Kasus Pembobolan Rekening di Kendari Meresahkan Nasabah
Berselang empat bulan, kasus pembobolan rekening nasabah BNI melalui gerai ATM di Kendari, Sulawesi Tenggara, kembali terjadi. Sedikitnya 10 nasabah melaporkan kehilangan uang.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Berselang empat bulan, kasus pembobolan rekening nasabah BNI melalui gerai anjungan tunai mandiri (ATM) di Kendari, Sulawesi Tenggara, kembali terjadi. Sedikitnya 10 nasabah melaporkan kehilangan uang dari ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. Nasabah pun resah dan mempertanyakan keamanan di gerai ATM.
Muhammad Syukri Nur (28), salah seorang korban pembobolan rekening, Senin (11/5/2020), bercerita, ia mengetahui adanya transaksi mencurigakan pada Sabtu (9/5/2020). Saat itu, seorang rekannya mengirimkan dana ke rekening BNI yang digunakannya sehari-hari.
”Tapi, malamnya, saldo rekening saya tiba-tiba berkurang. Setelah saya cek transaksinya, ada penarikan Rp 500.000 pukul 18.16 Wita di Solo, Jawa Tengah. Padahal, saya lagi buka puasa di Wua-wua, Kendari, jam segitu,” kata Syukri.
Berselang sehari, ujar Syukri, ia lalu melaporkan kejadian ini ke Kantor Cabang BNI Kendari. Di sana, ia mengetahui ada beberapa korban lain yang telah melapor. Sejumlah rekan dan keluarga juga melaporkan kehilangan dana di rekening dengan nilai Rp 2 juta hingga Rp 30 juta.
Menurut Syukri, sebagian besar koleganya tersebut diketahui pernah melakukan transaksi di gerai ATM BNI, khususnya yang berdiri sendiri. ”Saya juga transaksi di ATM dekat Hotel Plaza Inn Kendari dan itu memang hanya ada satu ATM, bukan gerai bersama. Laporan teman-teman dan keluarga yang kena, mereka juga pernah transaksi di ATM yang berdiri sendiri,” ujarnya.
Meski nilainya tidak begitu besar, Syukri melanjutkan, rekening yang dibobol tersebut adalah rekening untuk kegiatan kantor. Transaksi kebutuhan kantor dilakukan dari rekening tersebut. Ia agak bersyukur dana kantor belum masuk di rekeningnya ketika pembobolan rekening terjadi. Selama ini, ia sengaja bertransaksi di ATM untuk mengurangi pertemuan dengan banyak orang di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Hari ini, pukul 15.20 Wita, dana saya sudah kembali. Tapi, kan, ini kami jadi khawatir.
Syukri melanjutkan, dalam lima bulan terakhir, ia telah dua kali mengalami pembobolan rekening. Pada Januari lalu, ia turut menjadi korban bersama ratusan korban kejahatan perbankan lainnya. Sebanyak 123 nasabah melaporkan terjadinya pembobolan rekening dengan kerugian lebih dari setengah miliar rupiah.
”Saat itu dana juga kembali. Hari ini, pukul 15.20 Wita, dana saya sudah kembali. Tapi, kan, ini kami jadi khawatir. Keamanannya bagaimana? Adakah pengecekan? Atau kamera pemantau? Masalahnya, rekening ini untuk kegiatan kantor dan menunjang pekerjaan,” ujar Syukri.
Kasus pembobolan rekening nasabah Bank BNI Kendari terjadi beruntun selama lima bulan terakhir. Model kejahatannya sama, yaitu dengan teknik skimming atau menyalin data nasabah yang melakukan transaksi di gerai ATM. Meski demikian, penyelidikan kasus pertama yang menguras dana ratusan nasabah belum juga terdengar hasilnya.
Kepala Cabang BNI Kendari Muzakkir menyampaikan, hingga Senin sore, ada sepuluh nasabah yang melaporkan kehilangan uang di rekening. Penarikan di rekening bervariasi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
”Lokasi gerainya masih dalam proses penyelidikan oleh tim terkait. Yang jelas, laporannya sekitar Rp 35 juta dana nasabah dan kami mulai proses untuk pengembalian,” kata Muzakkir.
Meski demikian, saat ditanya terkait perkembangan kasus beberapa bulan sebelumnya, Muzakkir tidak menjelaskan secara rinci perkembangan kasus tersebut. ”Masalahnya sudah selesai. Kalau pelakunya, saya tidak tahu,” ucapnya.
Saat kejadian pada Januari lalu, pihak bank menyampaikan bahwa proses investigasi terus berlangsung. Tim internal bekerja untuk menyelidiki kejadian yang merugikan ini. Terkait pelaku, pemasangan alat, hingga kemungkinan keterlibatan pihak-pihak tertentu, sedang didalami. Meski demikian, kelanjutan penyelidikan belum juga tuntas.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Tenggara Mohammad Fredly Nasution mengingatkan agar upaya pengamanan gerai ATM ditingkatkan. Antisipasi dengan pemantauan berkala ataupun dengan pemasangan kamera pemantau adalah beberapa upaya agar pelaku kejahatan tidak leluasa melakukan aksi.
”Kejadian ini tentu menunjukkan ada masalah yang terjadi. Namun, kalau sekarang, belum bisa dipastikan tingkat pengamanan gerai dan mesin ATM seperti apa. Kamera pengawas itu harus ada dan petugas bank memantau berkala,” kata Fredly, beberapa waktu lalu.