Stok Alat Medis di Nagekeo Kritis Usai Kebakaran di RSUD Aeremo
Ketersediaan obat dan alat medis di Kabupaten Nagekeo, NTT, sejak Minggu (10/5/2020), kritis usai terjadi kebakaran Instalasi Farmasi RSUD Nagekeo, Sabtu kemarin. Bantuan diharapkan terutama untuk pencegahan Covid-19.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
MBAY, KOMPAS — Ketersediaan obat dan peralatan medis di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, sejak Minggu (10/5/2020) dalam kondisi kritis usai kebakaran Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo di Mbay, Sabtu kemarin. Dinas kesehatan setempat meminta bantuan terutama peralatan medis guna menangani pandemi Covid-19.
Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Nagekeo dr Adrian, Sabtu (9/5/2020), mengatakan, kebakaran terjadi Sabtu pukul 04.00 Wita. Penyebab kebakaran diduga akibat korsleting listrik.
”Semua peralatan di ruang instalasi farmasi dan perbekalan obat-obatan RSUD Aeremo, Mbay, ludes. Selain obat-obatan, alat pelindung diri sebanyak 1.000 bungkus, rapid test 80 unit, ribuan masker, dan alat-alat kesehatan lain. Padahal, semua logistik kesehatan itu baru tiba dua pekan lalu. Kami kesulitan karena harus merawat pasien umum, pasien ODP dan PDP Covid-19,” tutur Adrian.
Bantuan darurat dari Dinas Kesehatan setempat sudah dikirim ke RSUD Aeramo, Mbay. Namun, menurut Adrian, itu belum cukup. Rumah sakit itu sedang merawat pasien 170 orang pasien rawat inap. Belum termasuk pasien rawat jalan.
Pihak IDI Nagekeo sangat membutuhkan bantuan obat-obatan, cairan, alat pelindung diri, rapid test, dan lainnya. Bantuan bisa disalurkan melalui IDI Nagekeo dengan nomor kontak 0812-4620-7077.
Adrian mengatakan, Kabupaten Nagekeo hanya memiliki satu rumah sakit umum, tidak ada rumah sakit lain sebagai penyangga. Hanya satu puskesmas rawat inap sejauh 7 kilometer dari Mbay. Jumlah puskesmas di Nagekeo tujuh unit, masing-masing berajak sekitar 40 km.
Saat ini RSUD Waeremo Mbay sedang merawat dua pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19, satu di antaranya telah meninggal. Selain itu terdapat 202 orang dalam pemantauan (ODP). Sebagian besar menjalani karantina mandiri, tetapi satu di antaranya meninggal dunia. Di daerah itu, sejauh ini belum ada kasus positif Covid-19.
Saat ini RSUD Waeremo Mbay sedang merawat dua orang pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19, satu di antaranya telah meninggal.
Adrian mengatakan, hasil rapid test sebelumnya ada delapan orang reaktif. Saat ini sudah diambil sampel swab dan telah dikirim ke Kupang untuk diperiksa, Minggu (10/5).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTT drg Dominikus Minggus Mere mengatakan, pada Minggu (10/5/2020), Pemprov NTT akan mendistribusikan bantuan obat, alat rapid test, dan alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan RSUD Waeramo, Mbay melalui Ende. Kabupaten Nagekeo terletak di Pulau Flores. Pemprov sedang mencari dukungan (bantuan) dari pihak lain.
Tes PCR
Sementara itu, mengenai rencana pemeriksaan perdana 46 spesimen di Laboratorium Biologi Molekuler RSUD Johannes Kupang, Dominggus mengatakan, alat PCR tersebut belum berfungsi optimal. Selama ini, alat tersebut digunakan untuk pemeriksaan pasien HIV/AIDS, kemudian dialihkan untuk pemeriksaan spesimen Covid-19.
”Perlu dilengkapi dengan beberapa komponen penting lain sehingga bisa dimanfaatkan untuk pemeriksaan spesimen Covid-19. Hasil pemeriksaan perdana itu butuh waktu dua hari untuk diumumkan ke publik,” kata Mere.
Tim medis hanya memeriksa 24 sampel spesimen. Pemeriksaan diprioritaskan dari sampel kluster Sukabumi yang saat ini sedang dirawat di RS Bhayangkara Kupang.
Pemeriksaan diprioritaskan dari sampel kluster Sukabumi yang saat ini sedang dirawat di RS Bhayangkara Kupang.
Dari hasil pemeriksaan 24 spesimen itu, diketahui ada tambahan satu positif Covid-19 dari kluster Sukabumi sehingga total positif Covid-19 di NTT sebanyak 13 orang. Jumlah 13 positif itu, sembilan dirawat di RS Bhayakara Kupang, dua orang di RSUD Komodo Labuan Bajo, satu di RSUD Hendrik Fernandes Larantuka, dan satu di RSUD Johannes Kupang tetapi sudah dinyatakan sembuh.
Pemeriksaan spesimen untuk delapan pasien positif kluster Sukabumi yang sedang dirawat di RS Bhayangkara, empat orang dinyatakan negatif dan empat lainnya positif. Pasien negatif ini masih harus menjalani tes kedua. Jika hasilnya kembali negatif, mereka akan dipulangkan tetapi mesti menjalani karantina mandiri di rumah.