Uji usap tenggorok atau ”swab” massal dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) di daerah terpapar Covid-19 di Jabar masih terkendala keterbatasan alat dan tempat pemeriksaan. Padahal, gelombang pemudik terus ada.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Uji usap tenggorok atau swab massal dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) di daerah terpapar Covid-19 di Jawa Barat masih terkendala keterbatasan alat dan tempat pemeriksaan. Padahal, gelombang pemudik yang berisiko membawa virus korona baru tersebut sudah lama terjadi.
Kabupaten Kuningan, daerah tujuan pemudik, misalnya, belum melakukan tes swab massal. ”(Uji swab) belum bisa direncanakan karena masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Provinsi Jabar agar pemeriksaannya dilakukan di Cirebon,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kuningan Susi Lusiyanti, Rabu (13/5/2020), di Kuningan.
Uji swab belum bisa direncanakan karena masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Provinsi Jabar agar pemeriksaannya dilakukan di Cirebon.
Menurut Susi, selama ini pemeriksaan sampel uji swab terpusat di Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar di Bandung. Hasilnya pun memakan waktu lama, bisa lebih dari dua pekan. Jika pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), hasilnya bisa lebih cepat.
Pihaknya sudah menyiapkan 500 VTM (viral transport medium) untuk pengujian Covid-19. VTM adalah media untuk membawa spesimen sampel lendir hidung dan tenggorokan pasien yang telah diuji swab. Tambahan 75 VTM dari Pemprov Jabar juga dinilai cukup untuk menggelar uji swab massal.
Selama ini, uji swab baru menyasar pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19. Hasilnya, delapan kasus positif Covid-19, empat dilaporkan sembuh dan seorang meninggal dunia. Sebanyak 22 kasus positif dari hasil rapid test (tes cepat) juga masih dirawat.
Hampir semua kasus positif merupakan pemudik yang datang dari zona merah, seperti Jakarta dan sekitarnya. Dari pendataan tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kuningan sejak 25 Maret hingga kini, jumlah pemudik berjumlah lebih dari 70.000 orang.
Menurut Susi, untuk menelusuri potensi penyebaran Covid-19 di tengah gelombang mudik, pihaknya telah melakukan tes uji cepat kepada 1.500 warga, termasuk pemudik. Padahal, akurasi tes uji cepat lebih rendah dibandingkan dengan uji swab.
Di Kabupaten Cirebon, tes massal mulai dilakukan Rabu ini terhadap 22 warga Cirebon yang datang dari Bali karena terkena pemutusan hubungan kerja. ”Hasilnya akan diterima besok (Kamis). Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium FK UGJ Cirebon,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana.
Uji swab massal menyasar 500 orang. Mereka adalah kluster dari kasus positif, PDP, ODP, pemudik dari daerah episentrum penyebaran Covid-19, serta tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19.
Selain di Covid-19 Center di Stadion Watubelah, uji swab, menurut rencana, dilakukan di pos pemeriksaan pemudik di Susukan dan Beber. ”Untuk pemeriksaan swab kami siap lima hari ke depan. Lebih dari itu, kami minta bantuan 500 VTM dari Pemprov Jabar,” kata Nanang.
Padahal, tes diperlukan untuk mengetahui peta penyebaran Covid-19 di Cirebon. Apalagi, gelombang pemudik sejak 14 April masih terjadi. Sebagian besar dari 8 kasus positif Covid-19 juga merupakan pemudik. Dari jumlah itu, 3 orang sembuh dan 2 orang meninggal dunia.
Hingga kini, tercatat 42.066 pemudik atau pendatang kembali ke Cirebon. Meskipun Cirebon menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), masih terdapat 196 pemudik pada Senin lalu. ”Jumlah ini menurun dibandingkan dengan beberapa pekan lalu yang dapat mencapai hingga 500 pemudik per hari,” ujarnya.
Dekan FK UGJ Catur Setiya Sulistiyana mengatakan, Laboratorium FK UGJ telah memeriksa 60 sampel dari pasien di Cirebon. ”Kami sudah punya akses langsung untuk pelaporan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Ini memudahkan untuk tes swab massal,” katanya.
Laboratorium itu berstandar bio safety level atau BSL-2 untuk pemeriksaan Covid-19 yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kapasitas pemeriksaan untuk awal, berkisar 100-150 sampel per hari. Hasil tes pun dapat diperoleh hanya 6 jam.
Hingga kini, hanya Pemkab Cirebon bekerja sama dengan FK UGJ yang mulai melakukan tes swab massal. Kabupaten Kuningan, Indramayu, dan Kota Cirebon masih mengandalkan Labkesda Jabar untuk pemeriksaan hasil swab sehingga belum melakukan tes massal.
”Kami akan menjalankan tes swab massal di RS Pelabuhan mulai 18 Mei. Kapasitas pemeriksaannya, 90 sampel per hari,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto. Pihaknya juga sudah menyiapkan 1.580 reagen untuk pengujian sampel swab.