Sangihe Berkelimpahan Beras, tetapi Kekurangan Gula Selama Tanggap Darurat
Stok beras di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, berlimpah dan diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan warga hingga September 2020. Sebaliknya, stok gula sangat tipis sehingga harga melambung tinggi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Stok beras di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, berlimpah dan diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan warga hingga September 2020. Sebaliknya, stok gula sangat tipis sehingga harga melambung tinggi.
Dihubungi dari Manado, Kamis (14/5/2020), Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kepulauan Sangihe Ferawanti Massora mengatakan, Sangihe bebas dari masalah pangan di tengah terpaan wabah Covid-19. Sejak April lalu, dua perjalanan tol laut dari Surabaya dan Makassar membawa sekitar 2.000 ton beras ke Tahuna, ibu kota Sangihe.
”Di Sangihe tidak ada masalah pangan sama sekali karena tol laut berjalan seperti biasa. Kalau biasanya cuma dapat pasokan 1.200 ton beras sebulan, sekarang sampai 2.000 ton,” kata Ferawanti.
Menurut dia, kelebihan pasokan disebabkan tingginya kebutuhan bahan pangan untuk disalurkan dalam skema jaring pengaman sosial selama tanggap darurat Covid-19. Pemerintah Kabupaten Sangihe menganggarkan dana Rp 23,9 miliar.
Sementara itu, Rusli Malibu, pemilik Toko Jaya Bersama, di Tahuna, mengatakan, Covid-19 tidak memengaruhi lalu lintas pasokan beras ke tokonya. Dalam satu atau dua bulan, ia memesan paling banyak 40 ton beras premium via tol laut untuk didistribusikan ke toko-toko pengecer. Harga di tingkat konsumen pun masih berkisar Rp 11.000-Rp 12.000 per kg, di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.800 per kg.
Kendati begitu, penjualan berasnya menurun drastis. ”Mungkin karena banyak bantuan dari pemerintah. Pasokan 40 ton dari April baru habis seperempatnya,” kata Rusli.
Elvi Elim, pemilik CV Global Mega Perkasa, di Tahuna, juga menyatakan pasokan beras dari tol laut tetap lancar sekalipun sering terlambat dua sampai tiga pekan. Adapun pasokan lain yang didatangkan dari Bitung datang lebih lambat daripada biasanya karena harus disemprot disinfektan sebelum keluar pelabuhan.
”Pasokan aman. Harga beras juga sudah turun dari Rp 15.000 per kg jadi kisaran Rp 11.000-Rp 12.000 per kg saja,” kata Elvi.
Kepala Dinas Pangan Kepulauan Sangihe Sherly Maria Lalu memperkirakan, stok beras yang ada untuk saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan 131.136 warga Sangihe hingga September. Sebab, stok beras tidak hanya disediakan oleh para pedagang di Sangihe, tetapi juga sumber lain, seperti gudang depot logistik Bulog.
Menurut data Kantor Cabang Bulog Tahuna, ada 1.254,1 ton beras medium yang dapat memasok tiga kabupaten kepulauan, yaitu Sitaro, Sangihe, dan Talaud. Tersedia pula 29,78 ton beras premium.
Pasokan aman. Harga beras juga sudah turun dari Rp 15.000 per kg jadi kisaran Rp 11.000-Rp 12.000 per kg saja.
Kepala Kantor Cabang Bulog Tahuna Meydi Maxi Wongkar mengatakan, pasokan Bulog saja bisa memenuhi kebutuhan tiga kabupaten kepulauan di Sulut sampai tiga atau empat bulan ke depan. Sebab, ketiga kabupaten hanya membutuhkan sekitar 150 ton secara kumulatif setiap bulan.
”Ini sudah termasuk pasokan untuk PKH (Progam Keluarga Harapan) dan BPNT (Bantuan Pangan Nontunai). Kebutuhan tidak terlalu banyak karena warga kepulauan juga punya bahan makanan pokok lain, seperti ubi dan sagu,” katanya.
Stok pun terjamin karena tol laut terus beroperasi selama masa tanggap darurat Covid-19. Maxi mengatakan, masih ada pasokan 500 ton di bulan mendatang. Sebaliknya, Bulog sama sekali tidak memiliki cadangan gula. Sebab, belum ada kiriman pasokan dari pusat.
Ferawanti Massora mengatakan, gula adalah masalah nasional. Pasokan sedang kurang karena lambatnya impor dan distribusi. Karena itu, kebutuhan Sangihe harus dipasok dari Manado dengan harga mahal.
Di tingkat konsumen, harga gula bisa mencapai Rp 19.000 per kg di Tahuna. Di kecamatan lain, biaya transportasi meningkatkan harga hingga Rp 22.000 per kg, jauh di atas HET Rp 12.500 per kg. ”Kami sudah mengirim surat ke Bulog pusat agar segera mengirim gula ke Sangihe,” kata Ferawanti.
Elvi, pemilik CV Global Mega Perkasa, juga mengatakan gula sedang langka di kalangan distributor. Dari pemasok di Manado dan Surabaya, harga sekarung gula 50 kg mencapai Rp 800.000-Rp 900.000. ”Toko kami sudah enggak jual karena terlalu mahal,” katanya.
Kami sudah mengirim surat ke Bulog pusat agar segera mengirim gula ke Sangihe.
Sementara itu, pasokan bahan pangan lain, seperti cabai, juga aman. Sangihe baru saja panen dari sekitar 100 hektar lahan cabai sehingga harganya pun menurun drastis dari kisaran Rp 50.000-Rp 60.000 per kg menjadi Rp 30.000 per kg. Karena kelebihan pasokan, Disperindag Sangihe berencana menjual cabai ke Sitaro.
Harga sayuran, seperti daun bayam dan kangkung, juga turun drastis dari Rp 5.000 seikat menjadi hanya Rp 3.000. Ferawanti mengatakan, ini karena masyarakat terdorong untuk menanam sendiri akibat kekhawatiran wabah menghentikan aliran pasokan.