Derasnya aliran warga yang nekat ingin menyeberang di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, di tengah larangan mudik meresahkan petugas.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
Derasnya aliran warga yang nekat ingin menyeberang di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, di tengah larangan mudik menggelisahkan hati Ramadhan R Firdaus (24). Setiap hari, pegawai di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang itu harus berjibaku melayani ratusan warga yang kemungkinan membawa virus SARS-CoV-2 menyebab Covid-19.
Ramadhan menghela napas panjang melihat banyak warga yang memilih bertahan di Pelabuhan Bakauheni beberapa hari terakhir. Mereka yang memilih menginap di pelabuhan adalah warga yang belum diizinkan menyeberang karena tidak membawa surat keterangan bebas Covid-19 yang disyaratkan pemerintah.
Sebagai petugas KKP, Ramadhan memiliki tugas vital. Dia harus memeriksa kondisi kesehatan dan kelengkapan berkas calon penumpang kapal serta menerbitkan surat clearence kesehatan bagi mereka. Tak boleh ada satu warga pun yang lolos dari pemeriksaan karena bisa jadi mereka membawa virus mematikan tersebut.
Menurut dia, sebagian besar calon penumpang yang hendak menyeberang ke Jawa mengaku baru saja di-PHK dari perusahaan. Kondisi itulah yang membuat mereka memilih pulang ke kampung halamannya di Jawa karena sudah tidak lagi memiliki pekerjaan. Mereka tidak hanya berasal dari Lampung, tapi daerah-daerah di Sumatera.
Namun, tidak semua calon penumpang tersebut membawa berkas yang disyaratkan oleh pemerintah untuk bisa bepergian. Seperti beberapa hari terakhir, banyak calon penumpang yang tidak menyertakan surat bebas Covid-19. Padahal berkas itu menjadi salah satu syarat untuk menerbitkan clearence kesehatan.
Dia menuturkan, tidak mudah memberikan pengertian pada setiap orang. ”Tidak sedikit yang merasa petugas mempersulit mereka. Padahal, apa yang kami lakukan adalah untuk mencegah penularan Covid-19,” katanya.
Selama bertugas di Pelabuhan Bakauheni sejak Februari 2020, petugas sudah menemukan dua calon penumpang yang hasil tes cepatnya menunjukkan hasil reaktif. Selain itu, ada juga tiga penumpang yang harus dirujuk ke rumah sakit karena menunjukkan gejala Covid-19.
Bekerja 12 jam
Selama masa pandemi Covid-19, Ramadhan harus bekerja 12 jam per hari. Sebagai petugas yang berjaga di garda terdepan di pintu pelabuhan, mereka juga harus menjaga kondisi daya tahan tubuh karena risiko tertular Covid-19 cukup tinggi.
”Selain menggunakan masker dan sarung tangan, kami rutin mencuci tangan dan mengonsumsi suplemen daya tahan tubuh,” kata Ramadhan, Senin (18/5/2020).
Ramadhan dan 18 petugas KKP lainnya yang bertugas di Pelabuhan Bakauheni juga sudah menjalani tes cepar Covid-19. Hal ini untuk memastikan para petugas dalam kondisi sehat selama bertugas. Dari hasil tes cepat, semua petugas dinyatakan nonreaktif atau aman dari paparan Covid-19.
Hal serupa juga dialami Suhariyadi (48), supervisi lapangan PT ASDP Pelabuhan Bakauheni. Setiap hari, dia harus berkeliling untuk memastikan operasi pelabuhan berjalan dengan baik. Saat ratusan calon penumpang memilih bertahan di pelabuhan, dia juga harus memastikan mereka tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.
”Rasa takut pasti ada. Namun, saya menyadari tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas pelabuhan adalah melayani masyarakat,” katanya.
Dia menceritakan, sudah menjadi hal biasa jika petugas mendengar keluhan dari sejumlah calon penumpang di pelabuhan. Protes diterima dari berbagai kalangan, dari masyarakat biasa hingga pejabat. ”Yang kami lakukan adalah memberikan pengertian kepada mereka,” ujarnya.
Sebagai petugas yang setiap hari berjibaku di lapangan, mereka hanya berharap agar masyarakat tidak nekat untuk mudik saat pandemi Covid-19.