Malang, Nasib Petani Sayur di Malang
Kelimpahan bahan pangan tidak selalu membuat petani berada pada posisi yang menguntungkan.
Mendung mengelayut di langit Desa Banjarejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020) siang, tatkala Nurdiat (50) sibuk membersihkan tanah yang menempel di akar bayam yang baru saja ia panen dengan cara dicabut dari tanah.
Seperti biasa, lelaki paruh baya itu memanfaatkan air irigasi yang mengalir di tepi sawah untuk mencuci bayam sebelum dibawa ke tengkulak. Siang itu Nurdiat tidak sendiri. Ia dibantu dua buruh tani warga setempat.
”Sekarang, harga bayam anjlok. Hanya Rp 5.000-Rp 7.000 per bendel. Padahal, hari kedua puasa harganya masih tembus Rp 20.000 per bendel,” ujarnya. Petani di Banjarejo biasa menjual sayur dalam bentuk bendelan, baik itu bayam, kangkung, maupun sawi.
Satu bendel biasanya berukuran satu pelukan orang dewasa. Satu bendel berisi 25 ikatan kecil sayur berukuran satu genggam tangan. Ikatan kecil-kecil ini biasanya sampai ke tangan konsumen dengan harga Rp 500-Rp 1.000 per ikat.
Baca juga: Warga Saling Bantu di Tengah Ketidakpastian Pandemi Covid-19
Menurut Nurdiat, harga sayur tergantung situasi. Jika persediaan di sawah sedikit, harga jual tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika pasokan banyak, harga turun. Harga juga anjlok jika jumlah pedagang dari luar daerah berkurang seperti saat pandemi sekarang.
Sayur dari Banjarejo banyak dibawa ke sejumlah pasar di Kabupaten Malang, seperti Lawang, Singosari, Kepanjen, dan Sumberpucung. Bahkan, tidak sedikit pedagang dari luar daerah yang datang ke Banjarejo dan sekitarnya, termasuk dari Surabaya, Sidoarjo, dan kota lainnya.
Karena Surabaya dan sekitarnya sejak akhir April lalu menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), disusul oleh Malang Raya yang juga menerapkan PSBB sejak 17 Mei, serapan sayur dari Banjarejo pun ikut terpengaruh. Jumlah pedagang yang datang menjadi berkurang.
Akibat harga sayur anjlok. Sebagai bentuk kekecewaan, pekan lalu, para pedagang sempat membagikan sayur kepada pengguna jalan yang melintas di Pasar Sayur Kedungboto, pasar transit tempat tengkulak bertemu dengan pedagang dari luar daerah, yang ada di perbatasan Desa Kedungrejo dengan Banjarejo. Tidak hanya itu, mereka juga sempat membuang sebagian kecil sayur ke sungai yang mengalir di tempat itu.
Baca juga: Solidaritas Meretas Kelas Sosial Antarwarga Saat Pandemi
Setelah aksi tersebut viral di media sosial dan didengar oleh pemangku kepentingan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang akhirnya turun tangan dengan membeli sayur dari mereka. Pemkab Malang melalui dinas sosial membeli sayur setiap pedagang (masing-masing pedagang 10 bendel dengan harga Rp 10.000 per bendel).
Sayur yang dibeli dinas sosial itu diperuntukkan bagi dapur umum penanganan Covid-19. ”Hanya satu hari itu saja pemkab beli sayur. Setiap obrok (keranjang tempat sayur pedagang yang berada di sepeda motor) diambil 10 bendel. Setelah itu belum dilakukan lagi,” ujar Sunardi (51), salah satu tengkulak.
Didik (45), salah satu pedagang yang biasa membawa sayur dari Banjarejo ke Pasar Gadang di Kota Malang, menuturkan, dia dan rekan-rekannya tidak bisa berbuat banyak menyikapi kondisi yang ada saat ini. Meski pasar tradisional tetap buka selama PSBB Malang Raya, jumlah konsumen yang datang ke pasar menurun.
Sementara pergerakan pedagang sayur keliling saat ini terbatas akibat banyak kampung ditutup portal selama pandemi. ”Ya, sudah, menerima apa adanya saja seperti ini. Nanti waktu hari H Lebaran juga belum tahu apakah masih berjualan atau tidak. Lihat situasi,” ucap Didik.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Menyatukan Kekuatan yang Terpisah
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar mengatakan, setiap jelang Lebaran, pasokan sayur di wilayahnya memang melimpah. Saat itu, banyak petani menanam sayur dengan harapan bisa mendapatkan uang tunai untuk Lebaran. ”Jadi, sekarang panen raya. Nah, jelang Lebaran tahun ini Surabaya Raya PSBB, sedangkan Malang tengah dalam persiapan PSBB. Pedagang dari Surabaya dan Sidoarjo yang akan mengambil sayur ke Malang ada kendala. Mereka khawatir tidak lancar di jalan akibat PSBB sehingga banyak yang tidak bisa datang,” katanya.
Untuk menyikapi hal ini, menurut Budiar, pihaknya sudah melapor ke Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura serta Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian. Dirjen mengatakan akan memberikan subsidi kepada awak angkutan dari Malang menuju Sidoarjo. ”Nah, itu yang ingin kami tagih kepada Pak Dirjen Hortikultura. Katanya akan memberikan subsidi. Itu yang akan kami tanyakan,” katanya.
Budiar juga menyarankan agar kepala desa di mana terdapat komoditas sayur untuk mengeluarkan surat jalan bagi angkutan yang akan membawa sayur ke kota lain. Dengan demikian, para pedagang tidak akan menemui kendala selama di perjalanan saat PSBB berlangsung.
Pada kesempatan ini, Budiar juga membenarkan bahwa Dinas Sosial Kabupaten Malang selaku Koordinator Gugus Tiga Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Malang telah membeli sayur dari petani dengan total harga Rp 20 juta.