Warga Palangkaraya Masih Beraktivitas di Luar Rumah
Masih banyak warga Palangkaraya yang memilih beraktivitas di luar rumah karena berbagai alasan. Warga di kota itu juga belum banyak mendapatkan pengetahuan terkait virus korona.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Masih banyak warga Palangkaraya yang memilih beraktivitas di luar rumah karena berbagai alasan. Warga di kota itu juga belum banyak mendapatkan pengetahuan terkait korona. Pemerintah diminta untuk memanfaatkan teknologi dan ruang maya guna menyebarkan informasi yang selama ini terkesan tertahan.
Hal itu terungkap dalam riset yang dilakukan Borneo Institute (BIT) dengan tema ”Suara Warga Kota Palangkaraya tentang Covid-19”, Selasa (12/5/2020). Metode yang digunakan adalah dengan survei daring yang melibatkan 246 responden pada rentang waktu 25 April-5 Mei 2020, sebelum PSBB diberlakukan.
Riset itu menunjukkan jika masih ada 4,2 persen responden atau warga yang tidak tahu rumah sakit rujukan Covid-19 itu di mana saja, bahkan ada 9,7 persen warga yang tidak tahu kalau ada warga Kota Palangkaraya yang terinfeksi Covid-19.
Standy Christianto, peneliti BIT, menjelaskan, metode tersebut menggunakan teknik sampling acak sederhana dengan toleransi kesalahan 7 persen. Responden tersebar di lima kecamatan dengan berbagai latar belakang.
Analisis riset itu, lanjut Standy, menggunakan dua aspek kunci, yakni pengetahuan warga tentang Covid-19 dan pandangan warga terhadap upaya pemerintah dalam menanggulangi wabah mematikan tersebut.
”Riset itu menunjukkan jika masih ada 4,2 persen responden atau warga yang tidak tahu rumah sakit rujukan Covid-19 itu di mana saja, bahkan ada 9,7 persen warga yang tidak tahu kalau ada warga Kota Palangkaraya yang terinfeksi Covid-19,” ucap Standy.
Standy menambahkan, masih terdapat 22,3 persen warga yang akan tetap melakukan aktivitas di luar rumah meski pemerintah memberikan bantuan sosial atau subsidi agar tetap di rumah. Alasannya karena pekerjaan atau sekadar berbelanja.
Lalu, riset tersebut juga menunjukkan, 34,2 persen responden memilih mengikuti sebagian protokol kesehatan, seperti hanya menggunakan masker. ”Mereka masih berada di luar rumah dan tidak menjaga jarak,” kata Standy.
Minim sosialisasi
Direktur BIT Yanedi Jagau mengungkapkan, hasil riset itu menunjukkan minimnya sosialisasi atau banyaknya informasi yang tidak tersampaikan. Pihaknya juga menganalisis bahwa terdapat 60,9 persen responden menjawab tidak adanya upaya aktif dari RT/RW di lingkungan rumahnya dalam memberikan informasi.
”Momen ini harus digunakan untuk memanfaatkan ruang maya dalam pemberian informasi, saluran informasi digital itu harus dimanfaatkan dengan baik dalam penyampaian informasi. Tentunya dengan keterbukaan dan tidak ada yang ditutup-tutupi,” kata Jagau.
Jagau menambahkan, selama pandemi seharusnya pemerintah daerah melibatkan semua unsur di bawahnya, termasuk RT dan RW yang paling dekat dengan warga. Tidak hanya untuk sosialisasi, tetapi juga menjadi bagian dari penanggulangan bencana nonalam tersebut.
Menurut Jagau, hingga kini belum terlihat fokus kerja pemerintah daerah antara penanganan pasien di rumah sakit dan pemutusan rantai penyebaran. PSBB yang dilakukan saat ini belum terlihat efektif karena masih banyak warga yang beraktivitas di luar rumah, bahkan lebih banyak daripada hari-hari sebelum penerapan PSBB.
”Di satu sisi, tenaga kesehatan sudah mulai bertumbangan, fasilitas rumah sakit rujukan mulai terimpit karena penuh sesak. Antara penanganan pasien dan pemutusan mata rantai itu seharusnya berbarengan difokuskan,” kata Jagau.
Wakil Wali Kota Palangkaraya Umi Mastikah mengungkapkan, pihaknya menyiapkan Rp 68 miliar selama melaksanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ia menyatakan, anggaran digunakan untuk keperluan alat pelindung diri petugas kesehatan dan bantuan logistik, baik untuk petugas maupun masyarakat yang membutuhkan.
”Kunci PSBB ini berjalan baik ada di masyarakat juga. Kalau lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah bisa semakin panjang PSBB ini. Semuanya tidak mau, kan, kalau PSBB makin panjang,” kata Umi.