebut belum dapat ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Butuh waktu dua minggu pengamatan untuk menyimpulkan kasus menurun atau meningkat.
”Memang dari segi rasio, tambahan kasus dibandingkan dengan jumlah sampel yang diperiksa rasionya mengecil. Itu sebenarnya bagus. Namun, itu sangat tergantung dengan upaya pelacakan. Kalau kami tidak banyak periksa, tentu tidak banyak tambahan kasusnya. Apalagi, sampel yang kami ambil (periksa) kemarin kebanyakan dari daerah yang bukan episentrum,” kata Andani.
Menurut Andani, sampel yang diperiksa beberapa hari terakhir tidak ada yang dari Pasar Raya Padang, episentrum terbesar penularan Covid-19 di Sumbar. Pada Jumat, sekitar 700 sampel tes swab hidung massal dari Pasar Raya mulai masuk dan diperiksa hari ini. Dari situ, ada kemungkinan tambahan kasus kembali naik.
Temuan kasus belakangan lebih didominasi pasien tanpa gejala ataupun gejala ringan. Fakta tersebut mengindikasikan upaya pelacakan kasus berjalan baik, tidak menunggu orang sakit.
Meskipun belum dapat disimpulkan, Andani memandang ada dua fakta positif dalam penularan Covid-19 di Sumbar. Pertama, rasio temuan kasus positif Covid-19 dibanding jumlah sampel yang diperiksa berkurang. Namun, rasio ini sangat dipengaruhi lokasi sampel yang diambil. Jika lokasinya bukan episentrum, rasionya pasti kecil.
Pada Sabtu ini, misalnya, terdapat temuan kasus lima orang dari 1.154 sampel yang diperiksa atau satu orang dari 230 sampel. Sementara itu, Minggu (17/5/2020), temuan kasus 22 orang dari 874 sampel atau satu orang dari sekitar 39 sampel.
Fakta positif kedua, lanjut Andani, temuan kasus positif Covid-19 kategori berat atau yang berasal dari pasien dalam pengawasan (PDP) angkanya menurun. Temuan kasus belakangan lebih didominasi pasien tanpa gejala ataupun gejala ringan. Fakta tersebut mengindikasikan upaya pelacakan kasus berjalan baik, tidak menunggu orang sakit.
”Dari sepuluh orang yang positif, kadang tidak ada (yang sebelumnya PDP). Pernah juga dari 20 orang terkonfirmasi positif tidak ada satu pun yang asalnya dari PDP. Di Amerika, ketika fase puncak, kasusnya berat semua dan angka kematian tinggi. Kita belum temukan itu di Sumbar,” ujar Andani.
Andani melanjutkan, hal terpenting dalam menghentikan wabah Covid-19 adalah memutus mata rantai penularan. Empat langkah yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai itu adalah pelacakan (trace), pemeriksaan (test), isolasi (isolation), dan perawatan/pengobatan (treatment).
Empat langkah yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai itu adalah pelacakan (trace), pemeriksaan (test), isolasi (isolation), dan perawatan/pengobatan (treatment).
Dalam pemeriksaan, laboratorium FK Unand, kata Andani, Jumat, sudah dapat memeriksa 1.154 sampel dalam sehari. Padahal, awalnya, laboratorium FK Unand hanya sanggup sekitar 300 sampel per hari. Laboratorium FK Unand mulai memeriksa sampel swab pada 24 Maret 2020.
Untuk Sabtu ini, Andani menargetkan dapat memeriksa 1.750 sampel. Ia mengklaim, target 1.750 sampel per hari itu sekitar tiga kali lipat dari pemeriksaan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan yang memeriksa sekitar 600 sampel per hari.
Ahli epidemiologi Universitas Andalas, Defriman Djafri, Jumat (22/5/2020), mengatakan, memang ada kecenderungan penurunan kasus baru. Angka reproduksi efektif Covid-19 di Sumbar sejak Senin (18/5/2020) kurang dari satu. Pada Jumat (22/5/2020), angka reproduksi efektifnya 0,85.
Angka reproduksi efektif adalah jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus infektif pada populasi yang memiliki kekebalan sebagian atau setelah adanya intervensi. Angka ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi penyebaran penyakit.
Menurut Defriman, angka di atas 1 berarti satu orang menginfeksi satu orang lain. Sementara angka di atas 2 berarti satu orang menginfeksi dua orang lainnya dan dua orang itu kemudian menginfeksi dua orang lagi. Jika di bawah angka 1, artinya orang itu tidak lagi menginfeksi orang lain.
”(Kondisi Sumbar di bawah angka 1) artinya intervensi pemerintah sudah menurunkan penularannya kurang dari satu orang dalam empat hari terakhir. Namun, ini belum dapat dikatakan signifikan karena masih ada potensi, yaitu momen Lebaran dan setelah Lebaran. Apalagi, kalau kehidupan normal baru diterapkan, ini menjadi ancaman. Begitu pula ketika sekolah dibuka dan orang bekerja normal. Itu harus disiapkan,” kata Defriman.
Defriman, yang juga dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand, melanjutkan, untuk bisa disimpulkan butuh pengamatan sekitar dua minggu sesuai standar WHO. Jika angka reproduksi efektif berada di bawah 1 selama dua pekan, berarti memang kasusnya mulai melandai.
Defriman pun merekomendasikan kepada Pemprov Sumbar agar mengantisipasi potensi penularan pada saat Lebaran, Setelah Lebaran, dan kehidupan normal baru. Dalam kehidupan normal baru, misalnya, perubahan perilaku masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan menjadi fondasi dasar.
”Kalau fondasi itu belum dibentuk, belum jadi budaya atau kebiasaan, akan sulit untuk kehidupan normal baru. Pasti akan terjadi kobaran api (penularan Covid-19) lagi. Sebab, percikan api itu masih ada. Jangan sampai terjadi outbreak kasus gelombang kedua dan ketiga,” ujar Defriman.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Jumat, mengatakan sudah menggelar rapat dengan Defriman terkait kecenderungan penurunan kasus itu dan sedang mengkajinya. Jika angka reproduksi efektif stabil di bawah 1 selama dua minggu, Sumbar sudah bisa melakukan adaptasi dengan konsep kehidupan normal baru.
”Namun, ini, kan, baru empat hari. Kami tunggu data berikutnya sampai dua minggu. Kami tidak tahu, kalau besok atau lusa meledak (temuan kasus positif Covid-19 meningkat signifikan),” kata Irwan.
Irwan melanjutkan, sembari menunggu dua pekan, tidak ada perubahan kebijakan mengenai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Sumbar yang berakhir pada 29 Mei 2020. Terkait Idul Fitri, warga masih diminta tidak keluar rumah. Shalat Id diminta dilakukan di rumah masing-masing kecuali daerah yang masih bebas kasus dan mendapat izin dari bupati/wali kota dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Adapun terkait penghentian dan perpanjangan PSBB, Irwan belum dapat memberikan gambaran. Keputusan terkait PSBB akan dibahas pada 28 Mei 2020 bersama 19 bupati/wali kota di Sumbar.