Jurnalis Maluku yang tergabung dalam grup futsal Kalesang FC membagikan masker gratis kepada para pekerja kecil di Kota Ambon.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·5 menit baca
La Jamal (55) loncat dari becak yang ia kayuh. Sambil tergopoh-gopoh, ia menuju kerumunan orang yang mengantre pembagian masker dari para jurnalis yang tergabung dalam grup Kalesang FC. ”Masker saya punya ini sudah satu minggu lebih tidak diganti. Sudah kotor dan bau tidak sedap lagi,” ujarnya sambil menunjuk masker kumal yang membungkus mulut dan hidungnya.
Faizal Lestaluhu, seorang jurnalis, menyodorkan satu lembar masker baru sambil meminta Jamal menanggalkan masker kumal itu. Faizal, yang melengkapi diri dengan alat pelindung diri, lalu memasangkan masker untuk Jamal sambil merinci kelebihan dari masker yang dibagikan tersebut. Jamal menyimak sambil menganggukkan kepala.
Masker yang terbuat dari kain itu memiliki dua lapis. Oleh pabriknya, masker itu diklaim antimicrobial, anti-air, dan dapat dicuci kembali dengan air paling panas 40 derajat celsius tanpa menggunakan pemutih. Jika disetrika, suhunya diatur cukup hingga tingkat medium. ”Masker ini lebih baik. Tolong pakai masker selalu. Ini demi keselamatan bapak dan keluarga,” ujar Faizal, yang juga redaktur harian Ambon Ekspres itu.
Jamal lalu membuang masker yang ia gunakan setiap hari selama satu pekan terakhir. Masker kumal yang tipis itu ia beli dari pedagang asongan seharga Rp 15.000. Itu masker ketiga yang ia gunakan sejak pandemi Covid-19 pertama kali terdeteksi di Ambon pada pertengahan Maret 2020. Dua masker yang lain diperoleh dari pembagian gratis.
Jika harus mengganti masker setiap hari, ia tidak memiliki uang yang cukup. Sejak pandemi, pendapatan pekerja harian, seperti tukang becak, menurun dratis. Sebelum pandemi, Jamal bisa mendapat Rp 100.000 per hari. Namun, saat ini, Rp 50.000 saja sudah sulit. ”Mau beli makanan untuk keluarga atau mau beli masker? Sekarang ini, cari uang untuk makan sehari-hari saja susah,” ujar Jamal.
Butje (36), sopir angkutan kota, juga mengeluh sulitnya membeli masker yang nyaman. Selama ini, ia hanya mengandalkan masker tipis yang dibagi gratis pemerintah, kadang diselingi dengan sapu tangan. Merasa tidak nyaman, masker tidak dipakai untuk menutup mulut dan hidung, malah dipakai menutup dagu. ”Kalau pas ada razia masker, baru saya pasang dengan baik. Setelah petugas lewat, saya lepas lagi,” katanya.
Seperti halnya Jamal, Butje juga mengaku kesulitan membeli masker yang nyaman untuk dipakai berulang atau setidaknya mengganti masker tipis tiap hari. Penghasilannya berkurang setelah warga memilih tinggal di rumah. Mereka juga dilarang mengangkut penumpang sesuai kapasitas maksimal 12 orang, paling banyak hanya bisa 6 penumpang demi menjaga jarak.
Pembagian masker di Jalan Pantai Mardika, Kota Ambon, Maluku, Sabtu (16/5/2020), petang adalah kesempatan mereka mendapatkan masker yang nyaman. Mereka, para pengguna jalan termasuk pengayuh becak, sopir angkutan kota, dan ojek, berhenti untuk mengantre pembagian masker. Beberapa penumpang juga kebagian.
Gerakan membagikan masker oleh grup Kalesang FC berawal dari pengalaman liputan selama masa pandemi ini. Para jurnalis yang tergabung dalam grup ini kerap mendapati kalangan ekonomi bawah tidak menjalankan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker. Grup Kalesang FC merupakan kumpulan para jurnalis dari berbagai media yang secara reguler bermain futsal bersama. Selama musim pandemi ini, futsal dihentikan, mereka mengalihkannya dengan kegiatan sosial.
Muncullah ide untuk menggalang masker. Mereka secara sukarela menyumbangkan uang dari saku pribadi untuk pengadaan masker serta bantuan dari pihak lain. Sebanyak 1.000 lembar masker terkumpul dan ludes dibagi selama kurang dari 30 menit. Pemilihan Jalan Pantai Mardika dengan alasan jalur itu sering dilewati pengayuh becak, pendorong gerobak, pedagang kaki lima, dan mobil angkutan kota. Mereka adalah kelompok rentan yang dianggap minim alat pelindung diri.
Sebagai manusia, terkadang, meliput atau menulis saja tidak cukup. Ada panggilan nurani lewat aksi meskipun itu kecil.
”Jurnalis tahu betul kondisi di lapangan karena setiap hari kami berada di lapangan. Sebagai manusia, terkadang, meliput atau menulis saja tidak cukup. Ada panggilan nurani lewat aksi meskipun itu kecil. Kami jurnalis memberi dari kekurangan, bukan dari kelebihan. Kami berharap ini menjadi aksi kecil yang dapat diikuti oleh individu atau komunitas yang lain. Mari bergerak bersama,” tutur Levinus Kariuw, jurnalis yang dituakan dalam grup Kalesang FC.
Pemilik harian Spektrum itu mengajak semua pihak membantu pemerintah dalam menyosialisasikan bahaya Covid-19. Selama proses pembagian itu, tampak banyak orang tidak mengenakan masker. Mereka sepertinya belum sadar akan bahaya tersebut karena ketidaktahuan atau ketidakpedulian. Banyak pula dari mereka yang menganggap enteng.
Padahal, virus korona sudah menginfeksi puluhan orang di Maluku. Ratusan yang lain sedang menunggu hasil tes usap dari laboratorium. Kota Ambon sudah masuk dalam zona merah. Hingga Minggu (17/5/2020), total kasus positif di Maluku sebanyak 84, sembuh 17, dan meninggal 6 orang. Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy Ambon, yang menjadi tembok akhir pertahanan bagi 1,8 jiwa penduduk di Maluku, pun ditutup lantaran sejumlah tenaga kesehatan terinfeksi.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Ambon Tajudin Buano mengapresiasi aksi sosial yang dilakukan Kalesang FC dalam membantu masyarakat. Untuk ukuran Maluku, aksi jurnalis semacam itu baru pertama kali terjadi, tetapi di daerah lain sudah dilakukan berbagai komunitas. Ia juga berharap agar semakin banyak aksi sosial di tengah kondisi yang menuntut orang untuk cenderung egois dan mencari selamat diri sendiri dan keluarga. ”Para jurnalis telah hadir memberikan contoh,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan para jurnalis agar tetap mengutamakan protokol kesehatan saat bertugas di lapangan. Banyak jurnalis bekerja dengan alat pelindung diri yang minim. Demi mendapatkan informasi yang lengkap bagi pembaca, keselamatan mereka terancam. Perusahaan media ditutut untuk menjamin keamanan awak medianya melalui penyediaan alat pelindung. Belum semua perusahaan media melakukan itu.
Grup Kalesang FC berjanji akan kembali menghimpun masker dan membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Kapan waktunya, belum pasti. Wajah-wajah lelah para tukang becak, pendorong gerobak, dan ojek mendorong semangat para jurnalis untuk kembali berbuat. Para jurnalis itu memberi sambil berucap: terimalah masker ini, dari kami kuli tinta.