144 Pasien Positif Diminta Menjalani Perawatan di Rumah Sakit
Pemkot Surabaya meminta 144 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang menjalani rawat jalan agar mau dirawat di rumah sakit. Rawat jalan di rumah berpotensi menulari anggota keluarga lain.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta 144 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang menjalani rawat jalan agar mau dirawat di rumah sakit. Rawat jalan di rumah berpotensi menulari anggota keluarga lain.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Minggu (10/5/2020), mengatakan, hingga saat ini ada 487 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya yang masih menjalani perawatan. Sebanyak 144 pasien di antaranya menolak dirawat di rumah sakit dan menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
”Sebagian besar pasien rawat jalan merupakan pasien berusia lanjut sehingga keluarganya tidak mengizinkan pasien itu menjalani perawatan di rumah sakit,” kata Risma.
Padahal, pasien tersebut berpotensi menularkan ke anggota keluarga lain yang merawat. Sebab, sangat sulit menerapkan protokol kesehatan dalam merawat pasien di rumah, seperti penggunaan alat pelindung diri dan pembatasan jarak karena intensitas yang cukup tinggi dengan pasien tersebut. Akibatnya, ada beberapa anggota keluarga yang awalnya sehat akhirnya tertular Covid-19.
Untuk itu, Risma menjelaskan, pihaknya saat ini mengerahkan tim dari dinas kesehatan, satpol PP, dan linmas untuk mengajak seluruh pasien positif agar mau menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa rumah sakit yang telah disiapkan untuk menampung pasien tersebut antara lain di RS Siloam, RSJ Menur, dan RS Husada Utama.
Langkah lainnya untuk memutus penularan Covid-19 di Surabaya, lanjut Risma, adalah meningkatkan tes pada masyarakat. Tes cepat dan tes usap tenggorokan dilakukan kepada orang tanpa gejala (OTG), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang dalam pengawasan (ODP), termasuk anggota keluarga yang pernah merawat pasien rawat jalan di rumah.
Pemeriksaan secara masif dilakukan untuk mengetahui penyebaran virus SARS-CoV-2 tersebut. Dengan demikian, orang positif bisa segera mendapatkan perawatan sekaligus mencegah terjadinya kontak yang berpotensi menularkan ke orang lain.
Selama tiga bulan terakhir, Pemkot Surabaya telah melakukan tes usap tenggorokan terhadap 1.083 warga dengan hasil 109 positif dan 805 lainnya belum keluar hasilnya. Tes cepat juga dilakukan terhadap 4.250 orang dengan hasil 356 orang reaktif.
”Apabila pengetesan massal semakin ditunda, hal itu sangat berpotensi orang positif yang belum dites menularkan ke orang lain. Oleh sebab itu, kami terus meningkatkan cakupan pengetesan, terutama kepada OTG, PDP, dan ODP,” ucap Risma.
Adapun kasus terkonfirmasi positif di Surabaya hingga Minggu siang mencapai 667 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 487 masih dalam perawatan, sedangkan 100 orang lainnya sembuh dan 80 orang meninggal. Dengan kata lain, tingkat kesembuhan mencapai 14,9 persen, lebih tinggi dibanding tingkat kematian sebesar 11,9 persen.
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Muhammad Fikser menambahkan, untuk mengantisipasi penambahan pasien, pihaknya berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk menambah kamar dan kapasitas tempat tidur.
Penambahan kapasitas, antara lain, dilakukan di RSUD Dr M Soewandhie, yakni dari 22 kamar menjadi 58 kamar dan di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dari 12 kamar menjadi 64 kamar.
”Kami juga menyiapkan 120 tempat tidur untuk 40 rumah sakit swasta di Surabaya agar mampu menampung pasien Covid-19,” kata Fikser.