Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Didorong Terus Berproduksi
Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan perlu terus didorong untuk tetap berkreasi di lapangan karena merekalah ujung tombak ketahanan pangan daerah.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan perlu terus didorong untuk tetap berkreasi di lapangan karena merekalah ujung tombak ketahanan pangan daerah. Organisasi perangkat daerah di sektor itu diminta tetap bekerja dan membangun kreativitas agar pasokan pangan terjaga.
”Para petani, peternak, dan nelayan perlu terus digerakkan untuk meningkatkan produksi. Masyarakat jangan dimanjakan dengan bantuan sosial pemerintah," kata Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat saat rapat bersama para pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di Kupang, Jumat (8/5/2020) malam. Imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah bagi sejumlah instansi pemerintah tidak berarti instansi strategis seperti pertanian, peternakan, dan perikanan pun ikut bekerja dari rumah.
”Tiga instansi ini harus tetap masuk kantor sambil mengikuti protap Covid-19, antara lain mengenakan masker dan menjaga jarak satu sama lain, agar tidak menyebarkan Covid-19. Saat ini musim panen. Informasi perkembangan tiga sektor ini harus tetap diikuti, dipelajari, dan segera mungkin diambil tindakan,” kata Laiskodat.
Kondisi petani, peternak, dan nelayan di lapangan tetap harus dipantau. Demikian pula hasil produksi dari tiga sektor itu. Gubernur menekankan agar produksi pangan tidak boleh menurun, bahkan perlu ditingkatkan dengan cara apa pun. Sektor ini sebagai ujung tombak ketahanan pangan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, gubernur meminta pimpinan tiga OPD, yakni dinas pertanian, dinas peternakan, dan dinas perikanan di provinsi untuk terus melakukan koordinasi dengan dinas pertanian, peternakan, dan perikanan di 22 kabupaten/kota. Para pegawai harus tetap masuk kantor, bekerja seperti biasa, sambil mengenakan masker, dan menjaga jarak.
Petani, peternak, dan nelayan juga didorong untuk turun ke ladang dan melaut sambil mengenakan masker dan menjaga jarak jika bekerja dalam kelompok. Petani, peternak, dan nelayan tidak mungkin terus menetap di dalam rumah. Panggilan hidup sebagai petani dan nelayan tidak bisa dibatasi atau ditiadakan akibat pandemi Covid-19.
Panggilan hidup sebagai petani dan nelayan tidak bisa dibatasi atau ditiadakan akibat pandemi Covid-19.
Laiskodat juga menyampaikan proyek-proyek padat karya sebaiknya diprioritaskan pada tiga sektor itu. Seusai musim panen, petani juga diminta diarahkan untuk melakukan budidaya tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran, bumbu dapur, dan buah-buahan. Tanaman hortikultura sangat diminati di pasar-pasar tradisional. Tanaman jenis ini tidak butuh air dalam jumlah banyak, cukup dengan air sumur, atau sisa-sisa air sungai saja, tanaman sudah bisa berproduksi.
Laiskodat juga mengajak dinas pertanian agar program tanam jagung panen sapi di 17 kabupaten sesegera mungkin direalisasikan. Saat ini, masih ada sisa-sisa air di beberapa titik, entah sumur bor, hujan, atau air sungai. Petani bisa memanfaatkan peluang itu.
”Koordinasikan dengan dinas pekerjaan umum untuk pengadaan embung. Koordinasi juga dengan Bank NTT untuk mengadakan BUMDes di desa-desa guna menampung hasil panen jagung,” kata Laiskodat.
Program tanam jagung panen sapi di NTT tersebar di 330 desa dengan target lahan 10.000 hektar. Kelompok tani yang terlibat sebanyak 495 kelompok, melibatkan 20.000 petani. Program gubernur itu merupakan program pertanian jagung memanfaatkan lahan kosong. Batang jagung juga bisa dimanfaatkan untuk pakan sapi.
”Petani, peternak, dan nelayan bekerja sendiri atau kelompok kecil sambil mengenakan masker dan menjaga jarak, berjemur di panas matahari. Itu jauh lebih menguntungkan secara ekonomi dan menyehatkan raga dan jiwa dibandingkan dengan mereka duduk dan berdiam di rumah,” kata Laiskodat. Dengan demikian, asupan gizi masyarakat tetap terjaga dan bisa ditinggkatkan mengingat masa pandemik Covid-19 masyarakat butuh sistim imunitas tubuh.
Dalam diskusi daring Ikatan Mahasiswa Flobamora Samarinda dan Keluarga Mahasiswa NTT di Tarakan tentang ”Ekonomi, Covid-19, dan Masyarakat”, muncul sejumlah gagasan, antara lain mendesak Pemprov tetap bekerja. Masyarakat juga didorong menekuni pekerjaan seperti sediakala.
Dosen Politeknik Samarinda, Kalimatan Timur, Gabriel G Tukan, mengatakan, pandemi Covid-19 tidak berarti masyarakat dilarang bekerja. NTT sudah dikenal sebagai daerah terbelakang atau miskin urutan ketiga dari bawah. Jika karena Covid-19 ini pemda dan masyarakat tetap berdiam di rumah, kondisi kehidupan masyarakat akan semakin buruk secara ekonomi.
Semua orang duduk di rumah, memegang ponsel pintar, kemudian mengikuti informasi apa saja tentang Covid-19.
Dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Kristoforus Kleden, salah satu narasumber dalam diskusi, mengatakan, ada perubahan perilaku masyarakat NTT akibat arus media arus utama yang begitu deras saat ini terkait Covid-19. Semua orang duduk di rumah, memegang ponsel pintar, kemudian mengikuti informasi apa saja tentang Covid-19.
Mereka mengabaikan pekerjaan utama di bidang tugas masing-masing, yang seharusnya bisa dikerjakan, entah di dalam rumah, di ladang, di laut, di sawah, atau padang penggembalaan sambil mengenakan masker dan menjaga jarak fisik. Ini yang cenderung diabaikan. Apalagi ada bantuan sosial dalam bentuk uang tunai dan bahan pokok dari pemerintah.
”Bantuan darurat itu memang wajar, tetapi jangan sampai membuat warga tak mau turun lapangan lagi. Ini sangat berbahaya bagi ketahanan pangan di NTT,” kata Kleden.
Gabriel juga meminta mahasiswa NTT yang ada di perantauan untuk tidak pulang NTT, tetapi tetap berkreasi dari rumah kos atau memanfaatkan peluang yang ada di daerah itu untuk mencari uang tambahan, selain menunggu kiriman dari orangtua. ”Kreasi mahasiswa harus dibangun di tengah kondisi ini,” kata Gabriel.
Warga NTT di Tarakan Benito mendorong pemerintah memanfaatkan peluang bantuan dana dari pemerintah pusat untuk mengajak masyarakat berkreasi seperti pengadaan alat pelindung diri (APD) bagi para tenaga kesehatan di NTT. Jika masyarakat diajari menjahit APD, masker, membuat cairan pembersih tangan, dan perlengkapan lain, secara ekonomi masyarakat bisa bangkit di tengah pandemi Covid-19.