Pelayanan imunisasi di Papua masih rendah di tengah pandemi Covid-19. Pemda harus meningkatkan cakupan imunisasi untuk melindungi anak-anak di Papua.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di Provinsi Papua masih rendah di tengah pandemi Covid-19. Hasil laporan dari 28 kabupaten dan dua kota di Papua, cakupan imunisasi baru mencapai 41,8 persen dari target 68.370 anak.
Kepala Seksi Survelains dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Togu Sihombing saat ditemui di Jayapura, Rabu (13/5/2020), mengatakan, penurunan pelayanan imunisasi dasar lengkap bagi anak usia 0 hingga 1 tahun karena sejumlah faktor. Salah satunya, pemerintah daerah yang memfokuskan pelayanan untuk penanganan virus korona jenis baru. Beberapa di antaranya Kabupaten Jayapura, Keerom, Mamberamo Tengah, dan Merauke.
Faktor lainnya adalah kondisi geografis yang sulit dan gangguan keamanan. Selain itu, ia mengakui masih ada oknum tenaga medis yang tidak ke lokasi pelaksanaan imunisasi secara rutin.
”Kami telah mengeluarkan surat edaran agar seluruh pemda di 28 kabupaten dan satu kota wajib melaksanakan imunisasi dengan protokol kesehatan penanganan Covid-19,” ujar Togu.
Ia memaparkan, tenaga kesehatan di daerah yang belum ditemukan kasus positif Covid-19 dapat menggunakan masker dan mencuci tangan hingga bersih saat memberikan imunisasi bagi anak.
Sementara tenaga kesehatan yang berada di zona merah atau daerah yang telah ada penularan Covid-19 wajib menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar. ”Kami akan mengikuti pertemuan via daring dengan Kementerian Kesehatan pada Kamis (14/5/2020). Pertemuan ini untuk membahas strategi pelayanan imunisasi di tengah pandemi Covid-19,” tutur Togu.
Ia menambahkan, anak-anak yang tidak mendapat imunisasi terancam virus Covid-19, rubela, campak, polio, dan tuberkulosis. Sebab, kekebalan tubuh anak yang tidak diimunisasi rendah.
Anak-anak yang tidak mendapat imunisasi terancam virus Covid-19, rubela, campak, polio, dan tuberkulosis. Sebab, kekebalan tubuh anak yang tidak diimunisasi rendah.
”Jangan menganggap remeh pentingnya imunisasi dasar lengkap. Dapat terjadi kejadian luar biasa penyakit yang menyerang anak yang tidak mengikuti imunisasi,” lanjutnya.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua menyebutkan ada kejadian luar biasa (KLB), yakni 670 anak terkena wabah campak dan 80 anak di antaranya meninggal di Asmat pada Januari 2018.
Selain itu, pihak medis juga menemukan tiga kasus polio di Yahukimo dari November 2018 hingga Maret 2019. Seorang anak mengalami kelumpuhan dan dua anak tidak mengalami kelumpuhan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tolikara Derwes Jikwa mengatakan, pihaknya menunda pelaksanaan imunisasi karena masih fokus dengan kegiatan penanganan Covid-19 di Tolikara. ”Saat ini, semua alat pelindung diri diprioritaskan untuk tenaga medis yang menangani warga terindikasi tertular Covid-19,” ungkapnya.
Semua pemerintah daerah di Papua diharapkan tetap melaksanakan imunisasi untuk melindungi anak-anak di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Perwakilan Unicef Papua dan Papua Barat Try Laksono Hary Santoso berharap, semua pemerintah daerah di Papua tetap melaksanakan imunisasi untuk melindungi anak-anak di tengah pandemi Covid-19.
”Pemerintah juga harus menyiapkan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang melaksanakan layanan imunisasi di seluruh puskesmas di Papua,” ucap Try.