Pemerintah Provinsi Lampung berupaya mempercepat penanganan Covid-19 di Lampung. Selain melakukan penelusuran kontak pasien, pemerintah juga siap mengoperasikan alat uji usap tenggorokan PCR.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Lampung mempersenjatai diri dengan perangkat uji reaksi rantai polimerase atau PCR untuk memerangi penularan Covid-19. Hasil pemeriksaan lebih cepat dan akurat diklaim bisa mendukung pencegahan penularan jauh lebih ideal.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menuturkan, alat untuk identifikasi Covid-19 tersebut siap dioperasikan. ”Kami sudah melakukan uji fungsi dan pemeriksaan. Alat itu paling lambat mulai beroperasi tiga hari ke depan,” ujarnya, Senin (11/5/2020), di Bandar Lampung.
Arinal mengatakan sudah meninjau langsung Laboratorium Kesehatan Daerah Lampung sebagai lokasi pengujian. Sejumlah ruangan, antara lain pengumpulan sampel usap tenggorokan, ekstraksi, preparasi, dan PCR, sudah siap.
”Saya ingin memastikan, baik alat PCR maupun pendukung lainnya sudah disiapkan dengan baik,” ujarnya.
Dengan alat PCR, waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa sampel usap tenggorokan bisa lebih cepat. Sebelumnya, Lampung harus mengirim sampel usap tenggorokan itu ke laboratorium di Palembang dan Jakarta. Langkah itu setidaknya butuh waktu 3-4 hari.
Kapasitas alat PCR tersebut dapat menguji sekitar 50 sampel per hari. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil pengujiannya maksimal enam jam.
Pengujian akan diprioritaskan bagi orang berstatus pasien dalam pengawasan dan tenaga medis yang kontak langsung dengan pasien.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Lampung Reihana menuturkan, pengujian akan diprioritaskan bagi orang berstatus pasien dalam pengawasan dan tenaga medis yang kontak langsung dengan pasien. Selain itu, pengujian juga diprioritaskan untuk menelusuri kluster penularan Covid-19 di Lampung.
Hingga Senin, 11 Mei, jumlah kasus positif Covid-19 di Lampung ada 66 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 39 orang masih dirawat atau diisolasi. Sementara pasien meninggal sebanyak 5 orang dan sembuh 22 orang.
Sementara itu, pasien dalam pengawasan sebanyak 89 orang. Sebanyak 13 orang dirawat, 62 orang dinyatakan negatif Covid-19, dan 14 orang meninggal. Adapun jumlah orang dalam pemantauan sebanyak 3.053 orang.
Saat ini, pemerintah memperketat pengawasan terhadap santri yang baru dipulangkan ke kampung halamannya. Hal ini menyusul ditemukannya 6 dari 53 santri asal Temboro, Magetan, Jawa Timur, yang positif Covid-19. Kluster ini mendapat perhatian khusus karena santri yang dinyatakan positif diketahui merupakan orang tanpa gejala.