Aktivitas Mudik dan Belanja Kian Ramai di Tengah PSBB Makassar
Aktivitas mudik dan belanja kian ramai di Kota Makassar di tengah pelaksanaan PSBB yang akan berakhir besok. Pelonggaran PSBB membuat penambahan kasus positif Covid-19 di Sulsel, terutama Makassar, cukup besar.
Oleh
Reny Sri Ayu
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Walau ada imbauan tak mudik dan tetap di rumah, aktivitas belanja dan mudik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, malah kian ramai. Ini terjadi di tengah penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang baru berakhir besok.
Berdasarkan pantauan di Terminal Malengkeri dan Terminal Regional Daya, Kamis (21/5/2020), kendaraan angkutan mudik sejak pagi sudah siap menanti penumpang. Sebagian kendaraan menunggu penumpang di terminal, sebagian lagi menunggu di tepi jalan di luar terminal.
Sebagian kendaraan tak menggunakan pelat nomor kuning, melainkan pelat nomor hitam. Di pintu masuk terminal, petugas dinas perhubungan tetap berjaga dan memungut retribusi masuk terminal bagi setiap calon penumpang.
Terminal Malengkeri melayani angkutan penumpang jurusan Makassar ke Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, dan Sinjai. Adapun Terminal Daya melayani penumpang jurusan Makassar ke Parepare, Wajo, Bone, Pinrang, Soppeng, Toraja, hingga Palopo.
Anwar (45), sopir angkutan tujuan Makassar-Bulukumba, mengatakan, dirinya tetap melayani penumpang mudik, bahkan hingga Idul Fitri nanti. ”Sudah berapa hari ini saya bolak-balik angkut penumpang. Saya batasi jumlah penumpang hanya lima. Namun, kadang kalau satu keluarga dan mereka mau satu mobil, isinya bisa enam,” katanya.
Di Terminal Daya, sebagian besar kendaraan menunggu penumpang di pinggir jalan poros. Sebagian pengemudi atau pemilik kendaraan hanya mengangkut empat penumpang dalam satu mobil, sebagian lain mengangkut hingga tujuh. Jenis kendaraan yang digunakan adalah mobil keluarga minibus. Sementara bus-bus besar hanya melayani penumpang yang datang ke agen atau kantor usaha jasa transportasi.
Jaka (38), salah seorang pengemudi, mengatakan, konsekuensi mengurangi penumpang yang diangkut adalah dengan menaikkan tarif. Jika biasanya untuk tujuan Makassar-Bone setiap penumpang dipungut biaya Rp 100.000, saat ini tarifnya Rp 150.000. Adapun ke Bulukumba yang biasanya Rp 65.000, kini naik menjadi Rp 100.000.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungam Sulsel M Arafah mengatakan, pemerintah sudah mengimbau kepada warga untuk tak mudik. Bahkan, banyak kendaraan dari luar kota dihalau saat akan masuk Makassar. Keadaan ini berbeda dengan di terminal, angkutan antarkota dan antarprovinsi tetap beroperasi.
”Mudik tak dibolehkan. Hanya orang dengan kepentingan khusus yang dibolehkan mudik. Sudah ratusan kendaraan yang dihalau dan diminta balik. Kami menempatkan petugas gabungan di perbatasan untuk berjaga dan menghalau kendaraan dari luar kota yang akan masuk Makassar,” kata Arafah, akhir pekan lalu.
Tak hanya di terminal, aktivitas di pusat perbelanjaan dan pusat bisnis juga terlihat kian ramai. Di Pusat Niaga Daya, pengunjung meluber hingga kejalan. Di kawasan Somba Opu, sebagian besar toko emas juga dipadati pembeli. Begitu pula pusat grosir pakaian di Pasar Butung yang sudah beberapa hari terakhir dipadati pembeli.
Jika kemudian ada karyawan yang terbukti positif, mereka harus menerima konsekuensi tempat usaha ditutup.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kota Makassar, Ismail Haji Ali, pekan lalu, mengakui banyak jenis usaha yang buka selama masa perpanjangan PSBB sejak 8 Mei lalu hingga 22 Mei. PSBB jilid I di Makassar dimulai sejak 24 April hingga 7 Mei.
Dia mengatakan, jenis usaha yang buka itu ilegal karena bukan yang masuk dalam pengecualian boleh beroperasi selama PSBB. ”Kami ingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan. Jika kemudian ada karyawan yang terbukti positif, mereka harus menerima konsekuensi tempat usaha ditutup,” kata Ismail.
Di Sulsel, terutama Makassar, pelonggaran yang dilakukan sejak awal perpanjangan PSBB membuat suasana ibu kota provinsi itu nyaris seperti tidak sedang melaksanakan PSBB. Hampir semua jenis usaha buka. Warga memadati jalan dan pertokoan.
Padahal, kasus positif Covid-19 di Makassar merupakan yang tertinggi di Sulsel, yakni sekitar 60 persen dari seluruh kasus di provinsi tersebut. Makassar juga menjadi episentrum Covid-19 di Sulsel.
Tes cepat yang dilakukan Tim Gugus Tugas Covid-19 Sulsel di sejumlah pasar menemukan banyaknya warga yang reaktif. Hingga Kamis sore, jumlah kasus positif di Sulsel sebanyak 1.135 kasus dengan jumlah meninggal 60 orang dan pasien sembuh 388 orang.
Pertambahan jumlah kasus positif ini terjadi seiring pelonggaran PSBB. Hal ini menempatkan Sulsel dalam lima besar provinsi dengan kasus positif Covid-19 terbanyak di Indonesia, tertinggi di luar Pulau Jawa.