Strategi Pemulihan Industri Pariwisata di NTB Disiapkan
Merebaknya Covid-19 membuat industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Nusa Tenggara Barat terpuruk. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat menyiapkan berbagai langkah untuk penanganan dan pemulihan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat merancang dan menyiapkan strategi pemulihan industri pariwisata setempat yang diguncang pandemi Covid-19. Tiga tahapan dirancang, mulai dari masa tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Moh Faozal mengatakan, di NTB, sedikitnya 15.000 pekerja sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif sudah dirumahkan (unpaid leave) sejak merebaknya Covid-19 hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Mereka bekerja di berbagai bidang.
Bidang itu meliputi perhotelan 6.122 orang, jasa perjalanan wisata 1.357 orang, pemandu pendakian 676 orang, dan rumah singgah (homestay) 213 orang. Selain itu, ada juga pekerja di ekonomi kreatif atau industri kecil menengah sebanyak 2.410 orang, sanggar seni 394 orang, lapak kuliner 353 orang, anak buah kapal 617 orang, termasuk petugas kebersihan, tiket, dan asongan sekitar 984 orang.
Menurut Faozal, mereka saat ini terus merancang pembenahan serta pemulihan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Ia menyebutkan, ada tiga tahapan yang dilakukan, yakni tahap tanggap darurat, tahap pemulihan, dan tahap normalisasi.
Faozal menjelaskan, fase tanggap darurat dimulai sejak Maret hingga akhir Mei 2020. Pada fase itu, Pemerintah Provinsi NTB berupaya menekan dampak buruk pada perekonomian masyarakat di sektor pariwisata.
Salah satu langkah yang diambil adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta pemerintah kabupaten/kota untuk membantu para pekerja, termasuk mendorong kebijakan fiskal bagi pelaku pariwisata berdasarkan permohonan asosiasi.
Pusat kendali itu untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data pelaku usaha pariwisata yang terdampak Covid-19.
”Berdasarkan permohonan itu, pihak Kemenparekraf melakukan refocusing anggaran untuk membantu para pekerja yang terdampak. Berdasarkan hal ini, NTB mendapat bantuan dengan kuota 15.000 paket bahan makanan pokok bantuan Kemenparekraf untuk pekerja yang terdampak,” kata Faozal.
Hal lain yang dilakukan dalam fase tanggap darurat adalah membuat pusat kendali (command center) di Dinas Pariwisata NTB. Pusat kendali itu untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data pelaku usaha pariwisata yang terdampak Covid-19, termasuk koordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan Covid-19 di bidang pariwisata.
Sementara untuk fase pemulihan, menurut rencana, akan dilakukan pada Juni hingga Desember 2020. ”Kami berharap pandemi ini bisa segera berakhir agar bisa fokus mendorong industri pariwisata dan ekonomi kreatif bergerak kembali,” kata Faozal.
Pada fase pemulihan, lanjut Faozal, mereka mendorong konsep normal baru pada promosi dengan sasaran pariwisata pasar domestik yang dibagi ke dalam beberapa bagian daerah. Preferensi produk wisata pada konsep itu akan beralih ke produk yang lebih menekankan prinsip jaga jarak seperti kesehatan, kegiatan luar ruangan, dan lainnya.
Standar kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan untuk pelanggan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
”Pada kondisi new normal, orang-orang masih berwisata dengan sejumlah prosedur yang berbeda dengan sebelumnya. Standar kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan untuk pelanggan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya,” kata Faozal.
Sementara fase normalisasi akan berlangsung dari Januari hingga Desember 2021. Fase ini untuk mengembalikan eksistensi kepariwisataan NTB. Langkah yang akan dilakukan, antara lain, memperbanyak jalur penerbangan udara, baik domestik maupun internasional, promosi destinasi dan ekonomi kreatif, serta acara tematis.
Tahun 2021 juga menjadi tahun penting bagi NTB. Jika tidak ada halangan, pada akhir 2021, akan digelar ajang balap motor paling bergengsi MotoGP di Sirkuit Jalan Raya Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah. Pembangunan sirkuit oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) sedang berlangsung.
Menurut Direktur Utama PT ITDC Abdulbar M Mansoer, sirkuit ditargetkan selesai akhir 2020. Saat ini, kata Abdulbar, mereka masih pada tahap pekerjaan tanah yang merupakan bagian paling penting dalam pembangunan sirkuit. Itu juga menentukan apakah sirkuit layak atau tidak untuk digunakan.
Berdasarkan pantauan, industri pariwisata di NTB memang terhenti. Obyek wisata unggulan, seperti kawasan Tiga Gili di Lombok Utara, Senggigi di Lombok Barat, dan Kuta Mandalika di Lombok Tengah sepi pengunjung.
Akibatnya, hotel tutup dan karyawan sementara dirumahkan. Menurut Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan, memang masih ada karyawan yang masuk, tetapi sebatas untuk pemeliharaan.
Kegiatan di desa wisata pun terhenti. Kelompok sadar wisata (pokdarwis) menutup seluruh aktivitas dan mengikuti arahan pemerintah daerah. Menurut Ketua Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah Pahrul Azim, sambil menunggu kondisi kembali normal, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bilebante didorong memproduksi makanan ringan dan jamu. Produk-produk itu kemudian dijual secara daring.