Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di Sidoarjo belum mampu meredam sebaran Covid-19, sesuai target. Tingkat penambahan kasus terkonfirmasi positif justru semakin tinggi
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di Sidoarjo belum mampu meredam sebaran Covid-19, sesuai target. Tingkat penambahan kasus terkonfirmasi positif justru semakin tinggi, karena masyarakat masih berjubel di pusat perbelanjaan dan pasar dengan mengabaikan aturan jaga jarak.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada Kamis (21/5/2020) mencapai 386 orang. Artinya, dalam sehari terjadi lonjakan kasus sebanyak 57. Ini merupakan rekor penambahan tertinggi sepanjang pelaksanaan PSBB yang berlangsung sejak 28 April.
“Dari penambahan baru sebanyak 57 kasus tersebut, terbanyak berasal dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakit rujukan. Jumlahnya 37 kasus,” ujar Syaf Satriawarman.
Selain itu penambahan kasus baru berasal dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 4 kasus, 2 Orang Tanpa Gejala (OTG), dan 14 kasus dari pemeriksaan swab yang dilakukan secara langsung terhadap orang yang terindikasi Covid-19.
Seluruh kegiatan yang melibatkan masyarakat, termasuk kegiatan keagamaan harus ditunda dulu. Penjagaan ketat dilakukan oleh polisi dan TNI dibantu relawan desa (Nur Achmad)
Penambahan kasus sebanyak 57 konfirmasi positif ini merupakan rekor baru. Rekor sebelumnya dalam sehari terjadi penambahan 45 kasus konfirmasi positif, terjadi pada Minggu (17/5). Selama pelaksanaan PSBB jilid pertama yang berlangsung 28 April-11 Mei, rata-rata hanya terjadi penambahan 7-8 kasus terkonfirmasi positif setiap harinya.
Berdasarkan catatan Kompas, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sidoarjo sehari sebelum dimulainya PSBB jilid kedua, tepatnya Senin (11/5/2020) hanya 188. Sepuluh hari kemudian kasusnya telah melonjak menjadi 386. Artinya ada penambahan 198 kasus atau hampir 20 kasus setiap harinya.
Perpanjangan PSBB jilid kedua yang berlangsung mulai 12-25 Mei, sebenarnya diharapkan jauh lebih efektif dalam menekan laju sebaran Covid-19 di Sidoarjo. Namun, faktanya, justru sebaliknya, selain kasus positif yang terus bertambah secara sporadis, juga muncul klaster baru yang menjadi sumber penyebaran virus diantaranya kluster Desa Waru.
Acara tahlilah
Seperti diberitakan sebelumnya, dari penyelenggaraan tahlilan, sebanyak 509 jiwa yang terbagi dalam 158 keluarga di RW 12 Desa Waru, saat ini menjalani isolasi mandiri. Total ada 21 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan 54 orang lainnya reaktif berdasarkan hasil uji cepat di lingkungan tersebut.
Selain Desa Waru, Desa Pepelegi juga mendapat perhatian serius gegara warganya membuka jenazah positif Covid-19 dan memandikannya. Di Desa Pepelegi saat ini terdapat 9 kasus konfirmasi positif dengan sebaran yang tidak merata. Selain itu, 17 warga lainnya reaktif dan saat ini tengah menunggu hasil uji isap.
Perangkat desa di Waru meminta pemerintah daerah membuka data masyarakat yang terpapar Covid-19. Dengan dibukanya data tersebut, mereka bisa tahu siapa yang harus diawasi mobilitasnya, siapa yang harus dijaga, dan siapa yang harus dibantu. Selama ini, perangkat desa tak memiliki data sehingga mereka bingung menghadapi warganya.
Ketua RW 12 Desa Waru Mujiono misalnya, mengaku tidak tahu warganya yang positif, berstatus PDP, dan ODP. Bahkan meskipun dia ikut uji cepat massal, pihaknya tetap tidak memiliki data terkait hasilnya. Hal itu menyulitkan pengawasan apalagi dia harus menyeleksi warga yang boleh keluar kampung yakni yang hasil uji cepatnya nonreaktif (negatif).
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan Desa Waru idealnya diterapkan karantina total untuk mencegah sebaran virus semakin meluas. Seluruh akses menuju dan ke luar dari Desa Waru harus ditutup total. Hanya jalan utama yang dibuka, itupun bagi warga yang hasil uji cepatnya nonreaktif.
“Seluruh kegiatan yang melibatkan masyarakat, termasuk kegiatan keagamaan harus ditunda dulu. Penjagaan ketat dilakukan oleh polisi dan TNI dibantu relawan desa,” kata Nur Achmad.
Untuk menyukseskan masa isolasi mandiri, Pemkab Sidoarjo berupaya membantu warga memenuhi kebutuhan pokoknya dengan menyediakan sentra pangan. Masyarakat bisa mengambil bahan makanan seperti beras, minyak goreng, roti, sayuran, sesuai kebutuhan.