Dengan Inovasi, UMKM Berpeluang Bangkit di Tengah Pandemi
UMKM menjadi salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Anjloknya daya beli masyarakat membuat penghasilan UMKM merosot. Masih ada peluang bangkit lewat inovasi produk dan penyesuaian sistem pemasaran.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Menurunnya daya beli masyarakat membuat penghasilan UMKM merosot tajam. Namun, masih ada peluang bangkit lewat inovasi produk dan penyesuaian sistem pemasaran.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan, masalah utama yang dihadapi pelaku UMKM saat ini adalah turunnya permintaan. Daya beli lesu selama pembatasan sosial.
Platform pemasaran digital dinilai menjadi peluang bagi UMKM untuk bangkit. Sayangnya, baru 13 persen UMKM yang terhubung dengan pasar daring.
”Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem digital,” ujar Teten saat menjadi pembicara dalam web seminar ”Strategi Survival di Masa Covid-19: Upaya Adaptasi Usaha Mikro Kecil”, Jumat (15/5/2020).
Menurut Teten, untuk masuk ke pasar daring, UMKM perlu mempersiapkan sejumlah hal, antara lain ketersediaan produk dan kemampuan mendistribusikan barang secara nasional. Hal ini untuk menjaga kredibilitas usaha di mata pelanggan.
”Di pasar daring, konsolidasi brand di antara UMKM sangat menentukan. Ini penting untuk bersaing dengan brand besar sekaligus agar kapasitas produksi memadai,” ujarnya.
Platform pemasaran digital dinilai menjadi peluang bagi UMKM untuk bangkit. Sayangnya, baru 13 persen UMKM yang terhubung dengan pasar daring.
Tak hanya itu, UMKM juga disarankan melihat peluang usaha baru. Hal ini dapat dilakukan dengan mencermati kebutuhan masyarakat saat ini.
Teten mencontohkan, sejumlah UMKM di bidang garmen dapat bertahan setelah berinovasi dengan memproduksi masker kain. Selain itu, UMKM di sektor makanan pokok juga berpeluang bangkit.
”BUMN (badan usaha milik negara) sudah diarahkan untuk menyerap produk mereka,” ujarnya.
UMKM didorong memaksimalkan program bantuan sosial (bansos). Warga penerima bansos dapat membeli kebutuhan pokok di UMKM. ”Presiden (Joko Widodo) sudah menginstruksikan untuk memprioritaskan belanja di UMKM. Ini peluang besar untuk menyerap produk mereka,” ujarnya.
Teten menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar produk UMKM masuk dalam e-katalog. Dengan demikian, produk UMKM dapat diserap melalui pengadaan pemerintah dalam jumlah besar.
Menteri Sosial Juliari P Batubara yang juga menjadi pembicara dalam web seminar itu mengatakan, UMKM menjadi penyalur dalam program Kartu Sembako. ”Warung-warung bisa menyediakan bahan makanan, seperti beras, telur, ikan, dan daging ayam,” ujarnya.
Pembicara lainnya, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani H Maming, menuturkan, sudah banyak UMKM merumahkan karyawannya selama pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, karyawan yang dirumahkan tersebut membutuhkan bantuan langsung tunai (BLT) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
”Yang dibutuhkan saat ini BLT, bukan pelatihan kerja. Sebab, mereka ini sebenarnya punya pekerjaan, tetapi dirumahkan. Mau mencari kerja di situasi saat ini juga susah,” ujarnya.
Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Rina Indiastuti mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen dengan berbelanja secara daring. Hal ini mesti dimanfaatkan UMKM sebagai peluang agar tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir.
”Kenali pasar. Mungkin saja berbeda dengan sebelumnya. Inovasi menjadi jalan untuk menciptakan peluang,” ujarnya.